Sabtu, 08 Agustus 2015

AL-ASMA AL-HUSNAH: AL-WADUUDUL-HAYYU, CINTA DAN CURAHAN AIR KEHIDUPAN

Al-Asma al-Husna: Al-Waduudul-Hayyu, Cinta dan Curahan Air Kehidupan


Minumlah Anggur, Anggur Cinta, karena ia adalah Hidup Yang Kekal,
Ya, ia adalah hakikat, hakikat sebenarnya Hidup yang lewat ini,
Sekarang - lah waktu untuk me-mawar-an te-tulip-an dan para sahabat kental,
Nikmati satu jam bermekaran yang lewat, seolah inilah Hidup yang kekal.

dengan cara  yang sama bibir ini diliputi oleh anggur itu,
Anggur itu menyegarkan dan meliputi jiwa, itu adalah milikku,
Dari anggur itu tubuhku diberi makan dan dibuat membaharu,
Dengan anggur rahasia itu, yang diambil dari Sirr dan Tuhanku.

Kau Yang selalu memegang cangkir, apa yang hangat di sana?
Jika Kau semestinya berfikir tentang kami; kenapa meninggalkan teman-teman yang berputus-asa?
Kecuali untuk airmata dari mataku, kutakpernah meneguk anggur,
Tapi anggur ada dalam cangkirMu, maka minumlah kawan, walau harus digapai dengan nyawa.

(Disadur dari karya agung “Hafizh”)

Jiwa membahana menatap lara,
sakit , Dokter, tuangkanlah setetes anastesi atau anggur - anggur Skotlandia,
agar kutak meratapi cinta nan lara,
sakit, Tuhan, regukkanlah setetes airmata-anggurmmu nan bak vodka siberia.

sedang  tatkala belum mengisi tenggorokan ku vodka Siberia,
Ia - pun mulai menuang-nuang lagi anggur baharu, Sari Mawar , Sari Mawar, kata-Nya,
maka setuangan saja sang vodka membuat hatiku kepayang,
dan Sari Mawar, kuteguk setuang, hatiku semakin kepayang.

Nama-Nama bermekaran bak mawar yang senantiasa berada di musim semi,
Wajah-Wajah bergincuan bak para selir yang  senantiasa berhias di  bulan madu,
hati ini bak jambangan, menyimpan semerbak tetaman mawar kehidupan,
kerinduan birahi ini bak kumbang-kumbang, nan senantiasa ingin menyedot Sari-Sari Madu.

(Jawaban syair  “Hafizh”)

Yaa Waduudu, Engkaulah Al-Hayyu, -Zat Yang Maha Hidup-, dan satu-satunya Yang Hidup, meliputi ranting dan akar pohon kehidupan nan dialiri cinta dari segala seginya. Ia,- dengan cinta-Nya-,  pula - lah udara yang membuat makhluk-makhluk bisa bernafas. Ia - lah,- dengan Cinta-Nya-,  air yang membuat makhluk - makhluk menikmati kehidupan.

Waja’alnaa minal-maa` kulla syai`in hayyun(Dan Kami ciptakan dari air semua yang hidup). mengisyaratkan nafinya kehidupan, - yang tak lain adalah daya perubahan terus manerus-, tanpa air. Maka apakah air itu? Tak lain adalah Samudera Ilmu Tuhan atas diri-Nya sendiri. Samudera Nama - Nama Tuhan. Abul-Qasim bin Qasi berkata, “ Tiap nama Tuhan disifati oleh seluruh Nama Tuhan, dan diuraikan dengan uraian-uraiannya.”

Al-Hayyu, memanifestasikan dirinya sebagai curahan air kehidupan (sebut pula; ruh atau arwah). Eksistensiasi nama-nama Tunan. Terkadang mungkin tampak seperti air terjun dari tebing maha-tinggi hingga percikan-percikan kecilnya menjadi takterhitung bergemericikan. Terkadang pula mungkin tampak seperti bola lautan cahaya , di mana cahaya eksistensiasinya, - yang berasal dari Nur-i-Qahir-, berjelaritan ke segala arah, tapi tak keluar dari bola itu. Ia menjadi Saksi atas diri-Nya sendiri.

Maka di manakah ‘Isa Al-Masih (‘a.s.), - Sang Ruhullah Yang Mulia-, menghidupkan orang mati? Allah ‘Ali Muhammad !  Syaikh Al-Akbar Muhyiddin Ibn Al-Arabi mengatakan tentang Nabi ‘Isa (a.s.) ;
Ia diwujudkan dari air Maryam dan nafas Jibril dalam bentuk manusia yang ada dari lempung,
Ruh -nya ada dalam hakikat yang tersucikan dari alam yang disebut penjara,
Karena itu, ia tinggal di dalamnya lebih dari 1000 tahun dalam waktu penandaan,
Sebuah ruh dari Allah, tak lain. Karena itu, ia hidupkan yang mati dan membuat burung dari lempung,
Karena hubungannya dengan Tuhannya  terbukti, dengannya  ia mempunyai perbuatan yang berpengaruh di alam-alam tinggi dan rendah,
Allah menyucikan tubuhnya, dan mebuat ruhnya murni, dan Ia membuatnya sebuah mitsal  yang mengambil bentuk.

Ketahuilah bahwa di antara sifat - sifat khusus arwah adalah bahwa mereka tidak menyentuh apapun kecuali kehidupan mengalir di dalamnya. Karena alasan ini, Samiri membentuk segenggam debu dari utusan, yang tak lain adalah Jibril, dan ia adalah ruh. Samiri mengetahui hal ini. Ketika ia mengenal bahwa utusan tersebut adalah Jibril, ia tahu bahwa kehidupan telah mengalir melalui apasaja yang telah dilalui Jibril, dan ia mengambil segenggam debu dari jejak utusan tersebut. Ia membentuknya seperti anak sapi. Anak sapi tersebut bersuara seperti suara sapi . Jika saja debu tersebut dibentuk dengan bentuk yang lain, ia akan bersuara seperti bentuknya, - bahkan bersuara dan berbicara jika dibentuk seperti manusia. Kekuatan dari kehidupan yang mengalir dalam benda-benda disebut lahut.  Sedang nasut adalah tempat di mana ruh tersebut disentuhkan. 

Maka penyaksian ‘Isawiyah (al-musyahadah al-’Isawiyyah) bisa pula dicapai oleh para wali yang mulia, seperti dalam cerita Maulana Jalaluddin Rumi menghidupkan peniup serulingnya yang mati, - kemudian hidup lagi selama tiga hari. Juga kisah Abu Yazid yang meniup seekor semut yang baru ia bunuh, dan semut tersebut hidup lagi. Bagaimana untuk mencapai penyaksian ini?  Wallohu a’lam bish-showwab, marilah kita berdoa, Ilaahi, hablii kamaalal inqithoo`i ilaika wa anir quluubii, bidhiyaa `I nazharihaa ilaika, hattaa tahriqul abshooru quluubi hujuuban-nuur, fatashiila ila ma’dinil ‘azhiimati fatasiiru arwaahuna mu’allaqutan bi’izzi qudsika. Tuhanku, karuniakanlah kemuliaan keterputusan kepada selain-Mu dan hanya kepada-Muaku menatap dan cahayailah hatiku dengan cahaya pandangan kepada-Mu hingga terobeklah hijab - hijab cahaya dari pandanganku, dan sampailah aku pada Hadhirat Keagunga,-Mu, dan sampaikanlah ruh - ruh kami terpesona menatap kemuliaan ke-Kudusan-Mu (Munajat Sya’baniyyah).

Referensi:

[1] Hafizh (versions by Paul Smith), Love’s Perfect Gifts, - Rubaiyat of Hafiz-, New Humanity Books 1986, pp. 83.

[2]  QS Al-Anbiyaa` 30 

[3] Muhyiddin Ibn al-Arabi, Fusus Al-Hikam, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh ‘Aisha ‘Abd al-Rahman at-Tarjumana, Diwan Press, 1980, pp. 47

[4] Muhyiddin Ibn al-Arabi, Fusus Al-Hikam, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh ‘Aisha ‘Abd al-Rahman at-Tarjumana, Diwan Press, 1980, pp. 109,.

[5] Saduran dari,;Muhyiddin Ibn al-Arabi, Fusus Al-Hikam, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh ‘Aisha ‘Abd al-Rahman at-Tarjumana, Diwan Press, 1980, pp. 109,.

(filsafatislam/ABNS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar