Sabtu, 01 Agustus 2015

SEJARAH ASAL USUL WAHABISME BERASAL DARI ILLUMINATI, INILAH KAJIANNYA.

Sejarah Asal usul Wahabisme berasal dari Illuminati, Inilah Kajiannya


Latar Belakang

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:“Sesungguhnya di antara ummatku ada orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad.” ( Hadits Shahih Muslim No.1762).

Ketika menjelajahi dunia maya tepatnya di jejaring social facebook yang sedang pouler, kita dapat menemukan sebuah group yang bernama “1 juta orang menolak wahabi di Indonesia”. Mayoritas anggota dari group tersebut menolak dan mencibirkan gerakan Wahabi.

Aliran Wahabi memang sedang sangat  populer dibicarakan di beberapa daerah seperti Indonesia. Penduduk Indonesia mayoritas menganggap aliran ini menyimpang, karena aliran Wahabi mengajarkan tentang paham keislaman yang tidak sesuai dengan syari’at. Penafsiran-penafsiran aliran ini terlalu ekstrem sehingga banyak kalangan masyarakat yang menganggapnya aliran sesat.
Oleh karena itu, menarik untuk kita menggali informasi atau pengetahuan tentang siapa itu aliran Wahabi, apa ajaran yang digunakan oleh aliran tersebut, dan bagaimana dampak dari eksistensi  gerakan wahabi khususnya di Indonesia.

Tidak mungkin dapat memahami Fenomena kontemporer ISIS tanpa memahami sejarah Wahabisme yang menjadi basis ideology dan historis gerakan mereka.

Asal Usul Illuminati dari Wahabisme
Ada sebuah analisis penting dan berat dari Sheikh Nazim tentang  asal-usul Wahabisme yang sebenarnya yang mengganggu dunia muslim[1]:
Faksi radikal Islam, yang dikenal sebagai Salafi Wahabi, adalah gerakan yang diciptakan melalui intrik oleh Inggris dan koordinasi dengan okultisme (masyarakat rahasia pemuja iblis), yang bertujuan mengobarkan sebuah “Benturan Peradaban” (Clash of Civilizations). Dan meskipun sebagian besar orang Barat tidak menyadari kehadiran mereka, mereka hampir sepenuhnya bertanggung jawab atas ekstremisme yang secara keliru dituduhkan kepada Islam.


Zarqawi, dalam suratnya kepada Osama bin Laden, menggambarkan bahwa Mujahidin adalah orang-orang yang telah ditipu oleh CIA untuk percaya bahwa mereka sedang bertempur dalam “perang suci/jihad” , sebagai berikut: “Ini adalah intisari dari Sunni dan sari pati kebaikan negeri ini . Secara umum, mereka memiliki doktrin Sunni dan secara alami terkait dengan keyakinan Salafi . ”

Menariknya, respon terbaru mereka terhadap tantangan keaslian mereka, sebagian, mereka telah mengakui, kepada asal-usul Masonik, meskipun mereka harus meminta maaf kepada orang-orang yang diklaim sebagai pendirinya, yaitu agen Mason dan Inggris seperti Jamaluddin al-Aghani, dan Mohammed Abduh, yang bukan merupakan perwakilan mereka yang benar .

Tapi ini adalah usaha yang lemah untuk menyamarkan kejahatan sejati mereka dan pelayanan mereka kepada kekuatan-kekuatan Barat. Sebaliknya, Salafi sekarang saja mengaku sebagai pengikut setia dari Abdul Wahhab, pendiri Wahhabisme, yang sebenarnya bekerja sebagai agen Inggris.


Umat Islam pada dasarnya telah terkonsolidasi selama jangka waktu sekitar 1000 tahun, sebelum munculnya Wahhabisme. Umat Islam telah mengembangkan empat aliran dasar pemikiran hukum, yang disebut Mazhab. Perkembangan ini muncul dari sikap toleran bahwa adalah mungkin untuk sampai pada kesimpulan yang berbeda berdasarkan penilaian bukti yang sama. Pada titik tertentu, bagaimanapun, perkembangan hukum Islam akhirnya ditutup, yang disebut “Penutupan Pintu Ijtihad”, untuk menghindari kontroversi lebih lanjut. Itu adalah alas an bagaimana mazhab didirikan di sejumlah empat .

Berbagai mazhab pemikiran-pemahaman tersebut tidaklah dianggap sebagai sekte. Mereka adalah hanya aliran pemahaman terhadap pendapat hokum (fiqh), dan masing-masing dianggap sebagai ortodoks dan saling kompatibel .

Begitulah, sampai abad ke-19, dan munculnya kolonialisme, dan strategi umum penjajah Inggris “Divide and Rule” (Pecah Belah dan Kuasai/Devide et impera)  yang jelas dilakukan agennya yang mengganggu dalam situasi ini.

Menurut artikel Wikipedia tentang Syariah: Selama abad ke-19 sejarah hukum Islam mengalami perubahan tajam karena adanya tantangan baru yang dihadapi dunia Muslim: Negara-negara Barat meningkat menjadi kekuatan global dan menjajah sebagian besar dunia, termasuk wilayah Muslim. Masyarakat berubah dari tahapan budaya pertanian ke tahap industri. Ide-ide sosial dan politik yang baru muncul dan model sosial perlahan-lahan bergeser dari hirarki ke arah egaliter. Kekaisaran Ottoman (Turki Ustmaniyah) dan seluruh dunia Muslim sedang melemah, dan tuntutan untuk reformasi menjadi lebih keras. Di negara-negara Muslim, hukum negara yang dikodifikasikan mulai mengganti peran pendapat hukum para ulama. Negara-negara Barat kadang memberi inspirasi, kadang-kadang juga menekan , dan kadang-kadang memaksa negara-negara Muslim untuk mengubah sistem hukum mereka. Gerakan sekuler mendorong undang-undang yang menyimpang dari pendapat para ahli hukum Islam. Para ulama hukum Islam tetap diberi otoritas tunggal untuk bimbingan dalam hal ritual, ibadah, dan hal spiritualitas, sementara mereka kehilangan wewenang untuk mengatur kenegaraaan di sisi lain. Komunitas Muslim dipecah menjadi berbagai kelompok yang bereaksi secara berbeda terhadap perubahan. Pemecahbelahan ini terus berlanjut sampai hari ini (Brown 1996, Hallaq 2001 Ramadan 2005, Aslan 2006, Safi 2003).
Kaum Sekuler percaya hukum negara harus didasarkan pada prinsip-prinsip sekuler, bukan pada teori hukum Islam.Kaum Tradisionalis percaya bahwa hukum negara harus didasarkan pada mazhab pemahaman hukum tradisional. Namun, pandangan hukum Islam tradisional dianggap tidak dapat diterima oleh sebagian besar umat Islam modern, terutama di area seperti hak-hak perempuan atau perbudakan. [6]Kaum Reformis percaya bahwa teori-teori hukum Islam yang baru dapat menghasilkan hukum Islam modern [7] dan menyebabkan pendapat yang dapat diterima di berbagai bidang seperti hak-hak perempuan. [8]Kaum Salafi berusaha untuk mengikuti Muhammad dan para sahabatnya, tabiin (pengikut para sahabat ), tabiut tabiin ( pengikut tabiin ) dan mereka yang mengikuti ini 3 generasi .
Sebuah artikel yang sangat baik sekarang telah diposting, namun pada publikasi Salafi , yang tidak hanya mengakui , tapi benar-benar memaparkan  asal-usul Masonik dan menyimpang dari pendiri gerakan Salafi, dan penerus mereka, Ikhwanul Muslimin .

Sebaliknya , mereka berpegang pada klaim bahwa Salafisme berasal dari abad awal Islam, dari zaman kaum salaf, yang berarti generasi awal, dan mengacu pada waktu sebelum pengembangan Mazhab. Bertentangan dengan klaim mereka, meskipun benar bahwa kata “Salaf” mengacu pada arti generasi awal ini, penggunaan istilah dengan cara ini merupakan perkembangan modern.

Interpretasi sejarah yang menipu ini berasal dari Abdul Wahhab, yang muncul pada abad pertengahan ke-18. Menurut memoarnya, mata-mata Inggris bernama Hempher, yang ditugaskan ke Timur Tengah untuk menemukan cara-cara untuk melemahkan Islam, dengan tujuan meningkatkan kontrol Inggris di kawasan ini. Misinya akhirnya difokuskan pada dukungan terhadap  Abdul Wahhab, dan mendukung dia melalui keluarga Saudi, melalui siapa ia mengkhotbahkan pesan destruktif Inggris tentang Islam.

Pada dasarnya, inovasi Wahhab membuat alasan hukum bagi para pengikutnya untuk melawan umat Islam yang lainnya, dengan mengatakan mereka “kafir”, dengan dalih “memurnikan” Islam, tetapi dalam kenyataannya mereka malah melayani strategi Inggris untuk melawan kebesaran Kekaisaran Ottoman. Wahhab melakukannya dengan mengklaim bahwa semua sejarah Islam, kecuali untuk generasi salaf, yaitu, dari saat para Imam Mazhab seterusnya, telah  keluar dari Islam.

Setelah kepatuhan kaum muslimin telah dilepaskan ikatannya dari para imam mazhab hukum tradisional mereka, adalah memungkinkan bagi Inggris dan agen-agen mereka untuk datang sendiri. Dan ini adalah tujuan dari gerakan Salafi. Kerajaan Saudi Arabia kemudian secara resmi dipasang Inggris di Arabia pada tahun 1932, dan sejak itu bertindak sebagai pelindung kepentingan minyak Rockefeller, yang dianggap sebagai komandan kedua dalam Illuminati, setelah Rothschild. Terutama sejak 1973, ketika Krisis Minyak yang didalangi untuk memperkaya Saudi, mereka telah menggunakan kekayaan yang luar biasa yang mereka miliki untuk memajukan penafsiran menyimpang mereka terhadap agama Islam.

Sementara Kerajaan Saudi telah berada di bawah perjanjian dengan CIA untuk membiayai banyak kegiatan rahasia, termasuk pendanaan tentara Mujahidin di Afghanistan, dan dukungan terhadap teroris Islam di seluruh dunia, banyak dari para ulama serta pemerintah Saudi menampakkan pada publik wajah seolah menolak terorisme dan Osama bin Laden. Mereka mengklaim bahwa kegiatan terorisme dan anti-pemerintah yang bertentangan dengan prinsip-prinsip sejati Salafisme.Ini tidak benar. Pada saat ini tujuan Salafisme adalah untuk menanamkan terorisme, tetapi secara umum, tujuan Salafisme adalah untuk memberikan Mazhab baru , untuk menjauhkan penduduk dunia Muslim dari para ulama Islam tradisional, dan dengan demikian Kaum Illuminati dapat memimpin mereka di mana saja untuk sesuai dengan kepentingan Barat.

Muhammad bin Abdul Wahhab: Mujaddid atau Fitnah dari Najd?
Syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab, Sang pendiri dan peletak dasar ajaran Wahabisme sangatlah kontroversial. Ada yang menyukai. Ada juga yang membencinya. Pengikutnya, mengaku sebagai kelompok Muwahhidun (yang bertauhid) atau sekarang menamakan dirinya Salafi (oleh lawannya disebut Wahabi), Muhammad bin Abdul Wahhab disebut sebagai Pejuang Tauhid yang memurnikan Islam. Namun oleh lawannya, Muhammad bin Abdul Wahhab disebut sebagai sosok yang ekstrim.

Syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab dilahirkan pada tahun 1115 H (1701 M) di kampung ‘Uyainah (Najd), lebih kurang 70 km arah barat laut kota Riyadh, ibukota Arab Saudi sekarang.

Beliau meninggal dunia pada 29 Syawal 1206 H (1793 M) dalam usia 92 tahun, setelah mengabdikan diri selama lebih 46 tahun dalam memangku jabatan sebagai menteri penerangan Kerajaan Arab Saudi .

Nama lengkapnya: Syeikh al-Islam al-Imam Muhammad bin ‘Abdul Wahab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin Muhammad bin al-Masyarif at-Tamimi al-Hambali an-Najdi. Syekh Abdul Wahab tergolong suku Banu Siman, dari Tamim. Pendidikannya dimulai di Madinah yakni berguru pada ustadz Sulaiman al-Kurdi dan Muhammad Hayat al-Sind. Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah pendiri kelompok Wahabi yang mazhab fikihnya dijadikan mazhab resmi kerajaan Saudi Arabia, hingga saat ini.

Untuk menutupi jejak konspirasi Wahabi dengan Imperialis Inggris, di situs Arrahmah disebutkan: “Gerakan al-Muwahhidun atau yang kini sering disebut sebagai gerakan “Wahabi” ini menjadi ancaman bagi kekuasaan Inggris di daerah perbatasan dan Punjab sampai 1871. Ketika itu pemerintah Inggris bersekongkol untuk mengeluarkan ‘fatwa’ guna memfitnah kaum Wahhabi sebagai orang-orang kafir. (http://arrahmah.com/read/2011/11/22/16492-syekh-muhammad-bin-abdul-wahhab-pejuang-tauhid-yang-memurnikan-islam.html )

Sebetulnya jika kita teliti sejarah, justru Muhammad Bin Abdul Wahhab lah yang bersama dengan Ibnu Saud dibantu dengan dana dan senjata oleh Pemerintah Inggris guna melawan Kekhalifahan Islam Turki Usmani.

Tidak ada catatan sejarah yang menuliskan Muhammad bin Abdul Wahhab dengan Ibnu Saud atau Arab Saudi berperang melawan Inggris. Semua Wahabi bersama Tentara Inggris melawan ummat Islam seperti pasukan Pemerintah Kekhalifahan Turki Usmani.

Dari situs Isnet yang pro Wahabi disebut bagaimana Muhammad bin Abdul Wahhab berdakwah dengan pedang atau perang sebagaimana Nabi Muhammad SAW. Namun jika Nabi Muhammad SAW itu memerangi orang-orang kafir bersama orang-orang yang beriman, Muhammad bin Abdul Wahab justru memerangi ummat Islam yang dia tuduh sebagai Musyrik atau Kafir dengan bantuan persenjataan Inggris seperti senapan dan peluru:
Demikianlah perjuangan Tuan Syeikh yang berawal dengan lisan, lalu dengan pena dan seterusnya dengan senjata, telah didukung sepenuhnya oleh Amir Muhammad bin Saud, penguasa Dar’iyah.
Beliau memulakan jihadnya dengan pedang pada tahun 1158 H. Sebagaimana kita ketahui bahwa seorang da’i ilallah (Pendakwah di jalan Allah) , apabila tidak didukung oleh kekuatan yang mantap, pasti dakwahnya akan surut, meskipun pada tahap pertama mengalami kemajuan. Namun pada akhirnya orang akan jemu dan secara beransur-ansur dakwah itu akan ditinggalkan oleh para pendukungnya.

Oleh karena itu, maka kekuatan yang paling ampuh untuk mempertahankan dakwah dan pendukungnya, tidak lain harus didukung oleh senjata. Kerana masyarakat yang dijadikan sebagai objek daripada dakwah kadangkala tidak mampan dengan lisan maupun tulisan, akan tetapi mereka harus diiring dengan senjata, maka waktu itulah perlunya memainkan peranan senjata. Alangkah benarnya firman Allah SWT [Al Hadiid}:
Namun semua itu tidak mungkin berjalan dengan lancar dan stabil tanpa ditunjang oleh kekuatan besi (senjata) yang menurut keterangan al-Qur’an al-Hadid fihi basun syadid yaitu, besi waja yang mempunyai kekuatan dahsyat. Yaitu berupa senjata tajam, senjata api, peluru, senapang, meriam, kapal perang, nuklear dan lain-lain lagi, yang pembuatannya mesti menggunakan unsur besi.

Sungguh besi itu amat besar manfaatnya bagi kepentingan umat manusia yang mana al-Qur’an menta’birkan dengan Wama nafiu linasi iaitu dan banyak manfaatnya bagi umat manusia. Apatah lagi jika dipergunakan bagi kepentingan dakwah dan menegakkan keadilan dan kebenaran seperti yang telah dimanfaatkan oleh Tuan Syeikh Muhammad bin ‘Abdul Wahab semasa gerakan tauhidnya tiga abad yang lalu.

Orang yang mempunyai akal yang sihat dan fikiran yang bersih akan mudah menerima ajaran-ajaran agama, baik yang dibawa oleh Nabi, maupun oleh para ulama. Akan tetapi bagi orang zalim dan suka melakukan kejahatan, yang diperhambakan oleh hawa nafsunya, mereka tidak akan tunduk dan tidak akan mau menerimanya, melainkan jika mereka diiring dengan senjata.

Demikianlah Tuan Syeikh Muhammad bin ‘Abdul Wahab dalam dakwah dan jihadnya telah memanfaatkan lisan, pena serta pedangnya seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW sendiri, di waktu baginda mengajak kaum Quraisy kepada agama Islam pada waktu dahulu. (http://media.isnet.org/islam/Etc/Wahab.html)

Arab Saudi bukanlah negara pembuat/industri senjata. Oleh karena itu senjata canggih mereka dapatkan dari sekutunya, Inggris, guna melawan Turki. Sama sekali tidak ada peperangan melawan Inggris. Yang ada adalah peperangan dengan ummat Islam dari Thaif, Mekkah, dan Madinah. Berikutnya dengan Turki dan Mesir:
“Berangkatlah Imam Saud bin ‘Abdul ‘Aziz menuju tanah Haram Mekah dan Madinah (Haramain) yang dikenal juga dengan nama tanah Hijaz. Mula-mula beliau bersama pasukannya berjaya menawan Ta’if. Penaklukan Ta’if tidak begitu banyak mengalami kesukaran karena sebelumnya Imam Saud bin ‘Abdul ‘Aziz telah mengirimkan Amir Uthman bin ‘Abdurrahman al-Mudhayifi dengan membawa pasukannya dalam jumlah yang besar untuk mengepung Ta’if. Pasukan ini terdiri dari orang-orang Najd dan daerah sekitarnya. Oleh kerana itu Ibnu ‘Abdul ‘Aziz tidak mengalami banyak kerugian dalam penaklukan negeri Ta’if, sehingga dalam waktu singkat negeri Ta’if menyerah dan jatuh ke tangan Wahabi.

Di Ta’if, pasukan muwahidin membongkar beberapa maqam yang di atasnya didirikan masjid, di antara maqam yang dibongkar adalah maqam Ibnu Abbas r.a. Masyarakat tempatan menjadikan maqam ini sebagai tempat ibadah, dan meminta syafaat serta berkat daripadanya.

Dari Ta’if pasukan Imam Saud bergerak menuju Hijaz dan mengepung kota Mekah. Manakala gubenur Mekah mengetahui hal ihwal pengepungan tersebut (waktu itu Mekkah di bawah pimpinan Syarif Husin), maka hanya ada dua pilihan baginya, menyerah kepada pasukan Wahabi atau melarikan diri ke negeri lain. Ia memilih pilihan kedua, iaitu melarikan diri ke Jeddah. Kemudian, pasukan Saud segera masuk ke kota Mekah untuk kemudian menguasainya tanpa perlawanan sedikit pun.

Tepat pada waktu fajar, Muharram 1218 H, kota suci Mekah sudah berada di bawah kekuasaan muwahidin sepenuhnya.”

Lihat bagaimana para “Muwahhidun” atau Salafi memerangi ummat Islam sehingga jatuh banyak korban di kalangan ummat Islam. Pemerintah Kekhalifahan Islam Turki pun lemah sehingga bisa dikalahkan Inggris:

“Setelah delapan tahun wilayah ini berada di bawah kekuasaan Imam Saud, pemerintah Mesir bersama sekutunya Turki, mengirimkan pasukannya untuk membebaskan tanah Hijaz, terutama Mekah dan Madinah dari tangan muwahidin sekaligus hendak mengusir mereka keluar dari daerah tersebut.

Adapun sebab campur tangan pemerintah Mesir dan Turki itu adalah seperti yang telah dikemukakan pada bagian yang lalu, yaitu karena pergerakan muwahidin mendapat banyak tentangan dari pihak musuh-musuhnya, baik dari pihak dalam Islam sendiri ataupun dari luarnya, yang mana tujuan mereka sama yaitu untuk mengisolir dan memadamkan api gerakan dakwah salafiyyah. Oleh kerana musuh-musuh gerakan salafiyyah tidak mempunyai kekuatan yang memadai untuk menentang pergerakan Wahabiyah, maka mereka menghasut pemerintah Mesir dan Turki dengan menggunakan nama agama, seperti yang telah diterangkan pada bahagian yang lalu. Maka menyerbulah pasukan Mesir dan Turki ke negeri Hijaz untuk membebaskan kedua-dua kota suci Mekah dan Madinah dari cengkaman kaum muwahiddin, sehingga terjadilah peperangan di antara Mesir bersama sekutunya Turki di satu pihak menentang pasukan muwahidin dari Najd dan Hijaz di pihak lain. Peperangan ini telah berlangsung selama tujuh tahun, iaitu dari tahun 1226 hingga 1234 H.

Dalam masa perang tujuh tahun itu tidak sedikit kerugian yang dialami oleh kedua belah pihak, terutama dari pihak pasukan Najd dan Hijaz, selain kerugian harta benda, tidak sedikit pula kerugian nyawa dan tubuh manusia.”

Dari tulisan di website Isnet yang pro Wahabi di atas itu kita paham bahwa dengan dalih membersihkan Islam dari kemusyrikan dan kekafiran, kaum Wahabi menyerang ummat Islam di Thaif, Mekkah, Madinah, dsb. Banyak ummat Islam yang jadi korban. Ada satu pertanyaan, jika ummat Islam di Mekkah dan Madinah disebut Musyrik dan Kafir, di mana ummat Islam yang lurus?
Bagaimana ummat Islam diperangi dan dibunuh sementara kaum kafir Inggris justru aman dari tangan mereka? Sejalankan tindakan kaum Salafi dengan firman Allah di bawah?
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka..” [Al Fath 29]
“..kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikaplemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir..” [Al Maa-idah 54]

Dari situs Arrahmah.com yang kelas jelas propagandis Wahabisme di Indonesia disebut:
“Perjuangan tauhid beliau terkristalisasi dalam ungkapan la ilaha illa Allah. Menurut beliau, aqidah atau tauhid umat telah dicemari oleh berbagai hal seperti takhayul, bid’ah dan khurafat (TBC) yang bisa menjatuhkan pelakunya kepada syirik. Aktivitas-aktivitas seperti mengunjungi para wali, mempersembahkan hadiah dan meyakini bahwa mereka mampu mendatangkan keuntungan atau kesusahan, mengunjungi kuburan mereka, mengusap-usap kuburan tersebut dan memohon keberkahan kepada kuburan tersebut. Seakan-akan Allah SWT sama dengan penguasa dunia yang dapat didekati melalui para tokoh mereka, dan orang-orang dekat-Nya. Bahkan manusia telah melakukan syirik apabila mereka percaya bahwa pohon kurma, pepohonan yang lain, sandal atau juru kunci makam dapat diambil berkahnya, dengan tujuan agar mereka dapat memperoleh keuntungan.”

Menurut Muhammad bin Abdul Wahhab, ummat Islam sekarang lebih musyrik daripada kaum kafir Mekkah yang menyembah berhala serta ingkar kepada Allah, Al Qur’an, dan Nabi Muhammad.
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam kitab Qawaidul Arba’berkata, “Kaum musyrikin pada zaman kita ini lebih besar kesyirikannya dari pada (kaum musyrikin) terdahulu, karena (kaum musyrikin) dahulu berbuat syirik (ketika) keadaan senang dan mereka ikhlas dalam keadaan susah. Sementara kaum musyrikin zaman kita, kesyirikan mereka terus-menerus dalam keadaan senang maupun susah, dan dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Maka apabila mereka naik kapal mereka mendo’a kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai kedarat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).” (Al Ankabut: 65)

Surah Al-’Ankabut adalah surah ke-29 dalam al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 69 ayat serta termasuk golongan surah-surrah Makkiyah. Dinamai Al-’Ankabutberhubung terdapatnya kata Al-’Ankabutyang berarti Laba-Laba pada ayat 41 surah ini, di mana Allah mengumpamakan para penyembah berhala-berhala itu dengan laba-laba yang percaya kepada kekuatan rumahnya sebagai tempat ia berlindung dan tempat ia menjerat mangsanya, padahal kalau dihembus angin atau ditimpa oleh suatu barang yang kecil saja, rumah itu akan hancur. Begitu pula halnya dengan kaum musyrikin yang percaya kepada kekuatan sembahan-sembahan mereka sebagai tempat berlindung dan tempat meminta sesuatu yang mereka ingini, padahal sembahan-sembahan mereka itu tidak mampu sedikit juga menolong mereka dari azab Allah waktu di dunia, seperti yang terjadi pada kaum Nuh, kaum Ibrahim, kaum Luth, kaum Syu’aib, kaum Saleh, dan lain-lain. Apalagi menghadapi azab Allah di akhirat nanti, sembahan-sembahan mereka itu lebih tidak mampu menghindarkan dan melindungi mereka.

Jadi jika dengan memakai ayat-ayat Al Qur’an yang diperuntukkan kepada orang-orang kafir Mekkah kepada ummat Islam bahkan menyatakan ummat Islam lebih syirik daripada orang-orang musyrik tersebut apalagi bahkan sampai membantai sesama Muslim, itu tidak selaras dengan ajaran Islam.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya di antara ummatku ada orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad.” (Shahih MuslimNo.1762).

Janganlah kita sembarang menuduh sesama Muslim Syirik atau nama lain yang tidak menyenangkan ( QS Al Hujuraat: 11-12).

Saat ini ada 7 milyar manusia di mana ummat Islam cuma 1,3 milyar. Harusnya ayat2 kemusyrikan tsb ditujukan pada orang2 kafir yang masih menyembah selain Allah dan berhala seperti Hindu, Budha, Kristen, dsb. Bukan orang2 Islam.

Keinginan untuk meluruskan aqidah Tauhid dan membersihkan Syirik itu bagus. Tapi selayaknya di lakukan dengan cara yang benar.

Muhammad bin Abdul Wahhab terlalu su’u zhon atau berprasangka buruk terhadap ummat Islam. Orang yang melakukan ziarah kubur, ditudingnya sebagai penyembah kuburan atau musyrik. Padahal ziarah kubur itu adalah sunnah Nabi:
Dari Buraidah r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Saya telah pernah -dahulu- melarang engkau semua perihal ziarah kubur, tetapi sekarang berziarahlah ke kubur itu!” (Riwayat Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan: “Maka barangsiapa yang hendak berziarah kubur, maka baiklah berziarah, sebab ziarah kubur itu dapat mengingatkan kepada akhirat.”

Dari Aisyah ra, katanya: “Rasulullah s.a.w. itu setiap malam gilirannya di tempat Aisyah, beliau s.a.w. lalu keluar pada akhir malam ke makam Baqi’, kemudian mengucapkan -yang artinya-: “Keselamatan atasmu semua hai perkampungan kaum mu’minin, akan datang padamu semua apa-apa yang engkau semua dijanjikan besok yakni masih ditangguhkan waktunya. Sesungguhnya kita semua ini Insya Allah menyusul engkau semua pula. Ya Allah, ampunilah para penghuni makam Baqi’ Algharqad ini.” (Riwayat Muslim)

Berbagai tuduhan seperti Dzikir berjama’ah, Doa Qunut, Pengajaran Sifat 20, bid’ah dan sesat ternyata tidak benar karena ada dalil-dalil yang kuat dari Al Qur’an dan Hadits:[2]
Tudingan bid’ah dan sesat itu terjadi karena memahami Al Qur’an dan Hadits setengah-setengah dengan cara yang keliru. Tidak menyeluruh dan benar.

Karena pandangannya yang ekstrim itulah Muhammad bin Abdul Wahab ditentang bahkan oleh saudara-saudaranya sendiri yang juga ulama.

Dari situs Arrahman ditulis:
“Pada awalnya, idenya tidak begitu mendapat tanggapan bahkan banyak mendapatkan tantangan, kebanyakan dari saudaranya sendiri, termasuk kakaknya Sulaiman dan sepupunya Abdullah bin Husain.”

Dari referensi lain seperti Buku yang ditulis oleh Syekh Idahram, bukan cuma kakaknya yang menentang, tapi juga ayahnya, Abdul Wahhab, menentang pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab. Oleh sebab itulah sebagian ulama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah menuding Muhammad bin Abdul Wahab tidak bersanad karena gurunya sendiri yang juga ayah kandungnya, menolak pemahamannya yang ekstrim dan aneh.

Tudingan Muhammad bin Abdul Wahhab terhadap sesama Muslim seperti Musyrik, Kafir, Penyembah Kuburan, dsb yang belum tentu benar dan kemudian membantainya/memeranginya jelas tidak sesuai dengan perintah Allah dalam Al Qur’an dan juga sunnah Nabi:
Rasulullah SAW bersabda, “Seorang muslim itu bersaudara terhadap muslim lainnya, ia tidak boleh menganiaya dan menghinanya. Seseorang cukup dianggap berlaku jahat karena ia menghina saudaranya sesama muslim.” (HR.Muslim)

Termasuk perbuatan mencaci Muslim di antaranya adalah menyakiti, mencela, mengadu domba serta senang menyebarkan gosip yang tidak benar, mencemarkan nama baik sehingga bisa merusak keluhuran martabat saudaranya, dan membuka rahasia pribadi yang tidak patut diketahui orang lain.
Allah SWT berfirman: “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki atau perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. AlAhzab:58).

Apa pun dalihnya, sesungguhnya haram mencaci dan membunuh sesama Muslim. Kecuali betul-betul ada pengadilan di bawah Khalifah Islam yang membuktikan bahwa orang itu memang harus dihukum mati.

Namun kalau cuma kelompok seperti firqoh atau golongan tak boleh melakukan itu. Minimal harus ada Ijma’/Kesepakatan Ulama agar tidak jadi golongan Khawarij yang mudah mengkafirkan dan membunuh sesama Muslim.

Mencela sesama muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran (Bukhari no.46, 48, muslim no. .64, 97, Tirmidzi no.1906,2558, Nasa’Ino.4036, 4037, Ibnu Majah no.68, Ahmadno.3465,3708).”[3]

Ada yang membela Muhammad bin Abdul Wahhab sebagai orang asing yang dimusuhi oleh orang-orang yang sesat. Namun orang asing yang dimaksud Nabi adalah orang yang mengasingkan diri dari para Sultan demi menghindari fitnah.

Ini beda dengan Muhammad bin Abdul Wahhab yang justru bergaul dengan Sultan dan mengobarkan peperangan terhadap sesama Muslim dengan dalih memerangi kemusyrikan dan kekafiran: “Apabila kamu melihat seorang ulama bergaul erat dengan penguasa maka ketahuilah bahwa dia adalah pencuri.” (HR. Ad-Dailami)

Tudingan Muhammad bin Abdul Wahhab bekerjasama dengan Inggris dalam rangka bughot/berontak terhadap Kekhalifahan Islam Turki Usmani mungkin dianggap fitnah oleh pengikutnya. Mereka menganggap itu cuma fitnah dari kaum Syi’ah Rafidhoh, Ahlul Bid’ah, Sufi, dan sebagainya. Namun dari berbagai tulisan, termasuk dari kelompok Pro Wahabi sendiri, dan juga foto-foto menunjukkan hal itu. Kerjasama dengan Inggris yang dilanjutkan oleh Pemerintah Arab Saudi dan Wahabi seperti dengan Lawrence of Arabia memerangi Kekhalifahan Islam Turki Usmani. Kemudian berlanjut dengan kerjasama dengan Amerika Serikat seperti menyediakan pangkalan militer bagi AS guna memerangi Iraq.

Ini tulisan dari Eramuslim.com:
“Bukan hanya Pangeran Bandar yang begitu, beberapa kebijakan dan sikap kerajaan terkadang juga agak membingungkan. Siapa pun tak akan bisa menyangkal bahwa Kerajaan Saudi amat dekat—jika tidak bisa dikatakan sekutu terdekat—Amerika Serikat. Di mulut, para syaikh-syaikh itu biasa mencaci maki Zionis-Israel dan Amerika, tetapi mata dunia melihat banyak di antara mereka yang berkawan akrab dan bersekutu dengannya.

Barangkali kenyataan inilah yang bisa menjawab mengapa Kerajaan Saudi menyerahkan penjagaan keamanan bagi negerinya—termasuk Makkah dan Madinah—kepada tentara Zionis Amerika.
Ketika umat Islam dunia melihat pasukan Amerika Serikat yang hendak mendirikan pangkalan militer utama AS dalam menghadapi invasi Irak atas Kuwait beberapa tahun lalu, maka hal itu tidak lepas dari kebijakan orang-orang yang berada dalam kerajaan tersebut.

Langkah-langkah mengejutkan yang diambil pihak Kerajaan Saudi tersebut sesungguhnya tidak mengejutkan bagi yang tahu latar belakang berdirinya Kerajaan Saudi Arabia itu sendiri. Tidak perlu susah-sudah mencari tahu tentang hal ini dan tidak perlu membaca buku-buku yang tebal atau bertanya kepada profesor yang sangat pakar.

Pergilah ke tempat penyewaan VCD atau DVD, cari sebuah film yang dirilis tahun 1962 berjudul ‘Lawrence of Arabia’ dan tontonlah. Di dalam film yang banyak mendapatkan penghargaan internasional tersebut, dikisahkan tentang peranan seorang letnan dari pasukan Inggris bernama lengkap Thomas Edward Lawrence, anak buah dari Jenderal Allenby (jenderal ini ketika merebut Yerusalem menginjakkan kakinya di atas makam Salahuddin Al-Ayyubi dan dengan lantang berkata, “Hai Saladin, hari ini telah kubalaskan dendam kaumku dan telah berakhir Perang Salib dengan kemenangan kami!”).

Film ini memang agak kontroversial, ada yang membenarkan namun ada juga yang menampiknya. Namun produser mengaku bahwa film ini diangkat dari kejadian nyata, yang bertutur dengan jujur tentang siapa yang berada di balik berdirinya Kerajaan Saudi Arabia.

Konon kala itu Jazirah Arab merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Kekhalifahan Turki Utsmaniyah, sebuah kekhalifahan umat Islam dunia yang wilayahnya sampai ke Aceh. Lalu dengan bantuan Lawrence dan jaringannya, suatu suku atau klan melakukan pemberontakan (bughot) terhadap Kekhalifahan Turki Utsmaniyah dan mendirikan kerajaan yang terpisah, lepas, dari wilayah kekhalifahan Islam itu.

Bahkan di film itu digambarkan bahwa klanSaud dengan bantuan Lawrence mendirikan kerajaan sendiri yang terpisah dari khilfah Turki Utsmani. Sejarahwan Inggris, Martin Gilbert, di dalam tulisannya “Lawrence of Arabia was a Zionist” seperti yang dimuat di Jerusalem Post edisi 22 Februari 2007, menyebut Lawrence sebagai agen Zionisme.

Sejarah pun menyatakan, hancurnya Kekhalifahan Turki Utsmani ini pada tahun 1924 merupakan akibat dari infiltrasi Zonisme setelah Sultan Mahmud II menolak keinginan Theodore Hertzl untuk menyerahkan wilayah Palestina untuk bangsa Zionis-Yahudi. Operasi penghancuran Kekhalifahan Turki Utsmani dilakukan Zionis bersamaan waktunya dengan mendukung pembrontakan Klan Saud terhadap Kekalifahan Utsmaniyah, lewat Lawrence of Arabia.

Entah apa yang terjadi, namun hingga detik ini, Kerajaan Saudi Arabia, walau Makkah al-Mukaramah dan Madinah ada di dalam wilayahnya, tetap menjadi sekutu terdekat Amerika Serikat. Mereka tetap menjadi sahabat yang manis bagi Amerika.

Selain film ‘Lawrence of Arabia’, ada beberapa buku yang bisa menggambarkan hal ini yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Antara lain:
Wa’du Kissinger(Belitan Amerika di Tanah Suci, Membongkar Strategi AS Menguasai Timur Tengah, karya DR. Safar Al-Hawali—mantan Dekan Fakultas Akidah Universitas Ummul Quro Makkah, yang dipecat dan ditahan setelah menulis buku ini, yang edisi Indonesianya diterbitkan Jazera, 2005)Dinasti Bush Dinasti Saud, Hubungan Rahasia Antara Dua Dinasti Terkuat Dunia (Craig Unger, 2004, edisi Indonesianya diterbitkan oleh Diwan, 2006)Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia (George Lenczowski, 1992)History oh the Arabs(Philip K. Hitti, 2006)Sebab itu, banyak kalangan yang berasumsi bawah berdirinya Kerajaan Saudi Arabia adalah akibat “pemberontakan” terhadap Kekhalifahan Islam Turki Utsmani dan diback-up oleh Lawrence, seorang agen Zionis dan bawahan Jenderal Allenby yang sangat Islamofobia. Mungkin realitas ini juga yang sering dijadikan alasan, mengapa Arab Saudi sampai sekarang kurang perannya sebagai pelindung utama bagi kekuatan Dunia Islam,wallahu a’lam. (Rz)[4]

Terakhir ada berita dari catatan harian Mr. Hempher, agen Inggris yang mengatakan agar Penjajahan Inggris bisa bertahan, mereka harus menciptakan aliran Islam sesat guna memecah-belah kekuatan Islam di daerah jajahannya. Di Inggris dan Pakistan mereka ciptakan Ahmadiyyah yang menghilangkan Jihad. Di Iran mereka buat aliran Baha’i. Ada pun di Arab Saudi yang Islamnya sangat kuat, mereka ciptakan Wahabi yang meski kelihatannya ingin memurnikan Islam, namun dengan isyu memurnikan Islam itulah tercipta perpecahan dan peperangan antar ummat Islam sehingga Pemerintah Kekhalifahan Islam Turki pun melemah akibat diserang Wahabi.

Di Indonesia sendiri, Amerika Serikat yang merupakan penerus penjajah Inggris membentuk dan mendanai aliran sesat Islam Liberal yang menyatakan semua agama sama benarnya dan menghapuskan jihad serta Hukum Allah. Paling mudah bagi AS dan Inggris untuk menghancurkan Islam adalah dengan menghancurkannya dari dalam dengan membentuk aliran sesat sehingga ummat Islam saling perang/bunuh.

Meski kebenarannya harus diteliti lebih jauh, namun beberapa situs Islam memuatnya seperti:
“Walaupun Ibn Abdul-Wahhab dianggap sebagai Bapak Wahabisme, namun aktualnya Kerajaan Inggeris-lah yang membidani kelahirannya dengan gagasan-gagasan Wahabisme dan merekayasa Ibn Abdul-Wahhab sebagai Imam dan Pendiri Wahabisme, untuk tujuan menghancurkan Islam dari dalam dan meruntuhkan Daulah Utsmaniyyah yang berpusat di Turki. Seluk-beluk dan rincian tentang konspirasi Inggeris dengan Ibn Abdul-Wahhab ini dapat Anda temukan di dalam memoar Mr. Hempher : “Confessions of a British Spy”[5]
Memoirs Of Mr. Hempher, The British Spy To The Middle East is the title of a document that was published in series (episodes) in the German paper Spiegel and later on in a prominent French paper. A Lebanese doctor translated the document to the Arabic language and from there on it was translated to English and other languages. Waqf Ikhlas publications put out and circulated the document in English in hard copy and electronically under the title: Confessions of a British spy and British enmity against Islam. This document reveals the true background of the Wahhabi movement which was innovated by Mohammad bin abdul Wahhab and explains the numerous falsehood they spread in the name of Islam and exposes their role of enmity towards the religion of Islam and towards prophet Mohammad sallallahu ^alayhi wa sallam and towards Muslims at large. No wonder the Wahhabis today stand as the backbone of terrorism allowing and financing and planning shedding the blood of Muslims and other innocent people. Their well known history of terrorism as documented in Fitnatul Wahhabiyyah by the mufti of Makkah, Sheikh Ahmad Zayni Dahlan, and their current assassinations and contravention is due to their ill belief that all are blasphemers save themselves. May Allah protect our nation from their evils.[6]

Mungkin itu sulit dipercaya. Namun Wahabi memang bekerjasama dengan Raja Arab Saudi. Wahabi adalah Mazhab Resmi Kerajaan Arab Saudi. Posisi Mufti Agama selalu dipegang ulama Wahabi. Sementara Raja Arab Saudi memang biasa bekerjasama dengan Inggris saat melawan Turki dan sekarang dengan AS saat melawan Iraq. Berita tentang itu begitu banyak/mutawatir dari berbagai sumber/sanad. Sulit dipungkiri:

Dokumen Ekspos Pendiri Saudi Yakinkan Inggris untuk Dirikan Negara Yahudi

Sebuah dokumen kuno mengungkapkan bagaimana Sultan Abdul Aziz, pendiri Arab Saudi meyakinkan Inggris untuk menciptakan sebuah negara Yahudi di tanah Palestina, sebuah laporan berita mengatakan.

Link asal artikel ini sudah dihapuskan oleh admin websitenya  dihttp://www.eramuslim.com/berita/dunia/dokumen-kuno-ekspos-pendiri-saudi-yakinkan-inggris-untuk-dirikan-negara-yahudi-di-palestina.htm,  namun untungnya masih ada copynya di situ lainnya sebagai berikut:

“Sebuah dokumen kuno mengungkapkan bagaimana Sultan Abdul Aziz, pendiri Arab Saudi meyakinkan Inggris untuk menciptakan sebuah negara Yahudi di tanah Palestina, sebuah laporan berita mengatakan. Dokumen ini mengekspos komitmen mendalam dari Raja Saudi pertama kepada  Inggris dan memberikan jaminan kepada pemerintah Inggris untuk memberikan tanah Palestina kepada Yahudi. Dokumen kontroversial, yang ditulis sebagai pemberitahuan untuk kemudian didelegasikan kepada Mayor Inggris Jenderal Sir Percy Cox Zachariah, merupakan bukti lain dari pendekatan bermusuhan keluarga kerajaan Saudi untuk bangsa Palestina: “Saya Sultan Abdul Aziz bin Abdul Rahman Al Saud al-Faisal dan Saya mengalah dan mengakui seribu kali untuk Sir Percy Cox, utusan Inggris, bahwa saya tidak keberatan untuk memberikan Palestina kepada Yahudi miskin atau bahkan untuk non- Yahudi, dan saya tidak akan pernah melanggar perintah Inggris,” tulis isi dokumen kuno yang konon ditandatangani oleh Raja Abdul Aziz tersebut.”

Catatan ini juga mengekspos bagaimana kerajaan Saudi menunjukkan kesetiaannya kepada pemerintah Inggris. Inggris menggunakan atase penting mereka untuk Arab Saudi pada tahun 1930, kedua negara pada masa itu saling berhubungan erat. Kekuasaan keluarga Al Saud menambahkan pentingnya Arab Saudi untuk Inggris, sebagaimana Inggris percaya kepada Ibnu Suud bisa sangat mempengaruhi negara-negara Arab.

Kebenaran dokumen ‘kuno’ ini belum ada konfirmasi kebenarannya. Bisa jadi benar bahkan bisa jadi salah. Namun hubungan keluarga pendiri Saudi dengan Inggris secara fakta memang sudah terjalin dari dulu.(fq/prtv/eramuslim)[7]

Foto-foto Persekutuan Arab Saudi dengan Inggris dan AS:
Raja Arab Saudi dan George W Bush Berciuman
Pertamakali saya menganggap gerakan Wahabi itu bagus, bahkan ketika saya masih kuliah di Fakultas Hukum Unpad Bandung tahun 1983,  saya muali bekerjadi  Majalah Dakwah Islamiyah RISALAH terbitan Pimpinan Pusat PERSIS (Ormas Persatuan Islam) di Bandung. Memang niatnya Persis yang berfaham Wahabi adalah untuk memurnikan ajaran Islam. Tapi lama-kelamaan kok jadi ekstrim terlalu intens membahas masalah-masalah furu’iyah dan khilafiyah dengan ujung-ujungnya membid’ahkan dan mengkafirkan sesama Muslim.

Sebelumnya, seorang jamaah FPI menjelaskan sebagaimana pendapat Ketua FPI, Habib Rizieq Syihab, selain Wahabi Takfiri dan Khawarij yang harus diluruskan, adapula Wahabi yang masih toleran dan bisa diajak dialog. Di antara yang mereka ributkan dan vonis bid’ah adalah:
– Dzikir berjama’ah
– Dzikir dengan suara keras seperti shalat ‘Isya
– Isbal
– Maulid Nabi
– Pengajaran Sifat 20 yang disusun Imam Abu Hasan Al Asy’ari, dsb

Dengan vonis bid’ah, artinya yang dituduh itu sesat dan masuk neraka. Ustad Arifin Ilham dengan Majelis Zikir Az Zikro mereka anggap bid’ah dan sesat, ini kata kaum Wahabi: “Bagaimana mungkin dzikir bid’ah model Arifin Ilham bisa dikatakan sebagai majelis dzikir yang disebutkan di dalam nash-nash tersebut?Sedangkan “majalis adz dzikir” yg dinisbahkan kepada model dan cara berdzikirnya Arifin Ilham lbh pantas dinamakan sebagai “majelis makr ”dan bukan majelis dzikr. Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari kesesatan.”[8]

Bagaimana mungkin orang-orang yang berzikir dianggap sesat sementara orang-orang yang berjudi atau mabuk-mabukan di kafe bebas dari cacian kelompok tersebut?
Kelompok Salafi Wahabi ini dalam memahami Al Qur’an sepotong-sepotong tanpa memakai akal dan juga pendapat para Salaf seperti Imam Madzhab (Bukan Ibnu Taimiyyah yg lahir di tahun 728 H).
 “Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. ” [QS Luqman 19]
“Ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut” [QS Maryam 3]

Dari Ibnu ’Abbas Ra. berkata: “bahwasanya dzikir dengan suara keras setelah selesai shalat wajib adalah biasa pada masa Rasulullah SAW”. Kata Ibnu ’Abbas, “Aku segera tahu bahwa mereka telah selesai shalat, kalau suara mereka membaca dzikir telah kedengaran”.[Lihat Shahih Muslim I, Bab Shalat. Hal senada juga diungkapkan oleh al Bukhari (lihat: Shahih al Bukhari hal: 109, Juz I)]

Diriwayatkan dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung berfirman: Aku adalah menurut sangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya ketika ia berzikir (dengan menyebut nama)Ku. Jika ia mengingat Aku dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam Diri-Ku, dan jika ia menyebut nama-Ku dalam sekelompok manusia, maka Aku menyebutnya dalam sekelompok manusia yang lebih baik dari mereka. Jika ia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku mendekatinya sehasta, jika ia mendekati-Ku sehasta, maka Aku mendekatinya sedepa. Jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan berlari kecil.” [HR. Muslim, Kitab az-Zikr, No. 2/2675].

Diriwayatkan dari Abi Musa, ia berkata: Kami pernah bersama Nabi saw dalam suatu perjalanan. Kemudian orang-orang mengeraskan suara dalam bertakbir. Lalu Nabi saw bersabda: ‘Hai manusia, kecilkanlah suaramu, sebab kamu tidak berdoa kepada orang yang tuli dan jauh, melainkan kamu berdoa kepada Yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat, dan Dia bersamamu …” [HR. Muslim, Kitab az-Zikr, No. 44/2704].

Dari berbagai hadits di atas sebetulnya kita bisa menarik kesimpulan bahwa dzikir berjama’ah dan suara jahar/keras seperti sholat Subuh, Maghrib, dan Isya itu dibolehkan. Jika tidak, tentu dalam sholat tersebut kita dilarang mengeraskan suara.

Yang dilarang adalah suara keras yang berteriak-teriak seperti keledai sehingga mengganggu orang lain. Ibaratnya jika ada orang berbicara dengan kita dengan berteriak-teriak dengan suara keras tentu kita tersinggung bukan? Kita tidak tuli. Tapi kalau berbisik-bisik tidak kedengaran juga kita tidak bisa mendengar.

Jika dzikir berjama’ah dan bersuara keras itu dilarang, dan orang dzikir sendirian dengan tidak bersuara, niscaya kita tidak akan bisa mendapatkan berbagai dzikir dari Nabi. Afala ta’qIluun(Apakah kalian tidak berakal?),  Begitu kata Allah. Tidak pantas juga bagi seorang Muslim untuk mudah menganggap sesat atau mengkafirkan sesama Muslim yang masih sholat dan mengucapkan 2 kalimat syahadah. Jika begitu, maka mereka itu lemah imannya atau mungkin justru tidak punya iman:
Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha illallah” karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung semenjak Allah mengutusku sampai pada saat yang terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir. (HR. Abu Dawud).

Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani).
Di saat Usamah, sahabat Rasulullah saw, membunuh orang yang sedang mengucapkan, “Laa ilaaha illallaah, ” Nabi menyalahkannya dengan sabdanya, “Engkau bunuh dia, setelah dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah.” Usamah lalu berkata, “Dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah karena takut mati.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Apakah kamu mengetahui isi hatinya?” [HR Bukhari dan Muslim].[9]

Kaum Salafi Wahabi ini begitu bengis terhadap sesama Muslim. Namun terhadap kaum kafir seperti Yahudi dan Nasrani (AS dan Israel) mereka amat bersahabat. Orang yang benar-benar beriman dan ingin memurnikan ajaran Islam tidak akan begitu.

Kaum Muslim Syi’ah mereka kafirkan. Di Timur Tengah, mereka saling bunuh dan bom masjid dengan kaum Syi’ah. Di Indonesia, kelompok Aswaja/NU sudah kenyang dibid’ah-bid’ahkan oleh mereka terkait hal di atas. Demo Hizbut Tahrir mereka anggap Bid’ah. Bahkan terhadap sesama Salafi pun mereka pecah dan saling caci sehingga kata-kata yang tidak pantas seperti “KECOAK” dilontarkan kepada sesama mereka.

Abdul Mu’thi: “Khususnya yang berkenaan tentang Abu Nida’, Aunur Rafiq, Ahmad Faiz serta kecoak-kecoak yang ada di bawah mereka. Mereka ternyata tidak berubah seperti sedia kala, dalam mempertahankan hizbiyyah yang ada pada mereka. (www.salafy.or.id, manhaj: “Bahaya jaringan JI dari Kuwait dan At Turots”, Abdul Mu’thi, Abu Ubaidah Syafrudin dan Abdurahman Wonosari).[10]

Kata-kata Ular dilontarkan terhadap sesama Muslim: “Nah liciknya, ketika salafi dan jihadi sedang bertempur membela manhajnya masing-masing, kelompok bid’ah hasanah menyelusup ke dalam barisan jihadi seperti ular berbisa lalu menebar racunnya secara membabi buta, entah kepada jihadi atau kepada salafi.”[11]

Bagaimana mungkin seorang ulama kata-katanya penuh dengan “Kebun Binatang”? Kata-kata seperti “Kecoak”, “Ular Berbisa” dilabelkan kepada manusia. Jangankan ulama/dai, bagi orang awam pun itu tidak pantas. Allah benci dengan orang yang seperti itu: “Sesungguhnya Allah membenci orang yang keji, yang berkata kotor dan membenci orang yang meminta-minta dengan memaksa.” (AR. Ath-Thahawi).

Orang yang paling dibenci Allah ialah yang bermusuh-musuhan dengan keji dan kejam. (HR. Bukhari).

Nabi Muhammad itu diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Al Bazzaar).

“Paling dekat dengan aku kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya.” (HR. Ar-Ridha).

Dalam Surat Al Hujuraat 11-12 Allah melarang orang-orang yang beriman mengolok-olok dan memaki satu kaum dan menggunjing (ghibah) orang lain. Orang yang melakukan itu di akhirat kelak akan memakan bangkai yang busuk.

Bagaimana mungkin kita mengaku “MENGHIDUPKAN SUNNAH” jika kita ‘MEMATIKAN AL QUR’AN”? Melanggar ayat-ayat Al Qur’an di atas seperti memaki manusia sebagai Kecoak dan Ular?

Nabi Muhammad dan orang Islam yang benar itu kasih sayang dengan sesama dan keras terhadap orang-orang kafir. Bukan seperti Salafi Wahabi di atas:
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” [QS Al Fath 29].

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” [QS Al Maa-idah 54].

Orang-orang yang beriman tidak akan mengambil kaum Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. [QS Al Maa-idah 51].

Hanya orang munafik yang dekat dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang saat ini tengah memusuhi Islam dan membantai ummat Islam:
“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” [Al Maa-idah 52].

Tidak jarang kaum Salafi Wahabi memperdebatkan hadits-hadits meski “lawannya” juga punya argumen dari Hadits Bukhari seperti Abu Bakar yang Isbal tapi tidak dihukum haram oleh Nabi. Akibatnya timbul fitnah dan perpecahan. Padahal jangankan hadits, Al Qur’an saja jika isinya tidak jelas (Mutasyabihat) Allah melarang kita untuk memperdebatkannya karena khawatir timbul perpecahan:
“Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.”  [QS Ali ‘Imran 7].

Dakwah Nabi adalah menyeru manusia kepada kalimat Tauhid. Masuk ke dalam Islam. Untuk itu Nabi mengirim berbagai surat ajakan masuk Islam ke Kaisar Romawi Heraklius, Kisra Persia, Raja Mesir Muqowqis, dsb. Nah kalau Wahabi bukan menyeru orang-orang kafir ke dalam Islam atau pun mengajarkan pokok-pokok ajaran Islam tapi justru meributkan hal-hal furu’iyah/khilafiyyahdsb. yang akhirnya mengeluarkan vonis bahwa kelompok Muslim ini bid’ah, kelompok Muslim itu sesat. Merusak Persatuan Islam dan Ukhuwah Islamiyah:
“Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [QS Ar Ruum:32].

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” [Al An’aam:159].

Jadi bukannya memurnikan ajaran Islam, justru melanggar banyak ayat-ayat Al Qur’an dan menimbulkan perpecahan ummat Islam.

Video Siapakah Wahabi versi ustad Malaysia : 

https://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=2mnvT6WuAzA#t=0

Di bawah beberapa tulisan tentang Salafi Wahabi. Di antaranya resensi dari seorang Ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah tentang buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi. Ada juga tulisan dari seorang Aswaja.

Dari awal, ternyata pendiri Wahabi, Muhammad bin Abdul Wahhab membantu Ibnu Suud untuk bughot terhadap Kekhalifahan Turki Usmani dengan dibantu kaum kafir harbi Inggris. Akibatnya Turki lemah sehingga Palestina pun jatuh ke tangan Inggris. Dari Inggris, Palestina diserahkan ke Zionis Yahudi.

Ini adalah video bagaimana penjajah Inggris membantu Wahabi dengan dana dan senjata untuk berontak kepada Kekhalifahan Islam Turki Usmani. Di kemudian hari, Wahabi jadi pelayan Amerika dalam membantai sesama Muslim di Iraq, Afghanistan, dan sebagainya dengan menyediakan dana dan pangkalan militer:

https://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=o3vkdLIn3wQ

Hingga sekarang pun Arab Saudi dengan paham Wahabi akrab dengan AS yang merupakan pendukung utama Israel. Arab Saudi menyediakan pangkalan militer bagi tentara AS guna membantai jutaan Muslim di Iraq dan Afghanistan.

Ini adalah video tentang Wahabi. Di antaranya Wahabi membantai ummat Islam di Mekkah dan Madinah dengan alasan ummat Islam di Mekkah dan Madinah adalah kafir/musyrik. Jika ummat Islam di Mekkah dan Madinah kafir/musyrik, lalu di mana ummat Islam yang lurus?

https://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=BfEd0PLbHvM

Ternyata, Muhammad bin Abdul Wahab lahir di Najd (Nejed), tempat yang dikatakan Nabi sebagai tempat kegoncangan, fitnah-fitnah, dan tanduk setan:
Ibnu Umar berkata, “Nabi berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, Terhadap Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, ‘Dan Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam. Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Yaman.’ Maka, saya mengira beliau bersabda pada kali yang ketiga, ‘Di sana terdapat kegoncangan-kegoncangan (gempa bumi), fitnah-fitnah, dan di sana pula munculnya tanduk setan.’” [HR Bukhari] [12]

Inilah peta Najd:
Walau pun kaum Salafi berdalih bahwa Najd yang dimaksud bukan Najd di dekat Riyadh yang terkenal itu, tapi di Iraq, namun pendapat itu keliru. Pertama saat Hadits itu muncul ada orang Najd asli (bukan dari Iraq). Jika bukan Najd itu yang dimaksud, tentu Nabi akan menjelaskan bahwa Najd di Iraq lah agar mereka tidak tersinggung dan tidak timbul FITNAH.

Kedua, di hadits lain disebut bahwa Najd yang dimaksud di sebelah timur Madinah. Jelas itu Najd di dekat Riyadh karena posisinya pas di timur. Sedang Iraq posisi di peta agak disebelah utara:
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.: 
“Bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda sambil menghadap ke arah timur: “Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana! Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana. Yaitu tempat muncul tanduk setan.” (Shahih MuslimNo.5167).

Saat Mu’awiyah berontak kepada Khalifah Ali, Umat Islam terbagi tiga, yaitu: 1. Sunni (Pendukung Mu’awiyah), 2. Syi’ah Ali (Pendukung Ali), dan 3. Khawarij. Pada dasarnya Khawarij itu aqidah dan amalnya adalah Islam. Namun karena mereka mengkafirkan orang Islam di luar kelompoknya bahkan membunuh Sayidina Ali, maka jumhur ulama menganggap Khawarij keluar dari Islam. Bukan Islam.
Jadi meski mengaku “Menghidupkan Sunnah”, namun jika mengkafirkan orang yang membaca Syahadah dan Sholat (meyakini 6 rukun Iman dan melaksanakan 5 rukun Islam) apalagi sampai membunuhnya, mereka adalah Khawarij. Bukan Islam.

Dari Abu Huroiroh ra bahwasanya Nabi SAW bersabda:

إذا قال الرجل لأخيه يا كافر فقد باء بهأحدهما

Apabila seseorang mengatakan kepada saudaranya: Wahai orang kafir, maka perkataan itu akan menimpa salah satu dari keduanya.” [HR Bukhari].

Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa mengangkat senjata melawan kita, bukanlah termasuk golongan kita.” Muttafaq Alaihi.  

Pada ayat-ayat Al Qur’an di atas juga dijelaskan jika orang Islam itu lemah-lembut terhadap sesama dan keras terhadap orang-orang kafir. Jadi jika terhadap sesama Muslim begitu keras seperti mengkafirkan bahkan membunuh, dia bukan Islam.

Waspadailah kaum Khawarij meski mengaku Muslim dan begitu fasih membaca Al Qur’an, namun mereka justru mengkafirkan dan memerangi ummat Islam sedang penyembah berhala dan oramg-oramg kafir seperti Yahudi dan Nasrani justru aman dari tangan mereka:
Hadis riwayat Jabir bin Abdullah ra., ia berkata: “Seseorang datang kepada Rasulullah saw. di Ji`ranah sepulang dari perang Hunain. Pada pakaian Bilal terdapat perak. Dan Rasulullah saw. mengambilnya untuk diberikan kepada manusia. Orang yang datang itu berkata: ‘Hai Muhammad, berlaku adillah!’ Beliau bersabda: ‘Celaka engkau! Siapa lagi yang bertindak adil, bila aku tidak adil? Engkau pasti akan rugi, jika aku tidak adil.’ Umar bin Khathab ra. berkata: ‘Biarkan aku membunuh orang munafik ini, wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda: ‘Aku berlindung kepada Allah dari pembicaraan orang bahwa aku membunuh sahabatku sendiri. Sesungguhnya orang ini dan teman-temannya memang membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya’. (Shahih Muslim No.1761).

Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra., ia berkata:
“Ali ra. yang sedang berada di Yaman, mengirimkan emas yang masih dalam bijinya kepada Rasulullah saw., kemudian Rasulullah saw. membagikannya kepada beberapa orang, Aqra` bin Habis Al-Hanzhali, Uyainah bin Badr Al-Fazari, Alqamah bin Ulatsah Al-Amiri, seorang dari Bani Kilab, Zaidul Khair At-Thaiy, seorang dari Bani Nabhan. Orang-orang Quraisy marah dan berkata: ‘Apakah baginda memberi para pemimpin Najed, dan tidak memberikan kepada kami?’ Rasulullah saw. bersabda: ‘Aku melakukan itu adalah untuk mengikat hati mereka. Kemudian datang seorang lelaki yang berjenggot lebat, kedua tulang pipinya menonjol, kedua matanya cekung, jidatnya jenong dan kepalanya botak. Ia berkata: Takutlah kepada Allah, ya Muhammad! ‘Rasulullah saw. bersabda: ‘Siapa lagi yang taat kepada Allah jika aku mendurhakai-Nya? Apakah Dia mempercayai aku atas penduduk bumi, sedangkan kamu tidak mempercayai aku? Lalu laki-laki itu pergi. Seseorang di antara para sahabat minta izin untuk membunuh laki-laki itu .’ (diriwayatkan bahwa orang yang ingin membunuh itu adalah Khalid bin Walid), tetapi Rasulullah saw. bersabda: ‘Sesungguhnya diantara bangsaku ada orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad.’ (Shahih Muslim No.1762).

Anjuran untuk membunuh orang-orang Khawarij.
Hadis riwayat Ali ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat.”(Shahih Muslim No.1771).

Golongan Khawarij adalah seburuk-buruk manusia.
Hadis riwayat Sahal bin Hunaif ra.:
Dari Yusair bin Amru, ia berkata: Saya berkata kepada Sahal: “Apakah engkau pernah mendengar Nabi saw. menyebut-nyebut Khawarij?” Sahal menjawab: “Aku mendengarnya, ia menunjuk dengan tangannya ke arah Timur, mereka adalah kaum yang membaca Alquran dengan lisan mereka, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama secepat anak panah melesat dari busurnya.” (Shahih Muslim No.1776).

Pandangan FPI terhadap Wahabi:
Ada pun Pandangan FPI terhadap WAHABI sebagai berikut: FPI membagi WAHABI dengan semua sektenya juga menjadi TIGA GOLONGAN; Pertama, WAHABI TAKFIRI yaitu Wahabi yang mengkafirkan semua muslim yang tidak sepaham dengan mereka, juga menghalalkan darah sesama muslim, lalu bersikap MUJASSIM yaitu mensifatkan Allah SWT dengan sifat-sifat makhluq, dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah menyimpang dari USHULUDDIN yang disepakati semua MADZHAB ISLAM. Wahabi golongan ini KAFIR dan wajib diperangi.

Kedua, WAHABI KHAWARIJ yaitu yang tidak berkeyakinan seperti Takfiri, tapi melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan mau pun tulisan terhadap para Ahlul Bait Nabi SAW seperti Ali RA, Fathimah RA, Al-Hasan RA dan Al-Husein RA mau pun ‘Itrah/Dzuriyahnya. Wahabi golongan ini SESAT sehingga mesti dilawan dan diluruskan.

Ketiga, WAHABI MU’TADIL yaitu mereka yang tidak berkeyakinan Takfiri dan tidak bersikap Khawarij, maka mereka termasuk MADZHAB ISLAM yang wajib dihormati dan dihargai serta disikapi dengan DA’WAH dan DIALOG dalam suasana persaudaraan Islam.[13]

Pandangan Habib Munzir Al Musawa dari Majelis Rasulullah tentang Wahabi:
“Beda dengan orang orang wahabi, mereka tak punya sanad guru, namun bisanya cuma menukil dan memerangi orang muslim.mereka memerangi kebenaran dan memerangi ahlussunnah waljamaah, memaksakan akidah sesatnya kepada muslimin dan memusyrikkan orang orang yg shalat.”[14]

Salaf, artinya adalah kaum yg terdahulu, salaf adalah istilah bagi Ulama Ulama yg terdahulu di masa setelah Tabi’ Tabiin, namun kaum penganut ajaran wahabi menamakan dirinya salafy, padahal mereka tak mengikuti ajaran ulama salaf yg terkenal berbudi luhur, ahli ibadah, ahli ilmu syariah. mereka ini muncul di akhir zaman justru membawa ajaran sesat dan mengaku salaf.[15]

Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi
“Mereka memerangi orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala”
(HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasai, dan Ahmad).

Ketika akan memulai menulis review buku Sejarah Berdarah Sekte SalafiWahabi terbitan Pustaka Pesantren (Grup LKIS) Tahun Terbit: 2011 ini[16] resensator M. Zulfi Ifani, ketua Umum IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) UGM Yogya,sebenarnya sedikit ragu. Ada sedikit ragu untuk bersiap menghadapi serangan atau bahkan hujatan dari kelompok Salafi yang kebakaran jenggot melihat kelompok mereka dikritik sedemikian rupa. Saya kira sudah jadi identitas bagi kelompok Salafi untuk ringan lisan mengkafirkan, membid’ahkan dan menyesatkan orang/kelompok yang tidak sejalan dengan pemikiran mereka.

Buku ini Zulfi Ifani temui di pameran buku di Jogja Expo Center beberapa hari lalu. Ditulis oleh seorang penulis Syaikh Idahram (yang sayangnya, biografi singkat penulis tidak dijelaskan sedikitpun di buku ini. Sepertinya ini nama pena). Selain penulis tersebut, buku ini juga di-endorser oleh beberapa tokoh kompeten yaitu: KH. Arifin Ilham (Pimpinan Majelis Dzikir Adz Zikra), KH. DR. Ma’ruf Amien (Ketua MUI) dan Prof. Said Agil Siraj (Ketua Umum PBNU).

Ma’ruf Amien misalnya menyatakan bahwa “Buku ini layak dibaca oleh siapa pun. Saya berharap setelah membaca buku ini, seorang muslim meningkat kesadarannya, bertambah kasih-sayangnya, rukun dengan saudaranya, santun dengan sesama umat, lapang dada dalam menerima perbedaandan adil dalam menyikapi permasalahan.”
Ringkasan Buku
Adapun buku ini terbagi ke dalam 6 bab pembahasan. Bab pertama, bercerita tentang seluk beluk Salafi. Saya mencatat bahwa berdirinya kelompok (atau sekte menurut penulis buku) tidak lepas pula dari kepentingan ekonomi-politik duet Muhammad bin Saud dan Muhammad bin Abdul Wahab untuk melepaskan diri dari Kekhalifahan Turki Utsmani dan mendirikan negara/pemerintahan baru. Terbukti hari ini, dinasti Raja Saudi didukung pewaris madzhab Salafi Wahabi bergandengan tangan duduk satu meja dengan pihak barat dalam banyak hal.

Bab kedua, bercerita tentang sejarah kejahatan Salafi. Susah untuk dipercaya, dan mungkin memang harus dikonfirmasi terlebih lebih lanjut. Tapi, data dan fakta yang disampaikan penulis cukuplah kuat untuk membuktikan tuduhan kejahatan ini. Beberapa peristiwa terkini, seperti pembantaian jamaah haji dari Yaman (tahun 1921) sejumlah hampir 1000 orang. Juga jamaah haji dari Iran (tahun 1986), sedikitnya 329 orang tewas dan ribuan lainnya terluka. Anda tahu kenapa jamaah Iran dibantai? Jawabannya karena mereka berdemo melaknat negeri-negeri barat. Bagaimana pendapat anda? Kalau anda tidak merasa aneh dan miris, justru saya akan mempertanyakan ke-Islaman anda…

Bab ketiga, bercerita tentang hadits-hadits Rasul tentang Salafi. Ada beberapa hadits yang diangkat, akan tetapi Hadits Bukhari, Muslim, dan Hakim sepertinya cukup mewakili: “Akan terjadi di tengah umatku perbedaan dan perpecahan. Akan muncul suatu kaum yang membuatmu kagum, dan mereka juga kagum terhadap diri mereka sendiri. Namun orang-orang yang membunuh mereka lebih utama di sisi Allah daripada mereka. Mereka baik perkataannya, namun buruk perbuatannya. Mereka mengajak kepada kitab Allah, tetapi tidak mewakili Allah sama sekali. Jika kalian menjumpai mereka, maka bunuhlah.”

Saya kira kalau kelompok umat Islam lain konsisten bertindak secara tekstual (seperti yang dipraktekkan Salafi), bisa jadi kelompok Salafi sudah dibunuh sejak dulu –tidak akan ada yang rugi saya kira. Akan tetapi, saya kira sebagian umat Islam lebih cerdas dan arif dalam melihat perbedaan sehingga tidak gegabah dan bodoh dalam bertindak.

Bab keempat, bercerita tentang fatwa-fatwa yang menyimpang dari Salafi Wahabi. Seperti biasa yang kita tahu, bahwa fatwa-fatwa mereka seringkali otoriter dan bila tidak dilaksanakan lalu kuasa bahasa bermain (sesat, kafir, bid’ah, boikot sampai halal darahnya). Saya heran hari seperti ini sempat-sempatnya memfatwakan haramnya belajar bahasa selain bahasa arab, gila bukan? Menurut Salafi belajar bahasa selain arab adalah bentuk tasyabbuh kuffar (menyerupai orang-orang kafir). Entah dimana akal sehat ditaruh pada fatwa ini. Padahal bahasa adalah ilmu alat yang amat penting, tanpa bahasa ilmu tidak akan pernah menyebar luas, dakwah pun hanya akan terjepit di lokal tertentu.
Selain fatwa aneh haram belajar bahasa lain, ada juga fatwa-fatwa janggal lain seperti: haram membawa jenazah dengan mobil, ucapan hari raya adalah bid’ah dan sesat, dsb.

Bab kelima, bercerita tentang kerancuan konsep dan manhaj Salafi.  Inti dari bab ini kurang lebih senada dengan buku Prof. Said Ramadhan Al Buthi Assalafiyyah Marhalatun Zamaniyyatun mubârakatun lâ Madzhabun Islâmiyyun yang menyatakan bahwa Salafi pada dasarnya hanyalah sebuah fase sejarah bukan madzhab. Ada dua argumen yang harusnya dijadikan catatan:
Pertama, bahwa kaum Salaf pun ketika itu tidak selalu seragam dalam menghadapi permasalahan. Adalah suatu kejanggalan ketika sekarang harus diseragamkan, atau jangan-jangan keseragaman ini bukan muncul dari kaum Salaf tapi justru dari pemaksaan ajaran Muhammad ibnu Abdul Wahab??
Kedua,  kelompok Salafi begitu gencar mengkampanyekan anti taqlid dan madzhabiyah (Syafii, Hanbali, Hanafi dan Malik). Sayangnya, mereka tidak konsisten! Justru mereka sendiri sangat taqlid terhadap ulama mereka seperti Syekh bin Baz, Syekh bin Utsaimin, Syekh bin Fauzan, dll. Lucu bukan?? Lucu sekali…

Epilog
Hari ini perbedaan yang sifatnya furuiyah seharusnya tidak dihadapi dengan semangat bid’ah-membid’ahkan atau bahkan kafir-mengkafirkan. Itu terlalu jauh dan kasar terhadap sesama umat Islam. Kalau konsisten dengan Salaf, seharusnya akhlak Rasul mereka junjung tinggi, bukan justru akhlak Khawarij yang gemar menuduh kafir, bid’ah dan sesat.

Pada akhirnya, hari ini sudah jelas siapa musuh Islam. Sudah jelas siapa yang harus kita lawan bersama-sama. Jangan sampai kelompok anti Islam, dari Zionis maupun barat terus menertawai umat Islam yang lebih senang ribut di internal alih-alih mensolidkan diri.

Ulama Se-Jagat Menggugat Salafi Wahhabi

Hairul Anam, Penggiat buku di Intitut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika), Sumenep, dalam resensinya terhadap buku Ulama Se-Jagat Menggugat Salafi Wahhabi[17], mengatakan bahwa: “Selama ini, kaum Salafi Wahabi selalu getol menyesatkan umat Islam yang tak selaras dengan ideologinya. Mereka cenderung melakukan beragam cara, terutama melalui tindakan-tindakan anarkis yang meresahkan banyak kalangan.”

Selanjutnya ia menjelaskan: padahal, ketika dilakukan kajian mendalam, justru Salafi Wahabi-lah yang sarat dengan pemahaman menyesatkan. Sesat karena berbanding terbalik dengan ajaran Islam yang terkandung di dalam hadis dan al-Qur’an. Setidaknya, buku ini memberikan gambaran jelas akan hal itu.

Buku berjudul Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi, ini secara komprehensif mengungkap kesesatan pemikiran para ulama yang menjadi panutan utama kaum Salafi Wahabi. Didalamnya dijelaskan betapa para ulama Salafi Wahabi itu menggerus otentisitas ajaran Islam, disesuaikan dengan kepentingan mereka. Terdapat tiga tokoh utama Salafi Wahabi: Ibnu Taimiyah al-Harrani, Muhammad Ibnu Abdul Wahab, dan Muhammad Nashiruddin al-Albani. Pemikiran mereka nyaris tidak membangun jarak dengan kerancuan serta beragam penyimpangan.

Penyimpangan yang dilakukan Ibnu Taimiyah (soko guru Salafi Wahabi) ialah meliputi spirit menyebarkan paham bahwa zat Allah sama dengan makhluk-Nya, meyakini kemurnian Injil dan Taurat bahkan menjadikannya referensi, alam dunia dan makhluk diyakini kekal abadi, membenci keluarga Nabi, menghina para sahabat utama Nabi, melemahkan hadis yang bertentangan dengan pahamnya, dan masih banyak lagi lainnya.

Dalam pada itu, wajar manakala ratusan ulama terkemuka dari berbagai mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Ja’fari/Ahlul Bait, dan Syiah Itsna Asyariah) sepakat atas kesesatan Ibnu Taimiyah, juga kesesatan orang-orang yang mengikutinya, kaum Salafi Wahabi. Lihat di antaranya kitab al-Wahhabiyah fi Shuratiha al-Haqiqiyyah karya Sha’ib Abdul Hamid dan kitab ad-Dalil al-Kafi fi ar-Raddi ‘ala al-Wahhabi karya Syaikh Al-Bairuti. (hal. 90).

Sebagai penguat dari fenomena itu, terdapat ratusan tokoh ulama, ahli fikih dan qadhi yang membantah Ibnu Taimiyah. Para ulama Indonesia pun ikut andil dalam menyoroti kesesatan Ibnu Taimiyah ini, seperti  KH Muhammad Hasyim Asy’ari (Rais ‘Am Nahdhatul Ulama dari Jombang Jawa Timur), KH. Abu al-Fadhl (Tuban Jawa Timur), KH. Ahmad Abdul Hamid (Kendal Jawa Tengah), dan ulama-ulama nusantara tersohor lainnya.

Pendiri Salafi Wahabi, Muhammad Ibnu Abdul Wahab, juga membiaskan pemikiran yang membuat banyak umat Islam galau kehidupannya. Ragam nama dan pemikiran ulama yang menguak penyimpangannya dimunculkan secara terang-terangan dalam buku ini, dilengkapi dengan argumentasi yang nyaris tak bisa terpatahkan.

Dibanding Ibnu Taimiyah, sikap keberagamaan Abdul Wahab tak kalah memiriskan. Ada sebelas penyimpangan Abdul Wahab yang terbilang amat kentara. Yakni: Mewajibkan umat Islam yang mengikuti mazhabnya hijrah ke Najd, mengharamkan shalawat kepada Nabi, menafsirkan al-Qur’an & berijtihad semaunya, mewajibkan pengikutnya agar bersaksi atas kekafiran umat Islam, merasa lebih baik dari Rasulullah, menyamakan orang-orang kafir dengan orang-orang Islam, mengkafirkan para pengguna kata “sayyid”, mengkafirkan ulama Islam di zamannya secara terang-terangan, mengkafirkan imam Ibnu Arabi, Ibnu Sab’in dan Ibnu Faridh, mengkafirkan umat Islam yang tidak mau mengkafirkan, dan memuji kafir Quraisy-munafik-murtad tapi mencaci kaum Muslimin. (hal. 97-120).

Nasib Abdul Wahab tidak jauh beda dengan Ibnu Taimiyah; ratusan tokoh ulama sezaman dan setelahnya menyatakan kesesatannya. Di antara para ulama yang menyatakan hal itu adalah ulama terkenal Ibnu Abidin al-Hanafi di dalam kitab Radd al-Mukhtar ‘ala ad-Durr al-Mukhtar. Juga Syaikh ash-Shawi al-Mishri dalam hasyiah-nya atas kitab Tafsir al-Jalalain ketika membahas pengkafiran Abdul Wahab terhadap umat Islam.

Searah dengan Ibnu Taimiyah dan Abdul Wahab, Muhammad Nashiruddin al-Albani melakukan tindakan yang membentur kemurnian ajaran Islam. Ia telah mengubah hadis-hadis dengan sesuatu yang tidak boleh menurut Ulama Hadis. Sehingga, sebagaimana diakui Prof Dr Muhammad al-Ghazali, al-Albani tidak dapat dipertanggungjawabkan dalam menetapkan nilai suatu hadis, baik shahih maupun dhaif.

Selain ketiga ulama di atas, ada 18 ulama Salafi Wahabi yang juga diungkap dalam buku ini. Mereka telah menelorkan banyak karya dan memiliki pengaruh besar terhadap konstelasi pemikiran kaum Salafi Wahabi. Di samping itu, Syaikh Idahram juga menghimbau agar umat Islam mewaspadai terhadap tokoh Salafi Wahabi generasi baru. Mereka adalah anak murid para ulama Salafi Wahabi. Secara umum, mereka berdomisili di Saudi Arabia.

Menariknya, buku ini kaya perspektif. Referensi yang digunakannya langsung merujuk pada sumber utama. Data-datanya terbilang valid. Validitas data tersebut dapat dimaklumi, mengingat karya fenomenal ini berpangkal dari hasil penelitian selama sembilan tahun, mulai 2001 sampai 2010. Selamat membaca!

Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi[18]
Imam S Arizal[19] dalam resensi buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi[20] menjelaskan tentang keyakinan satu kelompok bahwa hanya ada kebenaran tunggal, akan menjadi bencana bagi kehidupan beragama. Setidaknya hal itulah yang terekam dari perjalanan sejarah sekte salafi Wahabi. Sejarah gerakan ini dipenuhi dengan darah umat Islam. Banyak sekali tragedi-tragedi kemanusiaan, kekerasan dan bahkan pembunuhan yang mewarnai perjalanan dan pengembangan gerakan Wahabi. Pun demikian, tak jarang Tuhan dijadikan alat legeitimasi untuk melangsungkan misi gerakan Wahabi.

Wahabi adalah gerakan pembaharuan dan pemurnian Islam yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman at-Tamimi (1115-1206 H / 1703-1792 M) dari Najd, Semenanjung Arabia. Istilah Wahabi telah dikenal semasa Ibn Abdul Wahab hidup, tapi bukan atas inisiatif dirinya melainkan berasal dari lawan-lawannya. Ini berarti, istilah Wahabi merupakan bagian dari rangkaian stigma terhadap gerakannya.

Kaum Wahabi mengklaim sebagai Muslim yang berkiblat pada ajaran Islam yang pure, murni. Mereka sering juga menamakan diri sebagai muwahiddun, yang berarti pendukung ajaran yang memurnikan keesaan Allah (tauhid). Tetapi, mereka juga menyatakan bahwa mereka bukanlah sebuah mazhab atau kelompok aliran Islam baru, tetapi hanya mengikuti seruan (dakwah) untuk mengimplementasikan ajaran Islam yang (paling) benar.

Tujuan awal aliran Wahabi adalah mengembalikan umat kepada ajaran Islam yang murni seperti yang termuat dalam Alquran dan sunah. Karenanya, tauhid merupakan tema pokok dalam doktrin Wahabi. John L Esposito menegemukakan bahwa Abdul Wahhab memandang tauhid sebagai agama Islam itu sendiri.

Dengan semangat puritannya, Abdul Wahhab hendak membebaskan Islam dari semua perusakan yang diyakininya telah menggerogoti Islam seperti tasawuf, tawasul, rasionalisme, ajaran Syiah dan berbagai praktik inovasi bidah. Wahabisme memperlihatkan kebencian yang luar biasa terhadap semua bentuk intelektualisme, mistisisme, dan sektarianisme.‘Abd al-Wahhab sendiri gemar membuat daftar panjang keyakinan dan perbuatan yang dinilainya munafik, yang bila diyakini atau diamalkan akan segera mengantarkan seorang muslim berstatus kafir.

Sejak kelahirannya, aliran Wahabi sangat lekat dengan tradisi kekerasan. Bersama Dinasti Saud, kaum Wahabi berusaha menundukkan suku-suku di Jazirah Arab di bawah bendera Wahabi/Saudi. Menyamun, menyerang, dan menjarah suku tetangga adalah praktik yang luas dilakukan suku-suku Badui di Jazirah Arab sepanjang sejarahnya. Setiap suku yang belum masuk Wahabi diberi dua tawaran jelas: masuk Wahabi atau diperangi sebagai orang-orang musyrik dan kafir (hlm. 119).

Dalam doktrinnya, setiap Muslim yang tidak mempunyai pemahaman dan praktik agama Islam yang persis seperti Wahabi dianggap murtad dan karenanya memerangi mereka diperbolehkan, atau bahkan diwajibkan. Razia, penggerebekan dan perampokan pun dilakukan. Dengan demikian, predikat Muslim hanya merujuk secara eksklusif kepada para pengikut wahabi, seperti kata “muslim” yang digunakan dalam buku Unwan al-Majd fi Tarikh al-Najd, salah satu buku sejarah resmi wahabisme.

Gerakan Wahabi telah melakukan keganasan dan kekejaman di kota Karbala (1216 H/1802 M) dengan pembunuhan yang tidak mengenal batas perikemanusiaan. Mereka telah membunuh puluhan ribu orang Islam, selama kurun waktu 12 tahun ketika mereka menyerang dan menduduki kota Karbala serta kawasan sekitarnya, termasuk Najaf.

Pada tahun 1803 M, kaum Wahabi menyerang dan memberangus kota Thaif. Di kota itu mereka membunuh sibuan penduduk sipil, termasuk wanita dan anak-anak yatim. Bahkan, menurut Muhammad Muhsin al-Amin, mereka turut menyembelih bayi yang masih di pangkuan ibunya dan wanita-wanita hamil, sehingga tiada seorang pun yang terlepas dari kekejaman Wahabi (hlm. 77).

Setelah mereka merampas, merusak segala yang ada, membunuh orang-orang tak berdosa, dan melakukan keganasan yang tidak terkira terhadap umat islam, mereka melanjutkan kebrutalannya menuju Makkah. Ibnu Bisyr dalam kitabnya Unwan al-Majd fi Tarikh Najd, menguraikan bahwa pada bulan Muharram 1220 H/1805 M, wahabi di Makkah membunuh ribuan umat islam yang sedang menunaikan ibadah haji. Dalam cacatan lain disebutkan, pembunuhan bukan hanya terjadi pada jamaah haji, melainkan juga pada masyarakat sipil.

Aksi kekerasan wahabi tidak berhenti sampai disitu. Pada tahun 1341 H/1921 M tentara wahabi membantai seribu orang lebih rombongan jamaah haji asal Yaman yang sedang menuju Makkah tanpa sebab yang jelas. Tahun 1408 H/1986 M mereka juga menyerang jamaah haji asal Iran. Peristiwa itu menewaskan 329 orang dan ribuan lainnya luka-luka (hlm. 99-100).

Selain membunuh masyarakat sipil, tentara wahabi juga melakukan pembakaran terhadap perpustakaan-perpustakaan Islam. Di antara kasus pembakaran buku-buku yang paling fenomenal adalah pembakaran buku-buku yang terdapat di Perpustakaan Arab (Maktabah Arabiyah) di Makkah al-Mukarramah. Perpurkaan ini termasuk perpustakaan yang paling berharga dan paling bernilai historis. Bagaimana tidak, sedikitnya ada 60.000 buku-buku langka dan sekitar 40.000 masih berupa manuskrip yang sebagiaannya adalah hasil diktean dari Nabi Muhammad kepada para sahabatnya, sebagian lagi dari Khulafaur Rasyidin, dan para sahabat Nabi yang lainnya. Semua buku-buku tersebut dibumi-hanguskan oleh para tentara wahabi.

Itulah sebagian kecil dari sisi gelap perjalanan sekte wahabi yang termuat dalam buku ini. Karya Syaikh Idahram ini cukup kritis dan merupakan suatu karya ilmiah penting bagi bangsa Indonesia. Bahkan dalam pengantarnya, Prof. Dr. KH. Said Agil Siraj, memuji karya besar ini. menurutnya, belum ditemukan karya setajam ini sebelumnya dalam mengkritisi Gerakan Salafi Wahabi.

Kekecewaan Seorang (Mantan?) Salafi:Perpecahan di Kalangan Salafi[21]:
Ada seorang mantaf anggota gerakan salafi Wahabi yang curhat. Dzulqarnain Abdul Ghafur Al-Malanji menulis: “Kita katakan: ‘apalagi yang kalian tunggu wahai hizbiyyun? Abu Nida’, Ahmad Faiz dan kelompok kalian At-Turatsiyyin!! Bukankah kalian menunggu pernyataan dari Kibarul Ulama’? Bahkan ‘kita hadiahkan’ kepada kalian fatwa dari barisan ulama salafiyyin yang mentahdzir Big Boss kalian!! Kenapa kalian tidak bara’ dan lari dari At-Turats?! Mengapa kalian masih tetap menjilat dan mengais-ngais makanan, proyek-proyek darinya?’

Walhasil, perpecahan di antara salafi terjadi beberapa kelompok dan di antara mereka merasa paling dirinya paling benar. kelompok-kelompok yang berpecah-belah dan saling menganggap sesat itu antara lain:  Kelompok Al-Muntada (sururiyah) yang didirikan oleh Salafi London yakni Muhammad Surur bin Nayif Zainal Abidin, kemudian di Indonesia membentuk kelompok Al-Sofwah dan Al-Haramain dengan pentolannya Muhammad Kholaf, Abdul Hakim bin Abdat, Yazid bin Abdul Qadir Jawwas, Ainul Harits (Jakarta) dan Abu Haidar (As-Sunnah Bandung).

Ini juga dari kedustaan dia, membangun masjidnya ahlul bid’ah, Hadza Al-Sofwah, dan Yazid Jawwas mengatakan “Al-Sofwah itu Salafy”, padahal tadinya ketika dia masih sama kita dia mengatakan bahwa Al-Sofwa itu ikhwani, Surury, tapi ketika dia bersama mereka sudah meninggalkan Salafiyyin, terus omongnya sudah lain.

Sehingga apa yang mereka sebarkan dari prinsip-prinsip ikhwaniyyah dan Sururiyyah ini, adalah sesuatu yang bertolak belakang dengan Sunnah Rasulullah, dan bertentangan dengan 180 derajat (lihat 2).

Kemudian kelompok Jami’atuts Turots Al-Islamiyah (lembaga warisan Islam) yang didirikan oleh salafi Kuwait Abdurrahman Abdul Khaliq, di Indonesia membentuk kelompok Ma’had Jamilurahman As-Salafy dan Islamic Center Bin Baaz (Jogya) dengan pentolannya Abu Nida’ Aunur Rafiq Ghufron (Ma’had Al-Furqan Gresik), Ahmad Faiz (Ma’had Imam Bukhari Solo), dan lain-lain.

Lantas bagaimana menyikapi orang-orang at Turots/Abu Nida’ cs ini? Syaikh Muqbil memberikan kaidah tentang orang-orang yang padanya adapemikiran hizbiyah, bahkan  Abdurahman Abdul Kholiq dicap adalah mubtadi’. Dengan keadaan Abu Nida’ yang demikian, apakah sudah bisa memastikan bahwa Abu Nida’ adalah hizbi? Ya (Syaikh Yahya al Hajuri).

Disinilah perlunya membedakan antara Salafiyyin dan At Turots, sebagaimana Allah tegaskan tidak akan sama orang yang berilmu danberamal, dibanding orang yang beramal dengan kejahilan (lihat 6).
Ada lagi kelompok salafi lain seperti FK Ahlussunnah wal jamaah (FKAWJ) dan Lasykar Jihad yang didirikan oleh Ja’far Umar Thalib, yang juga dianggap sesat oleh salafi lainnya.

Abdurahman Wonosari mengatakan:
“Sebagian orang menganggap kita yang telah berlepas diri dari kesesatan Ja’far Umar Thalib (JUT). Namun ketika jelas setelah nasihat dari para Ulama’ atas JUT, namun dia enggan menerimanya bahkan justru dia meninggalkan kita, maka Allah memudahkan kita berlepas diri daripadanya. Bahkan memudahkan syabab kembali kepada Al Haq, tanpa harus bersusah-payah. Padahal sebelumnya, banyak yang ingin menjatuhkan JUT dari sisi akhlak dan muammalahnya.

Qadarallah, selama ini kita disibukkan dengan jihad (th 2000 – 2002), yang dengan jihad tercapai kebaikan-kebaikan, tidak diingkari juga adanya terjerumusnya dalam perkara  siyasah/politik. Dan hal ini, membikin syaikh Rabi’ bin Hadi menasehatkan dengan menyatakan: “Dulunya jihad kalian adalah jihad Salafy, kemudian berubah menjadi jihad ikhwani.” Mendengar peringatan yang demikian, alhamdulillah, Allah sadarkan kita semua, langsung bangkit dan kemudian berusaha membubarkan FKAWJ (Forum Komunikasi Ahlusunnah wal Jama’ah, red) dan menghentikan komandonya JUT (Laskar Jihad Ahlusunnah wal Jama’ah, red). Alhamdulillah.”

Kemudian kelompok salafi lainnya Ponpes Dhiyaus Sunnah (Cirebon) dengan  Muhammad Umar As-Sewed. Kelompok yang satu ini merasa salafi yang paling asli diantara salafi-salafi asli lainya, karena merujuk kepada ulama-ulama salafi Saudi.

Saking kerasnya pertentangan diantara kelompok salafi itu, mereka memperlakukan kelompok salafi lain telah keluar dari salafi dan dianggap sesat dan bid’ah oleh salafi lainnya,

Muhammad Umar As-Sewed (Cirebon):
Dalam syarhus Sunnah dalam aqidatus salaf ashabul hadits, kemudian dalam Syariah Al-Ajurry, kemudian Minhaj Firqatun najiyah Ibnu Baththah, itu semua ada. Yang menunjukkan mereka semua sepakat untukmemperingatkan ummat dari ahlul bid’ah dan mentahdzir ahlul bid’ah, membenci mereka, menghajr mereka, memboikot mereka dan tidak bermajlis dengan mereka, itu sepakat. Sehingga apa yang mereka sebarkan dari prinsip-prinsip ikhwaniyyah dan Sururiyyah ini, adalah sesuatu yang bertolak belakang dengan Sunnah Rasulullah, dan bertentangan dengan 180 derajat.

Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, di negara-negara Arab-pun juga demikian, di antara ulama salafi sendiri mengklaim merekalah salafi yang asli dan harus diikuti, sedangkan yang lain sesat dan harus dihindari pengajian-pengajian, buku-buku dan kaset-kasetnya. Salafi yang merasa asli menyatakan bahwa merekalah pengikut shalafush shalih yang benar, sedangkan salafi yang lain hanya mengaku-ngaku saja sebagai salafi. Begitu juga sebaliknya!

Ada kelompok ulama semisal Abdullah bin Abdil Aziz bin Baz, Shalih bin Fauzan Al Fauzan, Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Muhammad bin Rabi’ Al-Madkhali, dan lain-lain. (Saudi), Muqbil bin Haadi, Yahya Al-Hajuri (Yaman), Muhammad bin Abdurrahman Al-Maghrawi (Maroko), Falah bin Ismail, Falah bin Tsani As-Su’aidi, Walid Al-Kandari, Mubarak bin Saif Al-Hajiri (Kuwait).

Di sisi lain terdapat pula ulama salafi yang mereka anggap sesat semisal Abdurrahman Abdul Khaliq (Kuwait), Muhammad Quthb (ex IM yang dianggap masuk salafi), Muhammad Surur bin Nayif Zainal (London), dan lain-lain.Abdurrahman Abdul Khaliq misalnya, beliau mendirikan Jami’atuts Turots Al-Islamiyah (lembaga warisan Islam) di Kuwait juga menggunakan landasan yang sama sebagai salafi, yakni menyatukan langkah dengan menjadikan Al-Quran dan sunnah serta mengikuti salafush shalih sebagai sumber tasyri’, mengembalikan setiap persoalan kepada kalamullah dan rasul-Nya. Tetapi Abdurrahman Abdul Khaliq dianggap sesat dan bid’ah oleh salafi yang lain, karena beliau membentuk hizbi.

Begitu juga Muhammad Surur bin Nayif Zainal Abidin yang mendirikan Al-Muntada di London, juga mengaku sebagai salafi. Tetapi karena beliau mengkritik dengan keras kebijakan kerajaan Saudi yang bersekutu dengan kafir AS untuk memerangi Iraq pada perang teluk, beliau juga mencela ulama-ulama yang menjadi budak kerajaan Saudi dengan mecari-carikan dalil yang sesuai dengan kebijakan penguasa kerajaan. Disamping itu beliau menggunakan prinsip IM:
“Nata’awan fima tafakna wa na’dziru ba’dina ba’don fi makhtalahna” atau “Kita saling kerjasama apa yang kita sepakati dan kita hormat-menghormati saling memaklumi apa yang kita berbeda” (lihat 2). Sehingga beliau dianggap sesat dan bukan lagi sebagai salafi.[22]
Apa yang diuangkap dalam situs :
http://syiarislam.wordpress.com/2012/01/04/salafi-wahabi-memecah-belah-islam-dari-dalam/
Oleh pengikut Salafi, itu dianggap fitnah keji. DIjelaskan apa itu Wahabi di sini:
http://muslim.or.id/manhaj/apa-itu-wahabi-1.html
http://muslim.or.id/manhaj/apa-itu-wahabi-2.html

Pengikut Abdul Wahhab mungkin menganggap itu fitnah yang keji. Sementara yang anti terhadap Muhammad bin Abdul Wahhab justru menuduh Muhammad bin Abdul Wahhab lah yang gemar memfitnah sesama Muslim dengan sebutan Ahlul Bid’ah, Musyrik, Kafir, dan sebagainya kemudian memeranginya.

Agar tidak bingung terhadap 2 pendapat yang berbeda tersebut, hendaknya kita kembali kepada Al Qur’an dan Hadits. Kita imani apa adanya. Jangan ditakwilkan sehingga berubah maknanya.
Sebagaimana kita ketahui, Muhammad bin Abdul Wahhab lahir dan besar di Najd, sehingga beliau disebut juga Muhammad bin Abdul Wahhab An Najdi. Nah ternyata Nabi telah mengisahkan kepada kita tentang Najd yang merupakan tempat timbulnya fitnah:
Ibnu Umar berkata, “Nabi berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, Terhadap Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, ‘Dan Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam. Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Yaman.’ Maka, saya mengira beliau bersabda pada kali yang ketiga, ‘Di sana terdapat kegoncangan-kegoncangan (gempa bumi), fitnah-fitnah, dan di sana pula munculnya tanduk setan.’” [HR Bukhari].

Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:

Bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda sambil menghadap ke arah timur: “Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana! Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana. Yaitu tempat muncul tanduk setan.”(Shahih Muslim No.5167).

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang menceritakan kepada kami ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id mawla bani hasyim yang berkata telah menceritakan kepada kami Uqbah bin Abi Shahba’ yang berkata telah menceritakan kepada kami Salim dari ‘Abdullah bin Umar yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan shalat fajar kemudian mengucapkan salam dan menghadap kearah matahari terbit seraya bersabda “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini dari arah munculnya tanduk setan” [Musnad Ahmad 2/72 no 5410 dengan sanad shahih][23]

Boleh dikata saat ini Muhammad bin Abdul Wahhab dengan pengikutnya, Muwahhidun atau Salafi, sering menimbulkan fitnah. Insya Allah hadits Nabi di atas adalah benar karena Nabi sebelum jadi Nabi pun sudah dikenal sebagai Al Amiin yang dapat dipercaya.

Silahkan baca juga:
Salafi Wahabi Memecah Belah Islam dari Dalam
Beberapa Kekeliruan Salafi Wahabi
Najd Tempat Khawarij/Fitnah: Di Najd atau Di Iraq?

Referensi:
http://arrahmah.com/read/2011/11/22/16492-syekh-muhammad-bin-abdul-wahhab-pejuang-tauhid-yang-memurnikan-islam.html
http://media.isnet.org/islam/Etc/Wahab.html
http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/peran-quot-lawrence-of-arabia-quot-di-balik-berdirinya-kerajaan-saudi.htm
http://www.ibnsaud.info/main/3103.htm

Sejarah Berdirinya Aliran Wahabi

Ahmad Agus Tijani berpendapat bahwa gerakan Wahabi adalah gerakan pembaharuan dan pemurnian Islam yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman at-Tamimi (1115-1206 H / 1703-1792 M) dari Najd, Semenanjung Arabia. Istilah Wahabi telah dikenal semasa Ibn Abdul Wahab hidup, tapi bukan atas inisiatif dirinya melainkan berasal dari lawan-lawannya. Ini berarti, istilah Wahabi merupakan bagian dari rangkaian stigma terhadap gerakannya.

Menurut Hanafi (2003/198), Muhammad bin Abdul Wahab merupakan seorang ulama pembaharuan dan ahli teologi agama Islam yang mengetuai gerakan salafiah. Wahabi dianggap sebagai ultra-konservatif berbanding salafi. Ia dianggap sebagai gerakan pembaharuan, bukan suatu mazhab. Beliau memperkenalkan semula undang-undang Syariahdi Semenanjung Arab. Beliau sangat dipengaruhi oleh Ahmad ibn Hanbal dan Ibn Taimiah. Selama beberapa bulan beliau merenung dan mengadakan orientasi, untuk kemudian mengajarkan paham-pahamnya. Meskipun tidak sedikit orang yang menentangnya, antara lain dari kalangan keluarganya sendiri, namun ia mendapat pengikut yang banyak.

Wahhabisme atau ajaran Wahabi muncul pada pertengahan abad 18 di Dir’iyyah sebuah dusun terpencil di Jazirah Arab, di daerah Najd. Kata Wahabi sendiri diambil dari nama pendirinya, Muhammad Ibn Abdul-Wahhab (1703-1787). Laki-laki ini lahir di Najd, di sebuah dusun kecil Uyayna. Ibn Abdul-Wahhab adalah seorang mubaligh yang fanatik, dan telah menikahi lebih dari 20 wanita (tidak lebih dari 4 pada waktu bersamaan) dan mempunyai 18 orang anak.

Kaum Wahabi mengklaim sebagai muslim yang berkiblat pada ajaran Islam yang pure, murni. Mereka sering juga menamakan diri sebagai muwahiddun, yang berarti pendukung ajaran yang memurnikan keesaan Allah (tauhid). Tetapi, mereka juga menyatakan bahwa mereka bukanlah sebuah mazhab atau kelompok aliran Islam baru, tetapi hanya mengikuti seruan (dakwah) untuk mengimplementasikan ajaran Islam yang (paling) benar. Arizal  (2012).

Menurut Hamid (2010/101), muncul nya gerakan wahabi tidak bisa dipisahkan dari gerakan politik, perilaku keagamaan, pemikiran dan social ekonomi umat islam. Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni pengikut madzhab Hanbali, bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab bin Sulaiman adalah seorang sunni yang baik, begitu pula guru-gurunya. Muhammad bin Abdul wahab memang dikenal orang yang haus ilmu. Ia berguru pada Syeikh Abdullah bin Ibrahim an-N ajdy, Syeikh Efendi ad Daghastany, Ismail al-Ajlawy, syeikh Abdul lathief al-‘Afalaqy dan Syeikh Muhammad al-‘afalaqy. Di antara mereka yang paling lama menjadi guru adalah Muhammad hayat Sindhi dan Syeikh Abdullah al-Najdy. Tidak puas dengan itu ia pergi ke syiria untuk belajar sambil berdagang.

Di sana ia menemukan buku-buku karya Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim yang sangat ia idolakan. Akhirnya ia semakin jauh terpengaruh terhadap dua aliran reformis itu. Tak lama kemudian ia pergi ke Basrah dan berguru pada Syeikh Muhammad al-majmuu’iyah. Di kota ini ia menghabiskan mencari ilmu selama empat tahun, sebelum akhirnya ia ditolak masyarakat karena pandangannya dirasa meresahkan dan bertentangan dengan pandangan umum yang berlaku di masyarakat setempat, kurnia (2012).

Kemudian Muhammad bin Abdul Wahab diusir dari tempat tersebut dan menuju ke subuah tempat yang bernama Najd. Di situlah Abdul Wahab bertemu dengan Abdul Aziz Al Sa’ud yang sedang memerintah Dir’iyyah. Beliau pun mendapat angin segar, karana Abdul Aziz Al Sa’ud menaungi kehidupannya., bahkan menjadi pelindung dan pentirnya. Nasir ( 2010/289).

Wahabisme dan keluarga Kerajaan Saudi telah menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan sejak kelahiran keduanya. Wahabisme-lah yang telah menciptakan kerajaan Saudi, dan sebaliknya keluarga Saud membalas jasa itu dengan menyebarkan paham Wahabi ke seluruh penjuru dunia. One could not have existed without the other – Sesuatu tidak dapat terwujud tanpa bantuan sesuatu yang lainnya.  Akbar (2010).

Paham Serta Ajaran Aliran Wahabi

Sebelum Muhammad Bin Abdul Wahab muncul, keadaan kaum muslimin dijazirah Arab sangat memprihatinkan. Baik dalam segi akidah maupun dari segi peribadatan, sudah tidak lagi sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya, bahkan kembali kepada karakter jahiliyah. Hamid (2010/106).  Setelah Abdul Wahab hadir dikalangan tersebut, beliau mengamati keadaan dan berkeinginan untuk merubah keadaan tersebut kembali ke islam murni.

Menurut Nasir (2010/292), akidah-akidah yang pokok dari aliran Wahabi pada hakikatnya tidak berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Ibnu Taimiyah. Perbedaan yang ada hanya dalam cara melaksanakan dan menafsirkan beberapa persoalan tertentu. Akidah-akidahnya dapat disimpulkan dalam dua bidang, yaitu bidang tauhid (pengesaan) dan bidang bid’ah.

Gerakan Wahabi dimotori oleh para juru dakwah yang radikal dan ekstrim, mereka menebarkan kebencian permusuhan dan didukung oleh keuangan yang cukup besar. Mereka gemar menuduh golongan Islam yang tak sejalan dengan mereka dengan tuduhan kafir, syirik dan ahli bid’ah. Itulah ucapan yang selalu didengungkan di setiap kesempatan, mereka tak pernah mengakui jasa para ulama Islam manapun kecuali kelompok mereka sendiri. Di negeri kita ini mereka menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada para Wali Songo yang menyebarkan dan meng-Islam-kan penduduk negeri ini.

Doktrin-doktrin wahabiSecara umum tujuan gerakan wahabi adalah mengikis habis segala  bentuk takhayul, bid’ah, khurafat dan bentuk-bentuk penyimpangan pemikiran dan praktik keagamaan umat islam yang dinilainya telah keluar dari ajaran islam yang sebenarnya. Ada beberapa yang didoktrinkan atau diajarkan dalam praktik gerakan ini, yaitu sebagai berikut :
Semua objek peribadatan selain allah adalah palsu dan siapa saja yang melakukannya harus menerima hukuman mati atau dibunuh.Orang yang berusaha memperoleh kasih tuhannya dengan cara mengunjungi kuburan orang-orang suci bukanlah orang orang yang bertauhid, tetapi termasuk orang musyrik.Bertawassul kepad nabi dan orang saleh dalam berdoa kepada allah termasuk perbuatan syirik.
Pertumbuhan Wahabi di Indonesia

Gerakan wahabi masuk ke indonesia, menurut beberapa sejarawan, dimulai pada masa munculnya gerakan padri sumatera barat pada awal abad xix. Beberapa tokoh minangkabau yang tengah melaksanakan ibadah haji melihat kaum wahabi menaklukkan mekah dan madinah yang pertama pada tahun 1803-1804. Abna. (2012). mereka sangat terkesan dengan ajaran tauhid dan syariat wahabiyah dan bertekat menerapkannya apabila mereka kembali ke sumatera. Tiga di antara mereka adalah haji miskin, haji sumanik, dan haji piobang.

Jejak gerakan Wahabi (Salafi) di Indonesia sebenarnya sudah ada pada abad ke 18 dengan corak ragam yang berbeda-beda dalam cara dan bentuknya sesuai dengan perbedaan kemampuan tokoh-tokohnya serta lingkungan dimana mereka berada, namun demikian gerakan-gerakan tersebut menuju satu sasaran yang sama dan berjuang dibawah satu semboyan yaitu kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah serta kembali ke jalan kaum Salaf. Karena itu, sebagian orang menamakan gerakan-gerakan tersebut dengan nama gerakan Salafiah. Hisyam (2013).

Gerakan Wahabi (Salafi) di Indonesia dimulai dengan kelahirannya di Sumatera, salah satu lima pulau terbesar di Indonesia, pada tahun 1802 atas inisiatif beberapa orang Haji dari umat Islam di pulau Sumatera tersebut yang kembali dari Mekkah yang setelah mereka disana mengadakan hubungan dengan tokoh-tokoh Wahabi (ini nama yang diberikan oleh para penentangnya), merekapun merasa puas akan kebenaran Dakwah Wahabi (Salafi) dan mengikutinya.

Pada tahun 1905, penyebaran ajaran Wahabi diperkuat oleh datangnya Ahmad Surkati ,ulama Wahabi keturunan Arab-Sudan. Melihat perlawanan yang cukup keras dari mayoritas penganut Ahlussunnah Wal Jamaah, terlebih setelah berdirinya Nahdlatul Ulama pada 1926 yang diprakarsai Hasyim Asy’ari, penyebaran ajaran Wahabiyah lebih condong dilakukan melalui jalur pendidikan, dengan mendirikan sekolah-sekolah semi modern.

Menurut Ensiklopedi Islam, meski sempat melemah di Arab Saudi, ajaran Wahabi justru telah tersebar luas ke berbagai negara seperti India, Sudan, Libya serta ke Indonesia. Penyebaran aliran Wahabi ke wilayah Nusantara dibawa oleh para haji yang baru pulang menunaikan rukun Islam kelima di Tanah Suci. Salah satunya melalui kaum Padri di Minangkabau yang dikembangkan tiga tokoh. ketiga tokoh yang tertarik dengan ajaran Wahabi itu adalah Haji Miskin dari Lu(h)ak Agam, Haji Abdur Rahman dari Piobang, bagian dari Lu(h)ak Limah Puluh Kota, dan Haji Muhammad Arief dari Sumanik, Batusangkar. Arief (2012)

Dampak Dari Gerakan Wahabi

Awalnya, oleh banyak kalangan, gerakan ini dianggap sebagai pelopor kebangkitan pemikiran di dunia Islam, antara lain gerakan Mahdiyah, Sanusiyah, Pan Islamisme-nya Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh di Mesir dan gerakan lainnya di benua India. Namun para penerusnya kelihatan lebih mengkhususkan diri kepada bentuk penghancuran bid’ah-bid’ah yang ada di tengah umat Islam. Bahkan hal-hal yang masih dianggap khilaf, termasuk yang dianggap seolah sudah bid’ah yang harus diperangi. Mungkin memang sebagian umat Islam ada yang merasakan arogansi dari kalangan pendukung dakwah Wahabiyah ini.Majannai (2011).

Gerakan Wahabi di Indonesia dicurigai membawa misi untuk menghancurkan dan menguasai, baik teritori maupun ekonomi. Di Indonesia tak hanya tanahnya yang subur, berbagai ideologi juga tumbuh subur, termasuk ideologi Wahabi. Apalagi gerakan Wahabi masuk dengan pola yang terorganisir rapi. Dana mereka juga cukup banyak. Simpati dari para pemilik dana itu mengalir sangat pesat dari Timur Tengah (Saudi).

Selain itu, menurut Arsyadal (2012) Misi dari gerakan wahabi sebenarnya yaitu memecah umat islam. Dalam sepak terjangnya, wahabi berkilah dengan segala cara. Hadits dimanipulasi, kitab-kitab ahlus sunnah banyak yang dirubah, semua itu sebenarnya tak lain lagi hanya untuk menyokong gerakan mereka. Namun kami selalu yakin bahwa akan selalu ada generasi ahlus sunnah wal jama’ah yang akan mampu mengoyak dan membongkar kedok mereka, menerobos tembok-tembok muslihat mereka dengan hujjah yang tak terbantahkan.

Orang yang taqlid kepada madzhab di hukumi kafir. Orang ziarah kubur dibilang kafir. Tawassul syirik. Istighotsah juga syirik. Ini kafir dan itu kafir. Intinya, yang tidak sefaham dengan wahabi, dibilang kafir dan halal darahnya. Bahkan, dalam rangka me-naik daun-kan gerakannya, mereka tak segan-segan mengatakan bahwa sayyidah hawa, ibu seluruh manusia adalah musyrik. Mereka juga mengatakan bahwa sahabat nabi, ibnu abbas R.A adalah sesat.

Semua doktrin atau ajaran wahabi ahirnya menimbulkan banyak pertumpahan darah, karena gerakan ini berpendapat bahwa segala sesuatu yang bersifat musyrik dan bid’ah harus diberantas atau dibunuh.

Seperti yang terjadi di Indonesia, banyak kasus pengeboman yang disebabkan oleh salah satu dari golongan wahabi. Wahabi menciptakan terorisme yang menggunakan label islam.  Salah satunya ialah peristiwa bom Bali yang terjadi pada 12 oktober 2002 yang dilakukan Amrozi. Tujuan Amrozi melakukan ialah untuk memberantas kemaksiatan yang ada di pantai kuta, bali.

Namun dia melakukan usaha yang sangat bertentangan dengan agama islam yaitu pembunuhan yang mengakibatkan banyak manusia yang tidak berdosa ikut menjadi korban. Penyabab dari pengeboman itu adalah hasutan dari kelompok wahabi, bahwa memberantas kemaksiatan adalah diwajibkan. Tetapi alirah wahabi salah dalam menafsirkannya sehingga berakibat pertumpahaan darah.

Dari sudut pandang lain, Sheikh Nazim, pada tanggal 18 May 2012, telah membuat sebuah analisis yang vital dan berbobot tentang asal-usul sebenarnya dari Wahabisme yang telah mengganggu dunia muslim, sebagai berikut[24]:

Menurut Sheik Nadzim, faksi radikal Islam yang kini dikenal sebagai Salafi Wahabi, sebenarnya adalah gerakan yang diciptakan melalui intrik oleh Inggris dan koordinasi dengan masyarakat rahasia okultisme (illuminati-Freemasonry), yang bertujuan mengobarkan  “Benturan Peradaban ” (Clash of Civilizations). Dan meskipun sebagian besar orang Barat tidak menyadarinya, mereka hampir sepenuhnya bertanggung jawab atas ekstremisme yang secara keliru dituduhkan kepada Islam.

Zarqawi, dalam suratnya kepada Osama bin Laden, menggambarkan bahwa sebenarnya mereka yang mengaku Mujahidin adalah orang-orang yang telah ditipu oleh CIA untuk percaya bahwa mereka seolah-olah sedang bertempur dalam “perang suci/jihad”, sebagai berikut: “Ini adalah intisari dari Sunni dan saripati kebaikan negeri ini. Secara umum, mereka memiliki doktrin Sunni dan secara alami terkait dengan keyakinan Salafi . ”

Menariknya, respon terbaru mereka terhadap orang lain yang mempertanyakan keasliannya,  justru mereka telah mengakui asal-usul Masonik mereka, meskipun mereka meminta maaf kepada orang-orang yang diklaimnya sebagai pendirinya, yaitu agen Freemason dan Inggris seperti Jamaluddin al-Aghani, dan Mohammad Abduh, yang sebenarnya bukan perwakilan wahabi yang sebenarnya. Tapi ini adalah usaha yang lemah untuk menyamarkan kejahatan mereka yang sesungguhnya dan pelayanan mereka kepada kekuatan-kekuatan Barat. Sebaliknya, Salafi sekarang hanya mengaku sebagai pengikut setia saja dari Abdul Wahhab, pendiri Wahhabisme, dimana mereka belum menyadari bahwa sebenarnya dia bekerja sebagai agen Inggris.

Umat Islam pada dasarnya telah terkonsolidasi selama jangka waktu sekitar 1000 tahun, sampai munculnya Wahhabisme. Umat Islam telah mengembangkan empat aliran dasar pemikiran hukum, yang disebut Mazhab. Hal Ini telah dikembangkan dari sikap toleran yang memungkinkan untuk sampai pada kesimpulan yang berbeda walau berdasarkan penilaian bukti yang sama. Pada titik tertentu, bagaimanapun juga, perkembangan hukum Islam akhirnya dihentikan dengan apa yang disebut “Penutupan Pintu Ijtihad “, untuk menghindari kontroversi lebih lanjut. Maka mapanlah empat mazhab fiqh.

Berbagai mazhab pemikiran-pemahamam fiqh tersebut tidak dianggap sebagai sekte keagamaan. Mereka adalah aliran pemahaman pendapat hukum, dan masing-masing dianggap sebagai ortodoks dan saling kompatibel .

Begitulah, sampai awal abad ke-19, dengan munculnya kolonialisme dan strategi umum penjajah Inggris melakukan politik “Divide and Rule”(Devide et impera/Pecah Belah dan Kuasai)  telah mengganggu situasi ini.

Menurut artikel Wikipedia tentang Syariah :
Selama abad ke-19 sejarah hukum Islam mengalami perubahan yang tajam karena adanya tantangan baru yang dihadapi dunia Muslim, yaitu:
kenyataan bahwa negara-negara Barat telah meningkat menjadi kekuatan global dan menjajah sebagian besar dunia, termasuk wilayah Muslim;Masyarakat telah berubah dari tahapan budaya pertanian ke tahap industry;Munculnya ide-ide sosial dan politik yang baru sehingga model tatanan sosial perlahan-lahan bergeser dari hirarki ke arah egaliter;Kekaisaran Ottoman (Kekhalifahan Turki Ustmaniyah) dan seluruh dunia Muslim sedang melemah sehingga tuntutan untuk reformasi menjadi lebih keras.Di negara-negara Muslim, hukum negara yang dikodifikasikan mulai mengganti atau menggeser peran pendapat hukum dari para ulama. Negara-negara Barat penjajah kadang memberi inspirasi, kadang juga malah menekan, dan kadang-kadang memaksa negara-negara Muslim untuk mengubah system hukum mereka. Gerakan sekulerisme mendorong diberlakukannya undang-undang Negara, yang menyimpang dari pendapat para ahli hukum Islam. Walau para ulama hukum Islam tetap diberi otoritas tunggal untuk memberi bimbingan dalam hal ritual, ibadah, dan hal-hal spiritualitas, sementara di sisi lain mereka dipreteli kewewenanganya untuk mengatur urusan politik kenegaraaan.Komunitas Muslim dipecah menjadi berbagai kelompok yang bereaksi secara berbeda terhadap perubahan. Pemecahbelahan ini terus berlanjut sampai hari ini (Brown 1996, Hallaq 2001 Ramadan 2005, Aslan 2006, Safi 2003).Kaum Sekuler percaya hukum negara harus didasarkan pada prinsip-prinsip sekuler, bukan pada teori hukum Islam.Kaum Tradisionalis percaya bahwa hukum negara harus didasarkan pada mazhab pemahaman hukum tradisional. Namun, pandangan hukum Islam tradisional dianggap tidak dapat diterima oleh sebagian besar umat Islam modern, terutama di wilayah seperti hak-hak perempuan atau perbudakan.[6]Kaum Reformis percaya bahwa teori-teori hukum Islam yang baru dapat menghasilkan hukum Islam modern[7] dan menyebabkan pendapat yang dapat diterima di berbagai bidang seperti hak-hak perempuan.[8]Kaum Salafi berusaha untuk mengikuti Muhammad dan para sahabatnya, tabi’in(pengikut para sahabat ),tabiut tabiin ( pengikut tabi’in ) dan mereka yang mengikuti ini 3 generasi .
Namun, bagaimanapun juga sebuah artikel yang sangat baik sekarang telah diposting pada publikasi Salafi, yang tidak hanya mengakui, tapi benar-benar memaparkan asal-usul Masonik dan menyimpang dari pendiri gerakan Salafi, dan penerus mereka, Ikhwanul Muslimin .

Sebaliknya , mereka berpegang pada klaim bahwa Salafisme berasal dari abad awal Islam, dari zaman kaum salaf, yang berarti generasi awal, dan yang mengacu pada waktu sebelum pengembangan Mazhab. Bertentangan dengan klaim mereka, meskipun benar bahwa kata “Salaf” mengacu pada arti generasi awal ini, penggunaan istilah salafi dengan cara ini sebenarnya merupakan perkembangan modern.

Interpretasi sejarah yang menipu ini berasal dari Abdul Wahhab, yang muncul pada pertengahan abad ke-18. Menurut memoarnya, ada mata-mata Inggris bernama Hempher, yang ditugaskan ke Timur Tengah untuk menemukan cara-cara melemahkan Islam, dengan tujuan meningkatkan kontrol Inggris di kawasan ini. Misinya akhirnya difokuskan pada dukungannya  terhadap  Abdul Wahhab, dan mendukung dia melalui keluarga Saudi, melalui siapa ia menyisipkan pesan destruktif Inggris tentang Islam.

Pada dasarnya, inovasi Abdul Wahhab ini  membuat alasan hukum bagi para pengikutnya untuk melawan umat Islam yang lainnya, dengan menuduh “kafir”, dengan dalih “memurnikan” Islam, tetapi dalam kenyataannya mereka malah melayani strategi Inggris untuk melawan kebesaran Kekaisaran Ottoman (Kekhalifahan Turki Ustmaniyah). Abdul Wahhab melakukannya dengan mengklaim bahwa semua sejarah Islam, kecuali untuk generasi salaf, yaitu, dari saat para Imam Mazhab dan seterusnya, telah  keluar dari Islam.

Setelah kaum muslimin telah dilepaskan ikatannya kepatuhan dari para imam mazhab hukum tradisional mereka, memberi peluang bagi Inggris dan agen-agen mereka untuk datang sendiri. Dan ini adalah tujuan dari gerakan Salafi. Kerajaan Saudi Arabia kemudian secara resmi dipasang Inggris di Arabia pada tahun 1932, dan sejak itu bertindak sebagai pelindung kepentingan minyak Rockefeller, yang merupakan komandan kedua dalam Illuminati/Freemasonry, setelah Rothschild. Terutama sejak tahun 1973, ketika terjadi Krisis Minyak yang didalangi Zionis Masonik Inggris untuk memperkaya Saudi, mereka telah menggunakan kekayaan yang luar biasa yang mereka miliki untuk memajukan penafsiran menyimpang mereka terhadap agama Islam.

Sementara Saudi telah berada di bawah perjanjian dengan CIA untuk membiayai banyak kegiatan rahasianya, termasuk pendanaan bagi kaum Mujahidin di Afghanistan, dan dukungannya terhadap gerakan teroris Islam di seluruh dunia, banyak dari para ulama Saudi serta pemerintah Saudi Arabia menampakkan pada publik wajah yang seolah menolak terorisme dan Osama bin Laden. Mereka mengklaim bahwa kegiatan terorisme dan anti-pemerintah yang bertentangan dengan prinsip-prinsip sejati Salafisme.

Klaim ini tidak benar. Pada saat ini tujuan Salafisme adalah untuk menanamkan terorisme, tetapi secara umum, sebenarnya tujuan Salafisme adalah untuk mendirikan Mazhab baru , untuk menjauhkan umat Muslim dunia dari para ulama Islam tradisional, dan dengan demikian memimpin mereka di mana saja untuk sesuai dengan kepentingan Barat.

Catatan: 
[1] Courtesy: http://www.terrorism-illuminati.com/content/islamic-radicals-admit-masonic-origins
Reference Source:http://mybeliefs.co.uk/2012/05/18/illuminati-origins-of-wahabism/
[2]http://kabarislam.wordpress.com/2012/01/25/dzikir-berjamaah-doa-qunut-dan-sifat-20-bukan-bidah/
[3] http://media-islam.or.id/2012/02/07/larangan-mencaci-dan-membunuh-sesama-muslim/
[4]http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/peran-quot-lawrence-of-arabia-quot-di-balik-berdirinya-kerajaan-saudi.htm
[5]http://ummatipress.com/2011/01/31/fakta-wahabi-peran-mr-hempher-dan-campur-tangan-inggris-di-balik-kelahiran-wahabisme/
[6]http://www.sunna.info/antiwahabies/wahhabies/htm/spy1.htm
[7] http://www.al-khilafah.org/2011/11/dokumen-ekspos-pendiri-saudi-yakinkan.html
[8] http://blog.re.or.id/bid-ahnya-dzikir-jama-ah-ala-arifin-ilham-5-manhaj.htm
[9] http://media-islam.or.id/2011/11/30/haram-berteman-dengan-kafir-harbi-dan-membunuh-sesama-muslim/
[10]http://myquran.org/forum/index.php?action=profile;area=showposts;u=27174
http://salafytobat.wordpress.com/2008/09/11/salafy-haraky-vs-salafy-yamani-vs-salafy-sururi/
[11]http://muhibbulislam.wordpress.com/2011/04/30/salafi-antara-jihad-dan-bencana-bid%E2%80%99ah-hasanah/
[12]http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_bin_Abdul_Wahhab
[13] http://fpi.or.id/?p=detail&nid=98
[14]http://majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=5&func=view&id=5324&catid=8
[15]http://www.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=5&func=view&id=957&catid=7 
[16]http://immugm.web.id/2011/03/09/review-sejarah-berdarah-sekte-salafi-wahabi/
[17] Resensi Buku Salafi Wahabi dari situs NU[17] Menelanjangi Kesesatan Salafi Wahabi Judul: Ulama Sejagad Menggugat Salafi WahabiPenulis: Syaikh IdahramPenerbit: LKiS Yogyakarta,Cetakan: I, 2011 
[18]http://www.didiksugiarto.com/2011/11/resensi-buku-sejarah-berdarah-sekte.html
[19] Imam S Arizal, Peneliti Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikitan Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
[20] Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi  Penulis : Syaikh Idahram Penerbit : Pustaka Pesantren, Yogyakarta Cetakan : I, 2011 Tebal : 280 Halaman ,Peresensi : Imam S Arizal
[21]http://ihwansalafy.wordpress.com/2007/11/11/fakta-nyata-ketika-doktrin-hadits-iftiraqperpecahan-dijadikan-landasan-manhaj/
[22]http://salafytobat.wordpress.com/2008/09/11/salafy-haraky-vs-salafy-yamani-vs-salafy-sururi/
[23] Sumber : http://kabarislam.wordpress.com/2012/03/03/muhammad-bin-abdul-wahhab/
http://kabarislam.wordpress.com/2012/01/16/najd-tempat-khawarijfitnah-di-najd-atau-di-iraq/
[24] Courtesyhttp://www.terrorism-illuminati.com/content/islamic-radicals-admit-masonic-origins

Reference Source:http://mybeliefs.co.uk/2012/05/18/illuminati-origins-of-wahabism/

(ahmadsamantho/ABNS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar