Jumat, 31 Juli 2015

CARA DOWNLOAD VIDEO DI FP

Rabu, 29 Juli 2015

Cara Download Video di Facebook


Untuk download video di Facebook, ketik saja ssyoutube.com
Nanti anda akan di bawa ke http://en.savefrom.net

Nah anda tinggal kopi URL Link video tsb di Facebook dengan cara klik kanan tombol mouse. Kemudian paste link tsb ke link yang ada di Savefrom.net



Hasilnya seperti di atas.
Klik download.

Kamis, 30 Juli 2015

HADIST DALAM PANDANGAN SYIAH

Hadis dalam Pandangan Syiah


Pengantar:
Kedudukan hadis Nabi saw dalam Islam sangat penting. Sebab lewat hadislah kita bisa memahami pesan agama yang dibawa oleh Rasulullah saw. Mazhab ahlu sunnah dan syiah sependapat bahwa hadis adalah rujukan kedua setelah kitab suci al-Quran. Kedudukan sebuah hadis yang shahih mutawatir misalnya sama derajatnya dengan firman Allah Swt, sehingga wajib bagi setiap muslim yang beriman kepada Allah untuk menjalankan isi hadis tersebut dan tidak boleh ia mengabaikannya. Sebab mengabaikannya sama saja ia mengabaikan kitab suci al-Quran.

Mengimani adanya hadis Nabi dan wajib menjalankan pesan hadis Nabi yang terbukti shahih adalah prinsip yang dipegang oleh semua mazhab dalam Islam. Namun ada perbedaan dalam mendefinikan kategori suatu hadis apakah ia shahih atau dhaif; apakah seorang perawi suatu hadis termasuk sebagai yang mamduh (perawi yang terpuji) atau yang tercela.

Berikut kami turunkan artikel singkat tentang hadis dalam pandangan mazhab syiah Imamiah.

Klasifikasi Hadis
Syiah membagi hadis kepada dua bagian: hadis mutawatir dan hadis aahad.
Hadis mutawatir adalah hadis yang dilaporkan oleh sekelompok orang yang jumlah mereka sedemikian banyaknya sehingga biasanya sulit bagi mereka untuk sepakat berdusta bersama-sama. Kategori hadis ini memiliki validitas yang tinggi sehingga wajib mengamalkan isi hadis tersebut.

Hadis Aahad adalah hadis yang tidak sampai pada level mutawatir dikarenakan pelapor hadis tersebut (perawinya) berjumlah satu orang atau lebih dari satu. Hadis aahad terbagi kepada beberapa kategori:
Hadis Shahih, yakni hadis yang perawinya adalah seorang yang berasal dari mazhab Imamiyah yang terbukti dengan cara yang meyakinkan bahwa ia adalah seorang yang adil.Hadis Hasan, yakni hadis yang perawinya adalah seorang yang berasal dari mazhab Imamiyah yang terbukti ia adalah seseorang yang terpuji dan tidak ada laporan bahwa ia adalah orang yang tercela atau yang adil.Hadis Muwatsaq, yakni hadis yang perawinya adalah seorang muslim yang non-syiah, namun ia bisa dipercaya dan amanat dalam menukilkan riwayatnyaHadis Dhaif, yakni hadis yang perawinya adalah non-muslim, atau muslim yang fasik, atau yang tidak jelas identitasnya atau yang tidak disebutkan dalam sanad hadis seluruh periwayatannya.Hadis Maudhu’
Hadis Maudhu’, yakni hadis palsu atau fiktif. Ciri-cirinya teks redaksinya bertentangan dengan nas al-Quran atau dengan sesuatu yang sudah terbukti benar dalam Sunnah Nabi saw; atau bertentangan dengan akal atau redaksinya jauh dari kefasehan bahasa; atau berita besar tapi dilaporkan oleh satu orang atau perawi yang melaporkan itu adalah seorang pembela penguasa yang zalim di zamannya.

Kitab-kitab Hadits
Para ulama syiah menulis tiga kategori kitab yang berkaitan dengan hadis:
Pertama, kutub al-hadits, yakni kitab-kitab yang mengoleksi hadis-hadis Nabi saw dan hadis-hadis para Imam Ahlul Bait as. Dalam kitab-kitab hadis ini tertulis berbagai macam teks hadis seperti hadis-hadis yang berkaitan dengan akidah, syareah maupun akhlak.

Kedua, kitab rijal al-ahadits, yakni kitab yang berkaitan dengan diskripsi para perawi hadis.
Ketiga, kitab dirayah, yakni kitab yang membahas tentang berbagai macam kaedah-kaedah umum yang dengannya seseorang bisa mengetahui mana hadis yang shaheh dan mana yang tidakshaheh.
Tujuan dari adanya kaedah-kaedah ini adalah untuk melakukan verifikasi apakah sebuah hadis yang sampai ke tangan kita itu benar-benar sebuah hadis yang shaheh atau tidak shaheh.

Kutub al-Hadits
Berikut adalah sejumlah kitab rujukan hadis dalam mazhab syiah:
Kitab al-Kafi, Syaikh al-Kulaini (w.328 H). Jumlah hadis: 16099 hadisKitab Man La Yahdhuruhu al-Faqih,Syaikh Ibnu Babaweh atau juga dikenal dengan Syaikh Shaduq (w.381 H). Jumlah hadis: 9044 hadisKitab at-Tahdzib, Syaikh Thusi (w.461 H). Jumlah hadis: 13095 hadisKitab al-Istibshar, Syaikh Thusi. Jumlah hadis: 5511 hadis.Kitab al-Wafi, Syaikh Muhsin Faidh Kasyani (w. 1091 H), 14 jilidKitab Wasail as-Syiah, Syaikh al-Hur al-‘Amili (w.1033 H), 6 jilidBihar al-Anwar, Syaikh Majlisi,
Kitab Rijal
Di antara kitab Rijal Hadis Syiah Imamiyah adalah sebagai berikut:
Kitab al-Rijal, Syaikh Najasyi (w.450 H)Kitab al-Rijal, Syaikh ThusiKitab Ma’alim al-Ulama, Syaikh Ibnu Syahri Asyub (w.588 H)Kitab Manhaj al-Maqal, Syaikh Muhammad Astarabadi (w. 1020 H)Kitab Itqan al-Maqal, Syaikh Muhammad Thaha Najaf (w. 1323 H)Kitab Rijal al-Hadits, Sayed Abul Qasim al-KhuiKitab al-Rijal al-Kabir, Syaikh Abdullah al-Mamqani
Kitab Dirayah
Kitab al-Bidayah fi ‘Ilm ad-Dirayah, Syaikh Zainuddin bin Ali al-‘Amili (w. 966 H)Kitab al-Wajizah, Syaikh al-Bahai al-‘Amili (w. 1032 H)Kitab Syarh al-Wajizah, Sayed Hasan as-SadrKitab Miqyas al-Hidayah, Syaikh al-Mamqani
Mengamalkan Pesan Hadis
Dalam pandangan Syiah, mengamalkan pesan hadis yang shaheh, hasan dan muwatsaq adalah wajib, karena sanadnya kuat. Dan sebaliknya sebuah hadis yang dhaif wajib ditinggalkan karena sanadnya yang lemah. Namun sebuah hadis yang dhaif kadang-kadang bisa saja berubah menjadi kuat apabila para ulama terdahulu mengamalkan hadis tersebut. Hal ini karena para ulama yang wara’ dan sangat hati-hati tersebut ditambah lagi mereka hidup di periode yang dekat dengan periode awal Islam ketika mereka mengalamkan suatu hadis dhaif pasti lantaran adanya suatu “qarinah” (sebab) yang qarinah itu kini tersembunyi dari kita. Adanya qarinah itu mengangkat status hadis dhaif tersebut.

Demikian juga sebaliknya sebuah hadis yang kuat bisa saja berubah menjadi dhaif apabila para ulama terdahulu mengabaikannya. Sebab pasti ada suatu sebab mengapa para ulama yang agung di zaman itu meninggalkan hadis tersebut meskipun perawinya dikenal jujur.

(SyiahIndonesia/ABNS)

Selasa, 28 Juli 2015

WAHHABI KONSPIRASI YAHUDI SAUDI

 Beranda ▼

Senin, 27 Juli 2015

Wahabi Konspirasi Yahudi Menghancurkan Islam Dari Dalam




Kajian Salaf

2.977

8.309

Diterbitkan tanggal 14 Jul 2013

Apa itu wahabi? Wahabi merupakan suatu pemahaman yang di asaskan oleh Muhammad Ibn Abdul Wahab, faham ini di nisbahkan kepada nama bapaknya Abdul wahab sebagai wahabi tidak kepada namanya sendiri sebagai muhammadi, ini adalah sebagai ijtihad para ulama supaya umat islam tidak keliru dengan ajaran islam sebenarnya yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.

Muhammad Ibn Abdul Wahab 1701-1793) lahir di kampung Ainiya Najd Arab saudi, ibnu abdul wahab adalah seorang yang lemah pikirannya dan gagap, ayah dan abangnya menganggapnya sebagai anak yang tidak siuman. Ibnu abdul wahab sangat terpengaruh dengan ajaran Ibn Taimiyah yang mengasaskan pemahaman mujassimah. Kemudian dia mengembara dan belajar di Basrah berguru kepada syeikh Muhammad Al Majmui, syeikh Muhammad Al Majmui adalah Mr. Hempler, Yaitu seorang orientalis dan agen yahudi dari british. Dia adalah seorang fakar ilmu islam berbahasa Arab, turki, parsi dan lama mempelajari islam di turki dan iraq, Mr. Hampler memberikan Ibn abdul wahab dengan hadiah kahwin mutaah 2 orang agen perempuan yahudi yang menyamar sebagai muslimah maka akan lebih mudah yahudi mencatur Ibnu Abdul Wahab dengan semaunya, mengajarkan aliran baru dalam islam sesuai dengan perancangan Yahudi. Dengan ajaran baru itu Ibnu Abdul Wahab. Kembali ke kampung halamannya namun di tentang dan di usir oleh bapaknya yang seorang ulama suny.


(ABNS)


PENGOBATAN RASULULLAH SAWW

Rasulullah saww bertanya :

"Apakah kalian mau aku ajari satu pengobatan yg telah diajarkan Jibril as padaku sehingga aku tidak butuh kepada pengobatan dokter?"

Para Sahabat pun bertanya : 
"Pengobatan apa itu ya Rasul?"

Nabi Bersabda : 
"Ambilah air Hujan di bulan Naisan (April) dan Bacalah AlFatihah, ayat kursi, alIkhlas, anNas, alFalaq & alKafirun masing² 70x".

Dalam riwayat lain ditambahkan AlQadr, Allahu Akbar, Lailahaillallah, shalawat, subhanallah walhamdulillah wa la ilaha illallah allahu akbar 70x..

Lalu Minumlah air itu di waktu pagi & malam selama 7 hari berturut².. Demi Tuhan Yang telah mengutusku sbagai Nabi sungguh Jibril as berkata : "Sesungguhnya ΛLLΛH akan menyembuhkan org yg minum air ini dari setiap penyakit & Mengeluarkan penyakit itu dari badannya, tulangnya & semua anggota tubuhnya serta ΛLLΛH akan menghapus penyakit yg sudah tertulis baginya di Lauhul Mahfuzh.. 
Jika orang tersebut tidak dikaruniai anak, ΛLLΛH akan memberikan anak kepadanya walaupun ia seorang wanita mandul..
ΛLLΛH juga akan memenuhi Cahaya & ilhamNya.. Ilmu & pengetahuan, karamah², menurunkan ribuan ampunan & Rahmat.. Mengeluarkan sifat curang, Khianat, iri, dengki, congkak, kikir & sifat Tamak.. Menyelamatkan dari Kejahatan permusuhan Masyarakat serta Menyembuhkan dari Semua penyakit"
(Riwayat dari Imam Ja'far Shadiq cucunda Rasul, Mafatih al Jinan jilid 2)
Dari Amirul Mukminin Ali berkata : 
"Minumlah air Hujan karna air itu Ьϊsa membersihkan Badan² kalian & Menyembuhkan Penyakit, seperti Firman ΛLLΛH SWT
'Dan ΛLLΛH Menurunkan kpdmu Hujan dari Langit utk Menyucikan kamu dgn Hujan itu & Menghilangkan dari kamu gangguan² setan & utk Menguatkan Hatimu & Memperteguh dgnnya Telapak kaki(mu).".(Qs al-Anfal 8:11)

FITRAH MANUSIA BERTUHAN

Fitrah Manusia Ber-Tuhan

Einstein

Oleh: KOMARUDDIN HIDAYAT*

Dalam sebuah forum dialog lintas umat beragama, sebelum menyampaikan ceramah, saya mengajukan dua pertanyaan untuk dijawab secara tertulis lalu dikumpulkan.

Pertama, perputaran bumi, matahari, dan planet di jagat semesta ini dikendalikan oleh satu Tuhan atau banyak Tuhan? Kedua, Tuhan yang kita sembah itu sama atau beda? Ketika jawaban tertulis dikumpulkan, jawaban pertama seragam. Bahwa semesta ini diciptakan dan dikendalikan oleh satu Tuhan. Argumen paling sederhana, ibarat pesawat terbang, jika banyak yang mengatur, pasti akan bertabrakan. Jadi, peserta meyakini bahwa yang paling logis dan mudah diterima nalar adalah hanya satu Tuhan yang paling berkuasa yang menguasai dan mengatur semesta ini. Yang menarik adalah jawaban nomor dua. Peserta yang jumlahnya sekitar 80 itu terbelah menjadi dua dan skor hampir seimbang. Bahwa mereka menyembah Tuhan yang berbeda.

Dari jawaban di atas, lalu saya majukan pertanyaan baru. Karena di ruang ini terdapat beragam pemeluk agama dan meyakini Tuhan yang berbeda, bumi yang kita huni dan matahari yang setia menyinari kita semua ini, pemeluk agama apa yang paling berhak mengklaim sebagai penghuni paling sah dalam pandangan Tuhan? Andaikan Tuhan menagih rekening matahari, ibarat PLN menagih uang listrik, kelompok agama apa yang paling berhak mengumpulkan sebagai mandataris Tuhan? Saya hanya sekadar melemparkan pertanyaan, tidak untuk dibahas pada forum itu.

Perdebatan abadi
Keyakinan dan pencarian manusia terhadap Tuhan sudah berlangsung berabad-abad. Banyak teori yang menjelaskan mengapa dalam diri manusia terdapat dorongan dan kebutuhan bertuhan. Banyak juga filsuf dan saintis yang membangun teori bahwa keyakinan tentang Tuhan itu palsu dan ilusi akibat dari kelemahan diri manusia menghadapi teka-teki hidup yang tak terjawab. Namun, jika dikumpulkan dan ditimbang, argumen dan keyakinan tentang Tuhan jauh lebih kuat. Dalam hal ini faktor pewahyuan dan kenabian amat sangat berperan.

Jika muncul perdebatan di kalangan saintis, penyelesaiannya lebih mudah mengingat obyek yang diperdebatkan masih dalam wilayah empiris. Pembuktiannya bersifat induktif dan positif. Di sini bukti (proof) empiris yang dijadikan rujukan. Namun, keyakinan terhadap Tuhan yang digunakan adalah argumentasi berdasarkan penalaran dan merujuk pada wibawa kitab suci serta pengalaman beragama, mengingat obyek yang diperselisihkan sifat abstrak, immateri. Yang namanya pengalaman beragama pun sulit dibuktikan jika menggunakan pendekatan sains.

Misalnya pengakuan Muhammad ketika bermeditasi di Gua Hira ditemui Malaikat Jibril. Di situ kekuatan pribadi Muhammad yang dikenal sebagai orang yang tak pernah berbohong dan kandungan berita yang disampaikan menjadi bahan para sahabat untuk membangun argumentasi, apakah mau percaya atau menolak. Namun, jika orang minta bukti empiris, lalu ramai-ramai mengajak Muhammad ke Gua Hira untuk berjumpa Malaikat Jibril, tentu tidak bisa diulangi lagi. Itu pengalaman beragama yang sangat privat. Begitu juga pengalaman isra-mikraj. Namun, akan berbeda dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad dan para sahabat dari Mekkah ke Madinah, pembuktiannya bersifat historis dan disaksikan banyak orang.

Meskipun abstrak, tak terbantahkan bahwa keyakinan pada Tuhan dan ajaran-Nya sangat besar pengaruhnya pada kehidupan seseorang dan komunitasnya. Banyak peradaban agung lahir dari keyakinan dan gerakan keagamaan. Monumen-monumen besar dengan arsitektur yang indah, juga dilahirkan dari keyakinan dan dorongan keagamaan. Seperti Candi Borobudur, gereja-gereja tua di Eropa, dan bangunan masjid di Timur Tengah, semua memiliki nilai arsitektur sangat tinggi sebagai persembahan pada Tuhan atau lebih tepat sarana menyembah Tuhan.

Namun, di sisi lain, tak terbilang lagi jumlahnya, peperangan dan tindak kekerasan meletus juga karena motivasi keagamaan. Ini bermula dari adanya keyakinan setiap agama memiliki jalan keselamatan (salvation) yang dijanjikan Tuhan, terutama keselamatan di akhirat. Keyakinan dan konsep keselamatan ini lalu berkembang pada penilaian bahwa di luar agamanya tidak ada jalan keselamatan. Artinya, orang yang berbeda agama berarti kafir, semuanya calon penghuni neraka. Sikap terhadap orang kafir ini ada tiga pilihan. Satu, mereka diajak dengan baik-baik agar ikut menjadi umat seiman dan seagama. Kedua, dibiarkan dan dihargai pilihan keyakinan agamanya dengan tetap menjaga persahabatan sesama manusia. Ketiga, diperangi karena orang kafir berarti melawan Tuhan yang mereka sembah yang berarti juga posisinya sebagai lawan mereka.

Konflik dan perang dengan motif keagamaan selalu mengandung logika paradoksal. Menawarkan kedamaian dan keselamatan dengan cara ancaman dan kekerasan. Meneriakkan misi Tuhan yang Maha Pengasih sambil mengintimidasi dan membunuh. Melakukan kekejaman dan pembunuhan, tetapi dianggap tindakan suci (holy war). Jika tidak ada cara pandang dan pendekatan baru, maka perbedaan pemahaman dan keyakinan agama akan selalu memicu konflik dan kekerasan. Tidak mengagetkan jika muncul sekelompok masyarakat ingin menemukan Tuhan di luar doktrin dan komunitas agama. God and spirituality without religion. Untuk apa beragama kalau agama bukannya menjadi kekuatan perdamaian dan peradaban.

Produk kultural dan ideologi
Meyakini dan mengikatkan diri sebagai komunitas umat beriman (the community of believers) sangat berbeda sifat dan implikasinya dari ikatan seseorang sebagai warga negara (citizen). Kewarganegaraan (citizenship) ditandai dengan kartu tanda penduduk dan paspor sehingga seseorang terikat wilayah dan hukum positif di mana dia tinggal. Adapun komunitas umat beragama menganggap hukum Tuhan di atas hukum positif dan tidak mengenal batas wilayah. Mereka merasa sebagai anggota Kerajaan Langit meskipun realitasnya lahir, tumbuh, dan tinggal di bumi. Mereka ada yang terobsesi membangun kejayaan langit, tetapi kadang dengan membuat kerusakan di muka bumi.

Namun, ada juga yang berpandangan bahwa misi agama itu untuk membangun kemakmuran dan kedamaian di muka bumi. Keselamatan akhirat itu reproduksi dan akibat dari prestasi membangun proyek kemanusiaan selama hidupnya. Oleh karena itu, pilihan dan praktik keberagamaan seseorang merupakan pilihan dan perjuangan moral. Sebuah tindakan moral meniscayakan dua syarat. Pertama, seseorang beragama berdasarkan pilihan bebas, bukan produk ancaman dan intimidasi. Kedua, moral itu muncul dalam konteks hubungan sesama manusia. Seseorang dikatakan bermoral baik jika berhasil membangun hubungan yang baik sesama manusia. Dalam konteks ini, ajaran Islam sangat jelas dan tegas bahwa ukuran dan ujian keimanan itu selalu dikaitkan dengan perbuatan baik terhadap sesamanya. Oleh karena itu, menyebarkan agama dengan ancaman justru merusak prinsip ajaran Islam. Kesalehan dan ketulusan tak akan muncul dari situasi terpaksa.

Jika nalar sepakat hanya ada satu Tuhan, tetapi mengapa terdapat ragam agama? Terdapat pandangan, naluri, dan kebutuhan beragama itu mirip naluri dan dorongan manusia untuk berbicara guna mengekspresikan perasaan dan pikirannya. Maka, bahasa yang akan digunakan adalah bahasa yang dia kenal dan familiar sejak kecil. Berbahasa tidak hanya mengucapkan kata-kata, sesungguhnya bahasa juga berfungsi dalam ranah pemikiran dan tindakan. Meminjam frasa Heidegger, language is the house of being. Sementara itu, setiap orang adalah anak kandung bahasa dan budaya yang membesarkannya yang pada urutannya keterikatan pada identitas budayanya berkembang menjadi sikap ideologis.

Oleh karena itu, pluralitas bahasa, sebagaimana agama, tak terelakkan. Pada tataran metabahasa dikatakan, There is only One Language, but everyone speaks with a language. Ungkapan serupa juga bisa diberlakukan pada ranah agama: There is only One True Religion but every believer tends to only embrace a religion.
Saya sangat sadar, menyikapi perbedaan bahasa dan agama tentu berbeda. Di sini saya hanya menganalogikan keragaman keduanya karena dorongan intrinsik yang muncul dari dalam, lalu seseorang terlahir disambut oleh budaya yang berbeda. Dalam bahasa tak ada janji-janji keselamatan hidup sebagaimana agama.

Peran institusi negara
Mengingat subyek yang bertuhan dan beragama itu manusia yang sama-sama tinggal di bumi yang sama dengan matahari yang juga sama, pilihan keyakinan dan tawaran keselamatan hidup yang melampaui batas dunia hendaknya jangan menghancurkan tata kehidupan di bumi. Yang mesti diusahakan adalah terjadinya kesesuaian (taufik) antara kehendak Langit dan kreasi manusia di bumi. Tuhan yang diyakini sebagai sumber kasih mesti diwujudkan dalam kehidupan sosial yang diikat dengan tali kasih (silaturahim). Sikap keberagamaan hendaknya mendatangkan rahmat bagi semesta.

Sesungguhnya fitrah manusia untuk bertuhan seiring dengan fitrah manusia untuk hidup merdeka, damai, dan teratur. Oleh karena itu, sejarah mencatat, proses panjang bagaimana manusia membangun perserikatan dan lembaga sosial sejak yang primitif sampai modern bernama negara untuk menjaga kedamaian dan kemerdekaan. Zaman dahulu ikatan suku dan agama sangat kuat, terlebih lagi ketika bergabung sentimen suku dan agama, maka kekuatannya kian solid sehingga mendorong jadi kekuatan misionaris-ekspansionis untuk memperluas pengaruh agama, militer, dan ekonomi.

Gejolak politik dan kekerasan yang terjadi di Timur Tengah akhir-akhir ini sulit dipisahkan antara sentimen keagamaan, perebutan sumber ekonomi, dan ekspansi militer. Ketiganya berjalin berkelindan dengan implikasi wajah agama jadi muram dan seram.

Di zaman modern, konstruksi negara cenderung lebih rasional dan warganya semakin plural. Kehadiran negara diperlukan untuk melindungi warganya, apa pun asal-usul etnis dan agamanya. Jadi, jika agama menjanjikan pada pemeluknya keselamatan di akhirat, negara memiliki tugas menjanjikan keselamatan warganya di dunia. Cukup menarik direnungkan, hubungan agama dan negara di Indonesia memiliki cita-cita sangat ideal, yaitu mempertemukan agenda agama dan negara sebagaimana tertera dalam Pancasila. Negara memberi wadah dan fasilitas bagi penyebaran agama, agama menjadi sumber kekuatan moral dalam kehidupan bernegara.

Sejak dulu di bumi Indonesia yang satu tumbuh beragam agama. Mereka mungkin sekali meyakini Tuhan Yang Esa, sebagai pencipta dan pengatur semesta, tetapi mengambil jalan yang berbeda-beda sehingga muncul pluralitas agama dan aliran kepercayaan. Adalah tugas negara untuk melindungi keselamatan warganya tanpa membedakan keyakinan agamanya.

*)Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

(MahdiNews/ABNS)

Senin, 27 Juli 2015

SYIAH TETEP ISLAM(VIDEO)

Buktinya
http://goo.gl/jgUXdP @Baidu Browser


SUNNI ADALAH PENGIKUT BANI UMAYYAH

Video: Sunni Adalah Pengikut Bani Umayyah, Bukan Pengikut Bani Hasyim. Inilah Buktinya

Shiite History:Wahabi/Deobandi are the followers of Bani Umayyah not Bani Hashim

hussainifriend786

46

6.207

Diupload tanggal 17 Jan 2012

For details click in the link below,
http://en.shiapen.com/comprehensive.html
http://www.al-islam.org/encyclopedia/...
May peace be upon on Martyrs(Shaadah )Of Karbala.
For details clink in the link below,
http://www.al-islam.org/short/sorrows...
Sunnis captured the right of Ahl-e-bait(A.S) in the early history of Islam.May Allah curse them all.I pray they find the right path soon and love Ahl-e-bait(A.S) and follow true Islam.They are busy in killing of Shiite people and others.In Islam God says If a muslim kills another muslim or a human irrespective of any religion creed or colour he will surely kill the whole humanity.Therefore Sunni and Wahabi sect are not muslims any more.It is fact that suicide is illegal(haram) in Islam.But unfortunately they are proudly doing it and because of that image of Islam is ruining in the western world especially in Europe and United States.I have no doubt that they are surely on the wrong path. The true essence of Islam is not violence or killing innocent people.Islam is a religion of peace not violence.In the early history of Islam after the death of Prophet Mohammad(P.B.U.H) so called caliphs(munafiqeens) Abu Bakr Uthman Umar snatched the right of Hazrat Fatimah Zahra(A.S) by not giving Fadak to her.They were always busy in plotting conspiracy against Hazrat Ali(A.S) and Hazrat Fatimah(A.S).They were not even present in the funneral of Prophet Mohammad(P.B.U.H) and his daughter Lady Fatimah(A.S).May Allah throw them in Hell who plotted conspiracy against Ahle bait(A.S).Then descendents of the Prophet Mohammad(P.B.U.H) suffered the same.Mauwiya Yazeed fully tried to snatch the right of Imam Hussain(A.S).They wanted to create their own Islam.Imam Hussain(A.S) didnot accept their Islam so Yazeed devil made hostile approach against Imam Hussain(A.S) and his family.Yazeed put his all cruelities on Ahle Bait(A.S) by his power.Imam Hussain(A.S) is truely the Hero Of Karbala.He sacrificed everything for to restore the true Islam.Which is still present by the named of Shiaism.The word 'Shiite' is even found in the Holy Quran and Ahadees(Hadis-e-Kisa,Sahih Bukheri and other prominent Islamic books) of the Prophet Mohammad(P.B.U.H).That's why Sunnis and Wahabis Kafir have high level of jealousy from Shiite people and they want to harm them by any mean.They cannot bring any further changes(E.g Taraaweeh Prayer) in Islam Inshallah as did by their caliphs(umar abu bakr uthman mauwiya)and other hypocrites.Oneday the whole muslim world accept and acknowledge the sacrifices of the Holy Prophet Mohammad(S.A.W) and his progeny(Ahlebait),which they made for the restoration of Islam.

Sunnis and Wahabis follow these (munafiqs)hypocrites
(Abu bakr Uthman Umar Abdullah ibn Umar Khalid ibn al-Walid Marwan ibn al-Hakam Anas ibn Malik Zubayr ibn al-Awwam Abu Huraira Abu Sufyan ibn Harb Abu Ubayda ibn al-Jarrah Amr ibn al-As Ayesha Yazeed Mauwiya Talha Zubair Saeed ibn Zaid Sa'ad ibn Abi Waqas Abd-ur-Rahman ibn Auf ) and ignore Holy Prophet Mohammad(P.B.U.H) and his family(Ahlebait).
Shiites truely and proudly follow Holy Prophet Mohammad(P.B.U.H) and his family(Ahlebait).All these are belonged to Bani Hashim tribe and very close to Holy Prophet Mohammad(S.A.W).These family members of Prophet Mohammad(S.A.W) are listed below.
Hazrat Abu Talib (A.S),
Hazrat Abbas ibn Abd al-Muttalib(A.S)
Hazrat Khadijah (A.S),
Hazrat Fatimah (A.S) 
Imam Ali bin Abi Talib - al-Murtaza (A.S) 
Hazrat Aqeel ibn Abi Talib(A.S)
Imam Hassan bin Ali - al-Mujtaba (A.S) 
Imam Hussain bin Ali - al-Shaheed (A.S) 
Imam Ali bin Hussain - al-Sajjad (A.S)
Hazrat Abu Fazal Abbas(A.S)
Hazrat Zainab(A.S) 
Hazrat Ali Akbar(A.S)
Hazrat Ali Asghar(A.S)
Hazrat Sakina(A.S) 
Hazrat Umme Rabab(A.S)
Imam Muhammad bin Ali - al-Baqir (A.S) 
Imam Jaffer bin Muhammad (A.S) - al-Sadiq (A.S) 
Imam Musa bin Jaffer - al-Kazim (A.S) 
Imam Ali bin Musa - al-Riza (A.S) 
Imam Muhammad bin Ali - al-Taqi (A.S) 
Imam Ali bin Muhammad- al-Naqi (A.S) 
Imam Hassan bin Ali- al-Askari (A.S) 
Imam Muhammad bin Hassan- al-Mahdi (A.S) 
May peace be upon on Muhammad (S.A.W.) and His Vicegerents (A.S).
May peace be upon on faithful and sincere Sahabas of Prophet Mohammad(S.A.W).
(Hazrat Bilal ibn Ribah,Hazrat Al-Miqdad ibn Aswad,
Hazrat Abu Dharr al-Ghifari,Hazrat Salman,Hazrat Jaffar ibn Abu Talib,Hazrat Abdullah ibn Ja'far Zainab bint Ali,Hazrat Malik ibn Ashter,Hazrat Abd ar-Rahman ibn Abi Bakr,Hazrat Kumayl ibn Ziyad,Hazrat Yasir ibn Amir,Hazrat Abu Ayub Ansari,Hazrat Fazl ibn Abbas,Hazrat Zaid mawla Muhammad,
Hazrat Miqdad ibn al-Aswad al-Kindi,Hazrat Akib ibn Usaid and others).
For details click in the link below,
http://en.shiapen.com/comprehensive.html
http://www.al-islam.org/encyclopedia/...
May peace be upon on Martyrs(Shaadah )Of Karbala.
For details clink in the link below,
http://www.al-islam.org/short/sorrows...

*****

[MUST WATCH] Imam Khomeini Talking about TODAY situation - Persian sub English - ShiaTV.net

Musawi100

721

69.387

Diupload tanggal 21 Feb 2010

*****

Many scholars of our Sunni brethren claim that the Prophet did not leave a successor. Is this true? watch to find out from their own books.

Imam Ali 1st Khalifa! [Eng] من كان اول خليفة لرسول الله (ص)؟؟

Shi3i4lyf

46.766

40.794

Diupload tanggal 14 Feb 2011

[Please click the "Cc" button for English Subtitles.] Many scholars of our Sunni brethren claim that the Prophet did not leave a successor. Is this true? watch to find out from their own books.

الكثير من علماء اخواننا اهل السنة يدعون على ان النبي صلى الله عليه و آله لم يترك خليفة بشكل رسمي...لكن عندما نتطلع على الكتب المعتبرة عند اخواننا السنة نجد العكس 

ارجوكم اخواني انشروا المقطع و اتركوا تعليقاتكم ليراها الجميع 
اخوكم باقر

*****

Dinasti Umawi sejak dari pertama kali mereka menyertai Islam, telah banyak kali mempermainkan Islam atau cuba mempermainkannya secara sembunyi-sembunyi. Mereka ingin mengatur Islam mengikut kehendak mereka, dan menjauhkan pengikutnya dari pelindungnya yang sebenar, yakni Ahlulbait(as) Nabi(sawa) yang suci.

“Golongan Umawi telah menipu Nabi serta dakwahnya, kita telah mengetahui,  bagaimana Islamnya pemimpin Umawi yakni Abu Sofyan, dan kita tahu bagaimana tidak tersisa sedikitpun untuk Umawiyin  kedudukan-kedudukan apapun secara aklamasi dalam lingkungan Islam, yang mana kemunculan Islam membawa keberuntungan dan kemenangan bagi pihak Bani Hasyim, dalam naungan Islam, mereka mempersiapkan langkah awal untuk diri mereka sendiri dan mengutamakan kekuasaan, dan mereka telah mendapatkan dalam kekuasaan Yazid bin Abi Sofyan dan Muawiyah setelahnya di Syam. Langkah pertama, mereka dapat menginjakkan kaki-kaki mereka, setelah itu mereka mendapatkan kesempatan untuk bangkit  melakukan kejahatan-kejahatan atau teror.”
(Al Imam Husain karangan Abdullah Al Alili  (dari madrasah sahabat) pada hal 31)

Dalam kitab yang sama pada bab Inqilab Umawi atau Atsauroh Hukumah Al Khulafa hal 55.

“Sungguh kebanyakan mereka menjauhkan penisbatan pembrontakan kudeta ini kepada kelompok Umawi, padahal kudeta yg di maksud itu adalah Bani Umayah. akan tetapi kita memiliki nas nas dan yang pasti tidak ada yang sanggup menyanggah atau melawan. sesungguhnya aku menasihati kepada setiap orang yang sibuk dengan sejarah, bahwa pada situasi atau era ini hendaknya mereka mengutamakan diantara pelajaran-pelajaran mereka itu sebuah kitab yang berjudul “ An Niza’ Wattakhosum Fima Baina Bani Umayyah Wa Bani Hasyim (artinya keributan dan perselisihan yang terjadi antara Bani Umayah dan Bani Hasyim )“ karangan Taqiyudin Al Miqrizi yang mana didalamnya Al Miqrizi berkata :
“Tujuan pokok kelompok ini adalah mengumpulkan hukum-hukum yang dibuat oleh Bani Umayyah. Yang kemudian lahirlah ajaran-ajaran Islam  versi Umawi melalui riwayat-riwayat palsu tentang keutamaan-keutamaan Muawiyah bin Abi Sofyan yang mereka terapkan dan menyingkirkan keutaman-keutamaan Ali.

Adapun diantara pokok-pokok penting akidah madrasah Ahlul Bait adalah keyakinan mereka akan kemaksuman Ali dan Ahlul Bait. Sementara madrasah sahabat atau Ahlu Sunnah Wal Jamaah tidak meyakini kemaksuman Ali dan Ahlul Bait.

Adapun yang membezakan antara madrasah para sahabat dan madrasah Bani Umayyah adalah,  Madrasah para sahabat(Ahlulsunnah) meyakini dan mengakui kedudukan tinggi yang dimiliki oleh Ali dan Ahlulbait. Mereka meyakini bahawasanya Ahlulbait memiliki kedudukan, keutamaan dan menganggap kecintaan kepada mereka sebagai iman, dan membenci mereka sebagai kufur. Paling tidak, mereka meyakini samada Ali dan Fatimah atau Ali sahaja.

Berbeda dengan mazhab Bani Umayah yang selalu berusaha menyingkirkan Ali dari semua keutamaan-keutamaan serta kedudukan-kedudukannya.

Apa buktinya, kalau Islam versi Bani Umayyah berusaha menyingkirkan Ali dari semua keutamaan-keutamaannya?

Buktinya adalah mereka mensunahkan membenci Ali, mencacinya, dan berlepas diri darinya diatas mimbar-mimbar mereka. Hal itu diperkuat oleh Ibn Taimiah salah seorang dari para syekh Umawi dengan mengatakan : Sesungguhnya para pejabat Muawiyah mereka adalah para pejabat Usman, dan mereka adalah orang-orang yang membenci Ali.

Di dalam kitab Faidul Qodir Jilid 3 halaman 18 hadis ke 2631, terbitan Dar Fikr, cetakan pertama, tahun 1426 – 1427 H, (karangan Muhammad Abd Rouf lahir th 1545 wafat 1622 M / 952 – 1031 H):

Rasul saw bersabda“sesungguhnya aku tinggalkan pada kalian dua khalifah satu adalah Kitabullah tali yang terbentang antara langit dan bumi,dan yang kedua adalah Itrohku Ahlul Baitku. Sungguh keduanya tidak akan pernah berpisah hingga menjumpaiku di telaga .
Al Manawi mengomentari hadis ini : “ Itrohku Ahlul Baitku mereka adalah Ashabul Qisa, Allah telah menjaga mereka dari dosa dan mensucikan mereka sesuci-sucinya. dan disebut orang-orang yang di haramkan menerima zakat.
dan diperkuat oleh Qurtubi yang mengatakan :
” Wasiat ini dan penguatan agung ini menetapkan akan wajibnya menghormati kelurganya-pen. Ahlul bait-, berbuat baik kepada mereka, menghormati dan mencintai merekaadalah kewajiban yang di fardukan, yang mana tidak ada alasan bagi seseorang menyimpang darinya. hal ini seiring dengan sesuatu yang telah diketahui melalui karakteristik mereka dengan Nabi Saw karena mereka bagian darinya, sebagaimana Nabi Saw bersabda : ” Fatimah bagian dariku “. Pada saat yang sama Bani Umayah menolak kebenaran-kebenaran dengan cara menentang. Mereka menumpahkan darah Ahlul Bait, menawan wanita-wanita dan anak-anak kecil mereka, membakar rumah-rumah mereka, merendahkan kemulian dan keutamaan mereka, serta menganggap sunnah mencaci dan melaknat mereka,  mereka telah menentang Rasul saw dalam wasiatnya dan memutarbalikan maksudnya”

Apa kata Ibn Taimiyah ? musykilah Bani Umayah adalah perbincangan mereka tentang Ali dan tidak berkata cacimaki mereka pada Ali, kata Ibn Taimiyah dalam kitabnya.

Apa yang telah dilakukan Bani Umayyah kepada Ahlul Bait, yangmana Allah swt telah memerintahkan untuk mencintai mereka.- kami tidak mengatakan taat pada mereka ?

Para ulama bersepakat atas wajibnya mencintai Ahlul Bait, menghormati, dan bersolawat kepada mereka. Tidak ada yang berbeda pendapat tentangnya kecuali dia keluar dari Islam. Oleh Karena itu, hendaknya kita tidak mencampuradukkan antara mazhab Bani Umayyah dengan madrasah sahabat atau Ahlus Sunnah Wal Jamaah.

Apakah benar masalah seputar caci maki Bani Umayyah terhadap Ali terdapat dalam kitab-kitab hadis dan kitab-kitab sejarah ???

Dalam kitab Tarikh Thabari Jilid 2 halaman 239, terbitan Maktabah At Taufiqiyah (karangan Abu Ja’far At-Thabari, lahir 839 wafat 923 M / 224 – 310 H) :

“Sesungguhnya Muawiyah bin Abi Sofyan ketika melantik Mughiroh bin Syu’bah di Kufah pada bulan jumady tahun 41 H, dia memanggilnya. Lalu dia(Muawiyah bin Abi Sofyan)mengucapkan puja puji kepada Allah Swt kemudian berkata :
“Aku ingin mewasiatkan kepadamu mengenai banyak hal, dan aku serahkan karena aku percaya terhadapmu atas sesuatu yang membuat aku rido dan membahagiakan kekuasaanku, dan memperbaiki kepemimpinanku, namun aku tidak mau meninggalkan wasiat padamu mengenai satu hal :”Janganlah kamu berhenti dari mencaci dan menghina Ali, berkasih sayanglah kepada Usman dan memintakan ampunan untuknya, dan celalah para sahabat Ali, serta asingkanlah mereka, dan jangan hiraukan ucapan-ucapan mereka, dengan memuji Syiah Usman ridwanallah alaih, dekatilah, dan dengarkanlah mereka, Mugiroh bin Syu’bah menjawab :” sungguh aku telah melakukannya sebelum aku diperintahkan, dan aku telah mengerjakannya sebelum kamu dan selain kamu”
Mugiroh bin Syu’bah berkuasa di kufah sebagai pelayan Muawiyah selama 7 tahun beberapa bulan. Dan itu adalah pejalanannya yang terbaik, dan kecintaannya yang sangat terhadap kesejahteraan, hanya saja ia tidak pernah  meninggalkan menghina Ali dan senantiasa melakukannya dan selalu mencela pembunuh Usman, serta melaknat mereka, berdoa untuk Usman dengan rahmat dan ampunan dan mensucikan para sahabatnya…..


Bagaimana riwayat ini dengan hadis yang terdapat dalam Sohih Muslim ketika Muawiyah bin Abi Sofyan menyuruh Sa’ad bin Abi Waqqos untuk mencela Ali ??

Mustadrak Al Hakim Jilid 1 halaman 493, terbitan Dar Fikr tahun 1422 H/2002M (karangan Abu Abdillah Al Hakim An-naisabury, lahir 933 – 1015 M/321– 405 H) :

Dari Zaid bin ‘Alaqoh dari pamannya : “ Sungguh Mughiroh bin Syu’bah mencaci Ali bin Abi Thalib. Kemudian Zaid bin Arqom berdiri seraya berkata :
“Hai, Mughiroh, tidakkah engkau tahu sesungguhnya Rasul saw telah melarang  mencacimaki orang mati. Kenapa engkau mencaci Ali sementara ia telah meninggal..?

Disini Zaid bin Arqom tidak mengatakan : ”kenapa engkau mencacimaki Ali, padahal dia adalah Nafsunnabi ( diri Nabi ), yang mencintai Allah dan Rasulnya, yang termasuk khalifah ke empat, dan yang……dst, sesungguhnya Zaid bin Arqom tidak mampu melakukan semua itu, karena dia takut terhadap kezaliman Bani Umayah).

Pertanyaannya sekarang adalah kenapa sebagian ulama meragukan kitab Mustadrak Sohihain ?
Dalam Kitab Silsilah Al-Ahadis Sohihah, Jilid 5 halaman 520, terbitan maktabah Ma’arif, cetakan pertama tahun 1422 H/ 2002 M (karangan Muhammad Nasirudin Albani, lahir 1914 wafat 1999 M/ 1332-1420 H) :

Al-Hakim telah mengeluarkan hadis dari Zaid bin ‘Alaqoh, dari pamannya : Sesungguhnya Mugiroh bin Syu’bah telah mencacimaki Ali bin Abi Thalib……. Al-Hakim berkata :” Hadis tersebut Sohih menurut syarat Muslim ” dan Adz dzahabi menyepakatinya. Aku (Al-Bani)berkata :” dan itu sebagaimana yang telah dikatakan oleh keduanya ……………….dst.

Jadi Al-Bani dan Adz-Dzahabi keduanya mensohihkan hadis berikut ini : “sesungguhnya mugiroh bin syu’bah telah mencacimaki Ali” dan cacimaki ini diriwayatkan didalam Tarikh At Thabari tentang wasiat Muawiyah.

Padahal Adz-Dzahabi termasuk dari mazhab Umawy bukan dari  madrasah Sahabat atau Ahlu Sunnah wal Jamaah.

Didalam kitab Siyar ‘Alam An-Nubala Jilid 12 halaman 573-574, terbitan Darul Hadis tahun 1427 H / 2006 M (karangan Syamsuddin Adzahabi, lahir 1275-1347 M / 673-748 H) :

“Aku telah mengumpulkan jalur-jalur hadis ”burung” kedalam satu bagian. Dan jalur-jalur hadis “ siapa yang menjadikan aku pemimpinnya, maka Ali juga pemimpinnya”, adalah hadis paling sohih. Dan yang paling sohih dari hadis tersebut adalah hadis yang telah dikeluarkan oleh Muslim dari Ali yang berkata:” Sesungguhnya Nabi saw mengamanahkan kepadaku: ” sungguh tidak ada yang mencintaimu kecuali mukmin dan tidak ada yang membencimu kecuali munafik”, disini terdapat tiga masalah[1] ada segolongan yang mencintainya dan ada golongan Nasibi yang membenci Ali karena kebodohan mereka “.
Dengan maksud untuk membebaskan Muawiyah bin Abi Sofyan dan Bani Umayyah.

Sementara dalam kitab yang sama ketika sampai pada Abu Bakar pada Jilid 12 halaman 266 :
Dari Jabir :  seorang mukmin tidak membenci Abu Bakar dan Umar, dan seorang munafik tidak  akan mencintai keduanyahadisnya diabaikan dan matannya benar [2] Akan tetapi hadis tersebut dikenal tidak sohih.

Semua nas dan ketetapan mengenai keutamaan Ali biasanya mazhab bani Umayyah langsung memberikannya kepada orang lain dengan tujuan untuk menghilanglah keutamaan-keutamaan Ali.

———
Note:
Didalam hadis itu tidak ditujukan untuk Ali, karena tidak menyebutkan sanadnya siapa yang meriwayatkan dalam sohih Muslim tersebut, akan tetapi permasalahannya ada pada matan hadisnyawalaupun sanadnya bohong, namun untuk Ali ada permasalahan dikarenakan matannya
Saudaraku….
Sesungguhnya Islam yang berusaha diterapkan oleh keturunan umayyah dan berusaha untuk mengatur umat Islam  dengan Islamnya itu. Mempunyai pengaruh  dan idiologi yang sangat berbahaya bagi umat Islam.Karena kita dapati bahwa sekte atau kelompok ini dan Islam yang terdapat dalam ajaran-ajarannya serta strategi-strateginya secara umum berusaha mengarah kepada sekelompok cendikiawan muslim untuk memberikan dasar-dasar serta berpendapat  dengan Islam yang telah diusahakan oleh bani umayyah.

Lebih berbahaya lagi adalah, kelompok ini berusaha mengaku sebagai Islam Sahabat atau Ahlusunnah wal Jamaah. Ini adalah beberapa bahaya yang sangat mendasar. Sementara Islam danajaran-ajaran yang terdapat dalam madrasah sahabat memiliki banyak perbedaan yang sangat asasi, baik dari sisi Islamnya, langkah-langkahnya, idiologinya dengan Islam  yang diterapkan oleh Bani Umayyah. Objek inilah yang harus kita pisahkan antara Mazhab Ahlusunnah Wal Jamaah dengan Mazhab Bani Umayyah.

Karena itu, kejadian in ibukan saja kejadian sejarah. Tentang bagaimana masuk Islamnya Bani Umayyah pada futuh Makkah, sedangkan mereka termasuk tulaqa (artinya-orang-orang yang dibebaskan oleh Nabi saww), bagaimana mereka dapat berkuasa sementara mereka tidak memiliki keahlianagama dan pengetahuan begitupun muawiyah dan keluarganya?. dan bagaimana merekadapat mengaku sebagai Amirul Mukminin kepada kaum muslimin ?, dan mengaku sebagaiKhalifah Rasulullah saww dan Muslimin?

Sesungguhnya Islamnya tersebut adalah Islam versi Umawi yaitu Muawiyah bin Abi Sofyan sangat bertolakbelakang dengan Islam Muhammadi atau Nabawi atau hakiki yang mana Rasul sawwingin mendidik umat dengan Islam yang hakiki.

Oleh karena itu, Ketika Muawiyah bin Abi Sofyan memperoleh kekuasaan politik dan menjadi seorang khalifah serta menjadi Amirul Mukminin yang kemudian dikenal dengan nama Islam Bani Umayyah, ia segera melakukan beberapa hal setelah itu.

Pertama :
Muawiyah bin Abi Sofyan menetapkan untuk menyebut Ali dan keutamaan-keutamaannya dan mengganti semua riwayat dari Rasul saww dan juga apa-apa yang telah diriwayatkan dari para sahabat tentang Ali dan keutamaan-keutamaannya dengan cara mengurangi keutamaan-keutamaan Ali.

Pertanyaannya adalah :
Benarkah  Muawiyah bin Abi Sofyan menyuruh demikian?

Jawabnya terdapat :
Di dalam kitab Shahih Muslim, kitab keutamaan Sahabat,bab keutamaan Ali bin Abi Thalib Jilid 2 halaman 448 hadis ke 2404, cetakan DarFikr  tahun 1414 / 1993 (karangan Muslim bin Hajjaj An-naisaburi, lahir th 820 wafat th 875 M /  204-261 H):

Dari Amar bin Sa’ad bin Abi Waqqos dari ayahnya iaberkata : ” Muawiyah telah memerintahkan Sa’ad, apa yang mencegah engkau dari mencaci Abu Turab ?. Sa’ad menjawab: ” aku ingat Tiga hal  yang Rasul saww pernah bersabda, dan aku tidak akan pernah mencacinya, karena seandainya salah satu dari tiga itu aku miliki, lebih aku sukai daripada unta merah. :
Ali berkata kepada Rasul Saww : ” Ya Rasulullah engkau tinggalkan akubersama para wanita dan anak-anak kecil ? kemudian Rasulullah menjawab :”tidakkah engkau rido menjadi bagian dariku sebagaimana  kedudukan Harun disisi Musa hanya saja tidakada Nabi setelahku.[Untuk lebih jelasnya, tentang apa yangdimaksud oleh Rasul saww dengan kedudukan tersebut maka silahkan buka Qs.20:30-32 “(yaitu) Harun, saudaraku teguhkanlah dengan dia kekuatanku danjadikankanlah dia sekutu dalam urusanku”hadis initerdapat pula dalam Bukhori Jilid 2 halaman 300.]Dan aku mendengar beliau bersabda pada perang Khaibar: “Pasti akan aku berikan panji ini kepada seorang lelaki yang mencintai Allah dan Rasulnya dan Allah serta Rosulnya mencintai dia.” [(buka Qs. 3:31). dalam ayat tsb menjelaskan bahwa amirul mukminin adalah sebagai tolok ukur yang paling utama bagi orang yang mengikuti Rasulullah saww. Dan hadis ini pun terdapat dalam kitab Bukhori Jilid 3 halaman 51. Rasul saww bersabda : “panggilkan untukku Ali, maka datanglah Ali menemui beliau dalam keadaan sakit mata, lalu Nabi memberi ludah pada matanya kemudian menyerahkan panji kepadanya,maka Allah memberikan kemenangan ditangannya.]Dan pada saat turun ayat ini “katakanlah mari kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kalian”kemudian Rasul saww memanggil Ali, Fatimah, Hasan dan Husain. Lalu beliau berdoa : ” Ya Allah merekalah keluargaku.[Hadis ini menggugurkan pendapatyang mengatakan bahwa Istri-istri Nabi termasuk Ahlu Bait yang disucikan sesuci-sucinya sebagaimana yang terdapat dalam Qs. 33 : 33.]

Sementara Ibn Taymiyah adalah orang yang selalu meragukan semua riwayat yang didalamnya meriwayatkan keutamaan Ali dan Ahlul Bait.

Ketika kita sampai kepada nas-nas diatas kita mendapatkan kejelasan bahwa Muawiyah bin Abi Sofyan memang benar  telah memerintahkan Sa’ad bin Abi Waqqos untuk mencaci Ali. Hal itu, diperjelas oleh Ibn Taimiyah dalam kitabnya Minhajussunnah An-nabawiyah Jilid 5 halaman 23, terbitan Darul Hadis Qohirah tahun 1425/2004 (karangan Ibn Taimiyah Taqiyyudin, lahir th 1263 wafat 1328 M / 661-728 H).

Ibn Taimiyah berkata : “ Adapun hadis Sa’ad ketika Muawiyah bin Abi Sofyan memerintahkanpadanya untuk mencaci maki Ali lalu ia menolak”.

Dari perkataannya tersebut menunjukan bahwa Ibn Taymiyah memahami benar maksud dari hadis Sohih Muslim diatas?

Muawiyah adalah seorang sahabat, yang meminta sahabat lain untuk mencaci Ali. Bukankah hal ini termasuk mengurangi keutamaan sahabat ?

Dalam kitab Shawaiq al Muqriqahterbitan Maktabah Al Qohirah, cetakan ke 2 tahun 1385 H / 1965 M.Pada halaman 211, (karangan Ibn Hajar Al Haitami, lahir 1504 wafat 1567 M /909-974 H) :

” Telah berkata Imam pada zamannya Abu Zur’ah Arrozi paling mulianyadiantara guru-guru Muslim, ia berkata : “jika kamu melihat seseorang mengurangi salah seorang sahabat Rasul saww. Ketahuilah sesungguhnya dia zindiq.
Dalam kitab yang sama dia berkata :” Abu Zur’ah Arrozi adalah orang yang duduk bersama Imam Ahmad bin Hanbal.

Bagaimana dengan Muawiyah bin Abi Sofyan yang menyuruh Sa’ad bin Abi Waqos untuk mencaci Ali. Bukankah Ali termasuk sahabat Rasulullah juga ?
Ibn Taimiyah berkeyakinan bahwa nas-nas yang menyatakan “Islam senantiasa Mulia hingga12 kholifah, semuanya dari Quraisy”, Ibn Taimiyah berkeyakinan bahwa dari 12 khalifah tersebut yang ke 7 dan ke 8 nya adalah dari Bani Umayah, bahkan dia meragukan apakah Ali termasuk dari mereka atau tidak ?.

Kedua:
Di dalam kitab Minhajus-Sunah An-Nabawiyah Jilid 8 halaman 238 terbitan Darul Hadis Qohirah tahun 1425/2004, (karangan Ibn Taimiyah Taqiyyudin, lahir th 1263 wafat 1328 M / 661-728 H)  :

Maka para khalifah itu adalah Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali kemudian diangkatlah seseorang yang disepakati manusia. ia mendapatkan kemuliaan, dan kekuasaan ia adalah Muawiyah dan anaknya Yazid kemudian Abdul Malik bin Marwan dan ke empat anaknya diantara mereka adalah Umar bin Abdul Aziz. Yang ke 8 dari 12 khalifah itu adalah mereka yang telah mendapatkan kabar gembira dari Nabi Ismail as. Dan sebagian daripara pembesar itu dari Bani Umayah.

Dengan kata lain Ibn Taymiyah tidak memasukkan Al-Hasan dan Al-Husain termasuk dari 12 Khalifah dan tidak termasuk para pembesar yang mendapatkan kabar gembira dari Nabi Ismail as. Secara tidak langsung Ibn Taimiyah lebih mengutamakan Yaziddaripada Al-Hasan dan Al-Husain.

Sekarang nampak jelas bagi kita, bahwa mazhab Ibn Taymiyah sangat condong kepada Bani Umayah.

Ibn Taymiyah berkata :“Sebagian dari faktor-faktor semua itu adalah bahwa sesungguhnya mereka berada pada awal Islam dan era kejayaan. Kemudian Ibn Taimiyah berkata: ” yang sangat besar adalah manusia menaruh dendam kepada Bani Umayah dikarenakan dua hal, salah satunya adalah ” perbincangan mereka menjelek-jelekankan Ali” – (artinya caci maki mereka kepada Ali).

Ibn Taymiyah tidak berkata pelaknatan atau cacian mereka kepada Ali, akan tetapi menyepelekan masalah tersebut, dengan begitu dia dapat mengelabui dan menipu umat Islam terhadap sesuatu yang telah dilakukan Bani Umayyah terhadap Ahlul Bait as.

Anehnya, Apabila menjelek-jelekan khalifah pertama, kedua dan ke tiga merupakan musykilah yang besar, namun apabila menjelek-jelekan Ali tidak termasuk musykilah yang besar.!

Kemudian Ibn Taymiyah berkata :

“yang dimaksud disini adalah sesungguhnya hadis yang didalamnya menyebutkan 12 khalifah, baik Ali ditetapkan termasuk darinya atau tidak adalah sama saja. (pen.Ibn taimiyah berusaha meragukan kembali, dengan alasan umat tidak sepakat terhadap Ali).

Kita kembali kepada nas yang disebutkan oleh Ibn Taymiyah yang berkata:

” yang sangat besar adalah manusia menaruh dendam kepada Bani Umayah karena dua hal salah satu dari keduanya adalah perbincangan mereka tentang Ali dan yang kedua mengakhirkan waktu Sholat.

Ibn Taymiyah berkata :

“Oleh karena itu, Umar bin Maroh Al Jumali telah meriwayatkan setelahkematiannya, dikatakan kepadanya. Apa yang telah Allah lakukan dengan semua itu? Ia (Umar bin Maroh Al Jumali) berkata : Allah telah mengampuniku karena aku selalu menjaga sholat-sholatku pada waktunya, dan karena kecintaanku kepada Ali bin Abi Thalib.  Ini adalah orang yang menjaga dua sunnah. Oleh karena itu, seseorang harus berpegang teguh dengan sunnah ketika telah bermunculan bid’ah” ( pen. Dari perkataannya Ibn Taymiyah mengakui bahwa cinta kepada Ali termasuk dari sunnah Nabawiyah. sekarang jelas bahwa Ibn Taimiyah kebanyakan lupa.)

Qs. 42 :23 (asy-Syura;23):

قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَىٰ ۗ وَمَنْ يَقْتَرِفْ حَسَنَةً نَزِدْ لَهُ فِيهَا حُسْنًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ

 

Katakanlah: “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang kepada Al Qurba.” Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannyaitu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri”

Ayat diatas menjelaskan kepada kita bahwa Allah Swt telah mewajibkan kepada kita untuk mencintai Al Qurba sebagai upah atas dakwah Rasul saww,Siapakah Al Qurba yang wajib kita cintai itu ? mereka adalah Ali bin Abi Thalib, Fatimah, Al-Hasan dan Al-Husein. Untuk lebih jelasnya silahkan rujuk beberapa kitab berikut :
Tafsir Al Qurtubi Jilid 8 hal.16, terbitan Dar Fikr tahun 1424 H/ 2003MTafsir fakhrurozi Jilid 14 hal.167, terbitan Dar Fikr tahun 2002/1423Mustadrak Al hakim Jilid 3 hal.51, terbitan Dar fikr tahun 2002/1422Fusulul Muhimmah hal. 27 karangan Ibn Shobag, terbitan Dar Adwa, cetakan ke duaTafsir Baidowi Jilid 4 hal. 53, terbitan Dar FikrYanabiul Mawaddah karangan Al Qunduzy Al Hanafi, terbitan Muassasah Al Ilmiyah Beirut. dll
Qs 3:61(Ali Imran ;61) :

فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَتَ اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ

 

Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya la’nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta”

Demikianlah riwayat-riwayat mereka mengenai kecintaan kepada para khalifah Bani Umayyah, sementara cinta kepada Ali terdapat dalam Al Qur’an. dan mereka wahabi selalu berkata :”kami pun mencintai Ali dan Ahlul Baitnya.”..!

Jawabannya adalah: Jelas, mereka harus mencintai Ali dan Ahlul Bait, karena jika tidak maka mereka keluar dari Islam.

Dan Harus diketahui bahwa kecintaan kita kepada Ahlul Bait bukanlah suatu keberuntungan bagi Ahlul Bait akan tetapi manfaat kecintaan tersebut kembali kepada diri kita sendiri.Karena mencintai mereka adalah kewajiban dari Allah swt.

Ketiga:
Di dalam kitab Minhajus-Sunnah An-Nabawiyah, Jilid 5 halaman 244, terbitan Darul Hadis Qohirah tahun 1425/2004, (karangan Ibn Taimiyah Taqiyyudin, lahir th 1263 wafat 1328 M/ 661-728 H):

” Dan juga, sungguh kondisi politik lebih tertata / tertib pada masa Muawiyah sebagaimana belum tertata pada masa Ali, maka wajib menjadikan para pejabat Muawiyah lebih baik daripada para pejabat Ali”. (pen. Kalau ukurannya seperti itu kenapa Allah swt tidak mensucikan Muawiyah bin Abi Sofyan saja ???)

Para pejabat Muawiyah bin Abi Sofyan antara lain : Amr bin Ash, Mughiroh bin Syu’bah, Basar bin Arthat,Marwan, Hakam dan orang-orang yang telah dilaknat Rasul saww. Jadi, Ibn Taimiyah mengangap tingkatan dan kedudukan mereka ini lebih utama dari pada Salman, Abu Dzar,dan Amar. Demikianlah keyakinan Ibn Taimiyah mengenai sahabat.!

Siapakah para pejabat Muawiyah bin Abi Sofyan itu?

Ibn Taymiyah berkata : “Para pejabat Muawiyah adalah Syiah Usman.”

Siapakah Syiah Usman itu?

Ibn Taymiyah berkata : “mereka itu adalah Nashibi yaitu orang-orang yang membenci Ali”.

Kalau begitu dimana kewajiban cinta kepada Ahlul Bait ??

Ibn Taimiyah berkata : “Syiah Usman  dan Nashibi keberadaannya lebih utama daripada Syiah Ali diatas semua standard.

Jadi Ibn Taymiyah meyakini bahwa orang-orang yang membenci Ali, keberadaannya  lebih utama daripada Syiah Ali dan orang-orang yang mencintai Ali.

Kemudian Ibn Taymiyah berkata :

” Para sahabat Ali itu tidak memiliki ilmu, agama, keberanian dan kedermawanan. Dan keadaan mereka tidak baik didunia maupun diakhirat.”


Artinya para pejabat Usman dan Syiahnya yang kemudian mereka menjadi Syiah Muawiyah.

Menurut Ibn Taymiyah Mereka itu berilmu, beragama, berani, dan dermawan lebih utama daripada sahabat Ali as.

Demikianlah idiologi Ibn Taimiyah yang memperkuat existensi mazhab Bani Umayyah hingga sekarang.
Jadi, jawaban bagi orang yang mengatakan bahwa ini hanya kejadian sejarah saja, adalah salah besar, karena sekarang hadir dalam kehidupan kita dalam bentuk pemikiran, aqidah, agama, keimanan, serta politik, dll.

Di dalam kitab Fathul Bari Jilid 9 hadis ke 3649, terbitan Dar Fikr, cetakan pertama tahun 1425/2005, (karangan  Ibn Hajar Al ‘Asqolani, lahir 1372  wafat 1448 M / 773-852) : kitab keutamaan sahabat, Manaqib Al-Anshari, Al Maghozi berkata  :

“Manusia terbagi dua kelompok. (sebelum peristiwa bani Umayyah dan Muawiyah) Akan tetapi para pembuat bid’ah hanya sedikit, kemudian terjadilah pada pemerintahan Ali apa yang terjadi, yang kemudian lahirlah kelompok lain yang memeranginya. (Ketika sampai pada masalah kekuasaan maka terdapat tiga kelompok yang berkeyakinan untuk memerangi Ali) Yang kemudian diparahkan lagi oleh para khotib. Mereka mengurangi keutamaan Ali, dan menjadikan laknat kepadanya dimimbar-mimbar sebagai sunnah, dari situ manusia kemudian terpecah menjadi tiga kelompok dalam masalah hak Ali.


Kelompok Ahlu sunnah : kelompok ini sering diistilahkan dengan madrasah sahabat, mereka adalah orang-orang yang menghormati, mencintai serta mengagungkan Ali dan keutamaan-keutamaannya.Kelompok Khawarij – para pembuat bid’ah.Kelompok Bani Umayyah yaitu orang-orang yang memerangi Ali dan para pengikutnya.
Kelompok yang ketiga inilah yang ingin kita jelaskan kepada manusia mengenai karakter mereka  dan ciri-cirinya.

Kita tahu bahwa menurut keyakinan madrasah Ahlul Bait, Ali adalah khalifah pertama yang haq secara hukum. Sementara kelompok lain berkeyakinan bahwa Ali adalah Imam muslimin, khalifah ke empat dan salah satu dari sepuluh orang yang mendapat kabar gembira dengan surga.

Namun, Berbeda jauh dengan kelompok Bani Umayyah yang ingin menjadikan sebuah sunnah dengan cara melaknat Ali, mencaci, membenci dan memeranginya.

Didalam kitab Sohih Muslim, Jilid 2 halaman 979 hadis ke 2404, kitab keutamaan sahabat, bab keutamaan Ali bin Abi Thalib, cetakan Dar Fikr  tahun 1414 / 1993, (karangan Muslim bin Hajjaj An-naisaburi, lahir th 820 wafat th 875 M /  204-261 H):

“ Muawiyah bin Abi Sofyan telah memerintah Sa’ad’. ( Ada orang berkata : dalam hadis tersebut tidak ditemukan bahwa Muawiyah  telah memerintah Sa’ad untuk mencacimaki Ali )


Lalu Muawiyah berkata : “ Apa yang mencegah engkau dari mencaci maki  Abu Turab ??


Sa’ad menjawab: “ Aku ingat Tiga hal  yang Rasul saw pernah bersabda, dan aku tidak akan pernah mencacinya, karena seandainya salah satu dari tiga itu aku miliki, lebih aku sukai daripada unta merah.
Ali berkata kepada Rasul :Ya Rasulullah engkau tinggalkan aku bersama para wanita dan anak-amak kecil ? kemudian Rasulullah menjawab : “Tidakkah engkau rido menjadi bagian dariku sebagaimana  kedudukan Harun disisi Musa hanya saja tidak ada Nabi setelahku.Dan aku mendengar beliau bersabda pada perang khaibar” pasti akan aku berikan panji ini kepada seorang lelaki yang mencintai Allah dan Rasulnya dan Allah serta Rasulnya mencintai dia. Rasul saw bersabda :” panggilkan untukku Ali, maka datanglah Ali menemui beliau dalam keadaan sakit mata, lalu Nabi memberi ludah pada matanya kemudian menyerahkan panji kepadanya, maka Allah memberikan kemenangan ditangannya.Dan pada saat turun ayat ini “katakanlah mari kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kalian” Rasul saw memanggil Ali, Fatimah, Hasan dan Husain. Lalu beliau berdoa : Ya Allah merekalah keluargaku.

Dalam kitab Sunan Ibn Majah Jilid 1 halaman 7, terbitan Dar fikr, (karangan Abu Abdillah Muhammad bin Yazid Al Qozwini lahir 824 wafat 887 M/ 209-273 H) Pada Mukaddimah kitabnya  ia berkata :

” Kami telah menyebutkan hukum-hukum syekh Muhammad Nasiruddin Albani atas hadis-hadis. Satu persatu hadis yang telah dinukil dari kitab-kitabnya sohihi sunan. Dan medoifkannya lalu kami susun semua itu sebagai beriku:

Jadi nas-nas yang diriwayatkan disini, apabila kita temukan terdapat didalam sumber hadis dia (albani) berkata “ sohih”.  Ini pensohihan (hadis) menurut Alamah AlBani.  sementara kita mengetahui pendirian Albani terhadap madrasah sahabat dan kelompok salafi.

Di dalam hadis ke 121:

“Shohih (diantara dua sisi) telah berkata kepada kami Ali bin Muhammad, telah berkata kepada kami Abu Muawiyah, telah berkata kepada kami Musa bin Muslim dari Abi Sabith dia adalah Abdurrahman dari Sa’ad bin Abi Waqos berkata : ” Muawiyah mengutarakan sebagian hajatnya, kemudian masuklah Sa’ad menemuinya, lalu keduanya memperbincangkan Ali – pen. Muawiyah dan Sa’ad- lalu (Muawiyah) menerimanya, kemudian marahlah Sa’ad seraya berkata :” engkau mengatakan hal ini kepada seorang lelaki yang aku pernah mendengar Rasul saw bersabda “ barang siapa yang menjadikan aku pemimpinnya  maka Ali adalah pemimpinnya pula” dan aku mendengar Rasul saw bersabda :” engkau dariku  sebagaimana kedudukan Harun disisi Musa hanya saja  tidak ada Nabi setelahku”, dan aku pernah mendengar Rasul saw bersabda:” suatu hari pasti akan aku berikan panji ini kepada seorang lelaki yang mencintai Allah dan Rasulnya.

Jika ini tidak dianggap cacian, dan bukti akan kebencian Muawiyah terhadap Ali, maka bukti apa lagi ?

Sedangkan mereka (kelompok Bani Umayyah) selalu berkata : “Sesungguhnya Syiah Ahlul Bait dan para pengikutnya selalu mencaci maki sahabat ?”

Bagaimana dengan hadis diatas yang menjelaskan bahwa Muawiyah bin Abi Sofyan  telah melaknat Ali diatas mimbar-mimbar dan menjadikannya sunnah hingga puluhan tahun ?. Dan bagaimana dengan riwayat yang menyatakan bahwa : ” janganlah engkau mencaci maki sahabat-sahabatku…”.

Pandangan-pandangan berikut : “ mereka berijtihad tapi salah “, dan pandangan-pandangan “tinggalkanlah apa yang telah terjadi diantara para sahabat Rasulullah saw, dan tentang keadilan para sahabat “.
Semua itu adalah isu dan propaganda yang dihembuskan guna membela Muawiyah bin Abi Sofyan dan keturunannya.

Kesimpulannya adalah: Muawiyahlah yang telah memulai sunnah yang buruk ini..!
Rasul saww bersabda:

“Barang siapa yang menjalankan sunnah yang baik maka pahalanya bagi dia, dan barang siapa yang menjalankan sunnah yang buruk maka baginya balasannya dan balasan orang yang mengamalkan nya hingga hari kiamat.

Di dalam kitab Minhajussunah An-Nabawiyah, Jilid 5 halaman 466 terbitan Darul Hadis Qohirah tahun 1425/2004, (karangan Ibn Taimiyah Taqiyyudin, lahir th 1263 wafat 1328 M / 661-728 H):

“Maka wajib menjadikan para pejabat Muawiyah lebih baik dari pada pejabat Ali, dan para pejabat Muawiyah adalah Syiah Usman, mereka itu adalah Nasibi yaitu orang-orang yang membenci Ali”.

Marwan bin Hakam termasuk dari Syiah Usman.
Aisyah berkata kepada Marwan bin Hakam:

” Engkau wahai Marwan , aku bersaksi bahwa Rasul saw telah melaknat bapakmu sementara engkau masih dalam sulbinya. (terdapat dalam kitab shahabat Fil Mizan)

SIAPAKAH NASHIBI ITU?
Dalam Siyar A’lam An Nubala terbitan Darul Hadis tahun 1427 H / 2006 M, dengan tahkik Syuaib Al Arnaut Jilid 18 halaman 184, (karangan Syamsuddin Adzahabi, lahir 1275-1347 M / 673-748 H) :
Ibn Hazm berkata:

“Dan yang bertambah di dalam hatinya, adalah ke-syiaahnnya Ibn Hazm kepada pembesar Bani Umayah yang terdahulu maupun yang kemudian, dan keyakinannya terhadap sahnya kepemimpinan mereka, sampai dia (Ibn Hazm) dinisbatkan sebagai nashibi.

Syuaib Al Arnut (muhaqik kitab Siyaru A’lam An-Nubala) berkata:

Nashibi adalah benci kepada Ali r.a dan berwilayah kepada Muawiyah bin Abi Sofyan.

Sementara khawarij benci kepada Ali tapi tidak berwilayah kepada Muawiyah dan keluarganya.
Menurut Ibn Taimiyah :

Mereka Nashibi itu adalah orang-orang yang membenci Ali dan berwilayah kepada Muawiyah. namun jika dia mencintai Ali (bukan meyakini kemaksumannya) dan mengakui keutamaan-keutamaannya tetapi berpaling dari Muawiyah  bin Abi Sofyan maka dia syiah. Hal ini masih berlaku hingga zaman kita sekarang.

Contohnya adalah:
Al Hakim An-Naisabury, dia termasuk diantara orang yang meyakini bahwa seluruh sahabat itu baik serta meyakini syariat khalifah Abu Bakar, Umar dan Usman, akan tetapi apa pendapat  Adzahabi terhadap Al Hakim An-Naisabury ?

Di dalam kitab Siyarul A’lam An-Nubala,  Jilid 17, terbitan Darul hadis tahun 1427 H / 2006 M (karangan Syamsuddin Adzahabi, lahir 1275-1347 M / 673-748 H): dalam terjemah ke 100 (Al-Hakim An-Naisaburi):

” Dia (AL HAKIM) telah mengarang, lalu mengeluarkan, membedah, dan menimbang, kemudian mensohihkan, dan dia termasuk dari lautan ilmu namun sedikit syiah.”

Apa penyebab Al Hakim An Naisaburi dituduh syiah?

Pada kitab yang sama halaman 168 :

Dan dia (Alhakim) berprinsip bahwa sesungguhnya hadis tersebut sohih menurut syarat bukhori dan muslim, -sebagian hadis-hadis itu- diantaranya adalah hadis tentang burung, hadis man kuntu maulah fa aliyun maulah, sementara ahli hadis telah mengingkari semua itu, ini adalah cerita yang kuat. Maka ia menerima dan mengeluarkan hadis tentang burung dalam mustadraknya ? (kenapa Alhakim mengeluarkan hadis burung itu ? ) sementara dia (Adzahabi) meyakini bahwa seandainya benar ada seseorang yang lebih utama dari Ali setelah Nabi.Karena Al-hakim mengatakan : “Seandainya hadis ini sohih ketika ada seseorang yang lebih utama dari Ali setelah Rasulullah. Karena Rasul saw berdoa : Ya Allah utuslah kepadaku mahlukmu yang paling aku cintai”.

Adz-Dzahabi menjelaskan dalam kitab Tadzkiratil Huffadz, Jilid 2 halaman 103 dia berkata :”

“Adapun hadis burung, memiliki banyak sekali jalur-jalurnya.  Sungguh aku telah mengarangnya secara terpisah serta mengumpulkannya (jalur-jalurnya) yang mengharuskan  agar hadis tsb memiliki aslinya.

Dia (Adz-Dzahabi) berkata :

“Mengabarkan kepadaku Ahmad (Fulan) dari Ibn Thohir, bahwa dia bertanya kepada Abu Ismail bin Muhammad Alharwi tentang Abi Abdillah Alhakim. Lalu dia menjawab :” seorang yang terpercaya dalam hadis, seorang rafidoh (syiah) yang buruk. – pen. Kenapa ia rofidoh yang buruk ?, karena Al-Hakim menukil riwayat-riwayat tentang keutamaan Ali-. “ Dan dia (Alhakim)berpaling dari Muawiyah dan keluarganya. ( yaitu Yazid, Walid, Mugiroh bin Syu’bah dll dengan istilah Ibn Taimiyah : Sungguh Islam berada pada masa kejayaan dan kemakmuran di zaman mereka ).

Contoh lainnya adalah:

Al-Allamah Ibn Abil Hadid juga dituduh syiah..!
Meskipun dalam pembukaan kitabnya yaitu kitab Syarah Nahzul Balagoh, (Ibn Abil Hadid, lahir th 1190  wafat 1258 M/ 586-656 H). dia (Ibn Abil Hadid) mengatakan :

” Aku berkeyakinan terhadap syariat yang disyariatkan oleh khalifah Abu Bakar, Umar dan Usman. Dan tidak meyakini pandangan-pandangan nas…

Dan dia sangat menolak keras tuduhan Syiah pada dirinya, akan tetapi semuanya itu tidak memberi manfaat kepada mereka (kelompok Umawy). Selama Ibn Abil Hadid berpaling dari Muawiyah bin Abi Sofyan, dan selama dia tidak membenci Ali. Maka dia akan tetap dituduh Syiah.

Pada umumnya para ulama itu mencintai Ahlul Bait dikarenakan ayat Qs. 42 :23 yang penuh barkah yang bebunyi: “katakanlah wahai Muhammad aku tidak meminta upah kepada kalian atas seruanku kecuali kecintaan kalian kepada Al Qurba”. Dan disisi lain mereka pun mengagungkan musuh-musuh Ahlul Bait.
Qs. 58 :22 :

“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Meraka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan[1462] yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.

Sekarang perhatikanlah apa komentar Ibn Taimiyah dalam kitabnya pada Jilid 6 halaman 201:

“Adapun yang termasuk syiah Usman (para pejabat Usman) adalah orang yang mencaci maki Ali, dan menampakkan semua itu diatas mimbar-mimbar dan di tempat-tempat lainnya.“


Di dalam kitab Siyar A’lam An Nubala, jilid 10 nomer 113, terbitan Darul hadis tahun 1427 H / 2006 M. (karangan Syamsuddin Adzahabi, lahir 1275-1347 M / 673-748 H): 

Terjemah al madaini : ”Dia keheranan, dalam memahami sejarah-sejarah, peperangan kecil, hari-hari arab membenarkan apa-apa yang ia nukil yang sanadnya bersambung keatas. Dia lahir tahun 230.

Dalam kitab yang sama jilid 10 halaman 402 :

Almadaini bercerita bahwa dia pernah menemui Al-Makmun “ lalu ia menceritakan hadis-hadis tentang Ali, kemudian melaknat Bani Umayyah.


Aku (Al-Madaini) berkata: Al-Mutsanna bin Abdillah Al-Ansori telah menceritakan padaku, ia berkata : pada saat aku berada di Syam, aku tidak mendengar nama Ali, nama Hasan. aku hanya mendengar nama Muawiyah, Yazid, Al-Walid. kemudian aku melewati seorang lelaki yang berada di pintu. seraya berkata :” berilah dia minum ya Hasan”.
lalu aku bertanya : apakah engkau namai Hasan ?, dengan cepat dia menjawab: ” Anak-anakku Hasan, Husain, dan Ja’far. Karena semua penduduk Syam menamai anak-anak mereka dengan nama-nama khalifah Allah, kemudian lelaki tersebut melaknat anaknya dan mencacinya,( kenapa?) Sesungguhnya budaya tersebut telah mengakar di Syam. Bahwa sesungguhnya menamakan anak-anaknya dengan nama-nama Hasan, Husain agar supaya dia tidak lupa mencaci dan melaknat Ahlul Bait. Karena apabila menamakan anaknya Yazid, dia akan lupa melaknat Al Hasan dan Al Husain. Inilah  didikan Bani Umayyah.
Aku berkata (Al Mutsanna kepada lelaki dari penduduk Syam itu) : ”aku kira engkau penduduk Syam yang baik, kalau begitu Neraka Jahannam tidak lebih buruk daripada kamu. Lalu Al-Makmun berkata (kepada Almadaini) :” Sungguh Allah swt telah menjadikan orang yang melaknat pada masa hidup dan meninggal mereka (Ahlul Bait). Dianggap Nasibi.


D

Muawiyah berangkat haji kemudian dia masuk kota madinah. Dan dia ingin melaknat Ali diatas mimbar Rasulullah, disampaikan kepadanya (muawiyah) :” bahwa disini ada Sa’ad bin Abi Waqqos, dan kami tidak melihat dia ridha dengan hal ini (melaknat Ali), maka utuslah kepada Sa’ad dan tariklah jubahnya. Maka (Muawiyah) mengutusnya dan menyebutkan kepadanya sebutan itu (keinginan Muawiyah melaknat Ali), maka dia berkata (Sa’ad) : jika engkau lakukan, aku akan keluar dari masjid dan tidak akan kembali lagi. Maka Muawiyahpun menunda melaknat Ali hingga Sa’ad meninggal dunia. Dan ketika (Sa’ad) telah meninggal dunia dia melaknatnya (Muawiyah melaknat diatas mimbar) serta menetapkan kepada para gubernurnya untuk melaknat Ali diatas mimbar-mimbar. Dan merekapun melakukannya.
Kemudian Ummu Salamah Istri Nabi menulis surat kepada Muawiyah: ”Sungguh kalian sedang melaknat Allah dan Rasulnya diatas mimbar-mimbar kalian yang secara tidak langsung kalian sedang melaknat Ali bin Abi Thalib sekaligus orang yang sangat mencintainya, dan aku bersaksi sesungguhnya Allah dan Rasulnya lebih mencintai dia”.

Di sini Ummu Salamah tidak mengatakan:
“Kalian melaknat Ali” tapi Ummu Salamah mengatakan “Kalian melaknat Allah dan Rasul-Nya” (yang mana Imam Ali as adalah diri Nabi saww , melaknat Imam Ali berarti Melaknat Rasulullah saww).

(islamquest/syiahali/ABNS)

VIDEO SUNNI BERDUSTA TENTANG SAHABAT NABI, APA TANGGAPAN SYIAH? INILAH JAWABANNYA

Video: Sunni Berdusta Tentang Sahabat Nabi, Apa tanggapan Syi’ah ?? Inilah Jawabannya

Sunni lie about Sahaba (Companions) Exposed by Shia Rafidah

Rasul Ḥasan Al-Rāfiḍī

803

2.909

Diterbitkan tanggal 16 Jun 2012

Shia Sunni Shiites Shiism Islam Salaf Salafiyyah Ahli Sunnah Ahli's Sunnah Wa'l Jamaah Quran Muhammad revert reverts convert converting reverting 2012 Muharram Karbala Ashura Ahlulbayt 12 imams Ali Hassan Hussein Abu Bakr Umar Uthman Aisha majoosi Rafidi Rafidah Iran Iraq Azeri Sunnism Sufi Sufis Khamenei Khomeini Shirazi Sistani Yasir al-Habib Adnan al-Aroor Ibn Baz Albani Wahhabi Wahabism Nohe Latmiya Helali Ayatullah becomes Imam Mahdi Kamal al-Haydari Salafis Ibn Teymiyah Abdul Wahhab Quds Dimashqiah Grave Worship Shirk Bidah

*****

Warisan sejarah Islam, jika kita ingin bersikap obyektif, tidak sepenuhnya bercerita mengenai keteladanan para sahabat Nabi, tetapi juga bercerita mengenai pengkhianatan sahabat Nabi, saling caci bahkan saling bunuh diantara sahabat Nabi.
Diriwayatkan dari Abu Jum’ah RA yang berkata “Suatu saat kami pernah makan siang bersama Rasulullah SAW dan ketika itu ada Abu Ubaidah bin Jarrah RA yang berkata “Wahai Rasulullah SAW adakah orang yang lebih baik dari kami? Kami memeluk Islam dan berjihad bersama Engkau. Beliau SAW menjawab “Ya, ada yaitu kaum yang akan datang setelah kalian, yang beriman kepadaKu padahal mereka tidak melihat Aku”.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad Ahmad juz 4 hal 106 hadis.

Menurut Bukhari, Mayoritas Sahabat Nabi Murtad Pasca Wafat Nabi


Imam Al-Bukhari di dalam Shahihnya, Kitab al-Riqaq, bab al-Haudh halaman 379-386 menyatakan bahwa mayoritas para sahabat Rasulullah saw telah murtad sepeninggal wafatnya Rasulullah. Hanya segelintir dari mereka yang selamat.

Rasulullah bersabda, “Aku mendahului kalian di Haudh dan sebagian dari kalian akan dibawah kehadapanku, kemudian mereka dipisahkan jauh dariku. Aku (akan) bersabda: Wahai Tuhanku! Mereka itu adalah sahabatku (ashabi). lalu dijawab: sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka setelah engkau meninggalkan mereka (inna-ka la tadri ma ahdathuu ba’da-ka).

Pada riwayat yang lain Rasulullah juga bersabda: “Wahai Tuhanku! Mereka itu adalah para sahabatku, lalu dia berfirman: Sesungguhnya Engkau tidak mengetahuai apa yang telah mereka lakukan sepeninggalmu. Sesungguhnya mereka telah menjadi murtad ke belakang (inna-hum irtadduu ‘ala a’qabi-him al-Qahqariy)”.

Riwayat-riwayat diatas, dikutip dari The Translation of the Meanings of sahih Al-Bukhari Arabic-English Vol. VIII oleh Dr. Muhammad Muhsin Khan, Islami University, Medina Al-Munawwara.

Apa tanggapan Syi’ah ??

Inilh Jawabannya:

Sahabat Murtad dan Kafir secara mayoritas pasca Nabi wafat BUKAN BERMAKNA KELUAR DARi KEiMANAN, AKAN TETAPi MEREKA MENENTANG PERiNTAH PERiNTAH YANG TELAH DiTETAPKAN NABi SAW


Baca link WAHABI dulu darigensyiah.com  (http://www.gensyiah.com/waspada-buku-putih-mazdhab-syiah-yang-tidak-putih-bag-1.html?utm_source=rss&utm_medium):

WASPADA “BUKU PUTIH MAZDHAB SYIAH� YANG TIDAK PUTIH (bag. 1)

admin | 30 September 2012 | Berita | 4 Comments | Viewed times


KOMENTAR


Ingat syiah ingat darah! Ingat Abdullah bin Saba` al-Yahudi! Ingat Majusi Persia yang dendam kepada Islam! ingat kejahatan mereka di Iran, di Irak, di Suria! Ingat agama imamiyyah, mut’ah dan taqiyyah yang penuh kebohongan!

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirabbil ‘alamin washshalatu wassalamu ala asyrafil anbiya` walmursalin wa aalihi wa shahbihi ajmaiin.

Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, ini gambaran bagi saudara kita ahlussunnah yang tidak faham sunnah syiah kemudian mendapatkan buku putih madzhab syiah di atas. Bukan malah mendapatkan hidayah melainkan mendapatkan kebodohan dan kesesatan karena isinya penuh dengan “pengelabuan, penipuan dan penyesatan�. Oleh karena itu, sebagai nasehat bagi saudara-saudara ahlussunnah, maka saya tulis tanggapan dan bantahan terhadap buku putih “yang tidak putih� ini secara berseri agar mudah dicerna, meskipun tidak berurutan:
1. Lihatlah keimanan dan akidah syiah sebelum madzhabnya, karena aliran sesat itu yang pertama kali dilihat dan dinilai adalah manhaj dan akidahnya (pokok keimanan dan ajarannya) bukan madzhabnya.
Allah berfirman:

�َإ�نْ آمَن�وا ب�م�ثْل� مَا آمَنْت�مْ ب�ه� �َقَد� اهْتَدَوْا وَإ�نْ تَوَلَّوْا �َإ�نَّمَا ه�مْ ��ي ش�قَاق� �َسَيَكْ��يكَه�م� اللَّه� وَه�وَ السَّم�يع� الْعَل�يم� (137

“Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, Sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. dan Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.� (QS. Al-Baqarah: 137).

Oleh karena karena itu Majelis Ulama Indonesia Pusat tahun 2007 menetapkan 10 kriteria aliran sesat (yang hamper semua criteria itu ada pada syiah) berdasarkan pokok ajarannya:
1. Mengingkari rukun iman (Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab Suci, Rasul, Hari Akhir, Qadla dan Qadar) dan rukun Islam (Mengucapkan 2 kalimat syahadah, sholat 5 waktu, puasa, zakat, dan Haji)
2. Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`i (Alquran dan as-sunah),
3. Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran
4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran
5. Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir
6. Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam
7. Melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul
8. Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir
9. Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah
10. Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar’i

Sebelumnya tahun 1984 MUI juga sudah menetapkan penyimpangan syiah jika dibanding dengan Sunnah:


Ketahuilah wahai para pembaca yang budiman bahwa buku putih ini menipu anda, memalingkan anda dari wajah hitamnya syiah yang sebenarnya kepada permainan kata-kata yang manis yang didoktrinkan kepada anda bahwa ini adalah buku putih. Kalau mereka jujur kepada Anda pasti anda diajak untuk menengok keimanan mereka dan akidah mereka bukan madzhab mereka. Padahal madzhab merekapun juga tidak putih.

2. Buku putih ini ditulis berdasarkan ulama syiah yang muktabar, lalu siapakah ulama syiah yang muktabar? Dan siapa yang tidak muktabar?
Begitu pula di halamn 1 mereka membagi semua komunitas islam (termasuk Syiah tentunya) ada yang sufaha` (orang-orang bodoh) dan ada yang uqala’ (orang-orang pandai). Ini nanti akan kita buktikan dengan scan buku mereka. Apakah mereka jujur atau tidak.

3. Di halaman 1 ada penyesatan yang berbahaya


Perhatikan alinea 2 di situ ditulis “……sebagaimana disepakati oleh semua kelompok islam, adalah al-Qur`an dan as-Sunnah yang mu’tabarah…�

Di situ penulis buku syiah ini mengesankan bahwa syiah juga menerima sunnah Nabi -Shalallahu alaihi wasalam- dan sunnah khulafa` Rasyidin sebagai sebagai sumber utama ajaran islam, padahal tidak demikian. Mereka menggunakan istilah sunnah yang muktabarah sebab sunnah versi mereka berbeda dengan sunnah yang ada dalam islam. Bagi ahlussunnah yang disebut sunnah itu adalah sabda, perbuatan dan ketetapan Nabi -Shallahu alaihi wa salam-, ditambah dengan sunnah khulafa` rasyidin dan ijma’ sahabat yang disebut di dalam al-Qur`an dengan istilah “sabilulmukminin�

Tapi menurut syiah sunnah adalah ucapan orang ma’shum yang 14 jumlahnya, sedangkan sunnah menurut ahlussunnah di atas ditolak sebab para sahabat yang membawa al-Qur`an dan ajaran Islam semuanya dikafirkan kecuali beberapa saja.

Perhatikan judul buku berikut :


Jadi as-Sunnah yang Muktabaroh bagi syiah itu berbeda dengan sunnah yang dimaksud oleh ahlussunnah. Hadits kalau menurut ahlussunnah adalah Sabda Nabi saja dan diriwayatkan oleh seluruh sahabat Nabi -Shalallahu alaihi wasalam- apakah ahlulbait atau non ahlulbait.

Sementara kalau menurut syiah yaitu sabda 14 manusia suci dan tidak diriwayatkan oleh sahabat nabi karena mereka kafir. 14 manusia suci yang mereka maksud adalah:
1. Hadits/Sunnah Rasulullah -Shalallahu alaihi wa salam-
2. Hadits/Sunnah Imam Ali bin Abi Thalib AS
3. Hadits/Sunnah Fathimah Az-Zahra AS
4. Hadits/Sunnah Imam Hasan bin Ali AS
5. Hadits/Sunnah Imam Husein bin Ali AS
6. Hadits/Sunnah Imam Ali bin Husein As-Sajjad AS
7. Hadits/Sunnah Imam Muhammad bin Ali Al-Baqir AS
8. Hadits/Sunnah Imam Ja’far bin Muhammad Ash-Shadiq AS
9. Hadits/Sunnah Imam Musa bin Ja’far Al-Kadzim AS
10. Hadits/Sunnah Imam Ali bin Musa Ar-Ridha AS
11. Hadits/Sunnah Imam Muhammad bin Ali Al-Jawad AS
12. Hadits/Sunnah Imam Ali bin Muhammad Al-Hadi AS
13. Hadits/Sunnah Imam Hasan bin Ali Al-Askari AS
14. Hadits/Sunnah Imam Muhammad bin Hasan Al-Mahdi AS

Dan mari kita lihat sumber ajaran Syi’ah dalam kitab mereka yang mengkafirkan para shahabat yang meriwayatkan hadits-hadits Nabi i kepada kita :

عَنْ أَب�ي جَعْ�َر� ( عليه السلام ) قَالَ كَانَ النَّاس� أَهْلَ ر�دَّة� بَعْدَ النَّب�ي�ّ ( صلى الله عليه وآله ) إ�لَّا ثَلَاثَةً �َق�لْت� وَ مَن� الثَّلَاثَة� �َقَالَ الْم�قْدَاد� بْن� الْأَسْوَد� وَ أَب�و ذَر�ّ الْغ��َار�ي�ّ وَ سَلْمَان� الْ�َار�س�ي�ّ رَحْمَة� اللَّه� وَ بَرَكَات�ه� عَلَيْه�مْ

Dari Abu Ja’far ‘alaihis-salaam, ia berkata : “Orang-orang (yaitu para shahabat) menjadi murtad sepeninggal Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi kecuali tiga orangâ€�. Aku (perawi) berkata : “Siapakah tiga orang tersebut ?â€�. Abu Ja’far menjawab : “Al-Miqdaad, Abu Dzarr Al-Ghiffaariy, dan Salmaan Al-Faarisiy rahimahullah wa barakaatuhu ‘alaihim…â€� [Al-Kaafiy, 8/245; Al-Majlisiy berkata : “hasan atau muwatstsaqâ€�].

Al-Ayyasyi meriwayatkan hal yang sama (perhatikan yang diblok):


عَنْ أَبÙ�ÙŠ عبد الله عليه السلام قال: …….والله هلكوا إلا ثلاثة Ù†Ù�ر: سلمان الÙ�ارسي، وأبو ذر، والمقداد ولحقهم عمار، وأبو ساسان الانصاري، وحذيÙ�Ø©ØŒ وأبو عمرة Ù�صاروا سبعة

Dari Abu ‘Abdillah ‘alaihis-salaam, ia berkata : “…….Demi Allah, mereka (para shahabat) telah binasa kecuali tiga orang : Salmaan Al-Faarisiy, Abu Dzarr, dan Al-Miqdaad. Dan kemudian menyusul mereka ‘Ammaar, Abu Saasaan, Hudzaifah, dan Abu ‘Amarah sehingga jumlah mereka menjadi tujuh orangâ€� [Al-Ikhtishaash oleh Al-Mufiid, hal. 5; lihat : http://www.al-shia.org/html/ara/books/lib-hadis/ekhtesas/a1.html].

Al-Kulaini meriwayatkan dalam ushul al-Kafi:

عَنْ أَبÙ�ÙŠ بَصÙ�يرÙ� عَنْ أَحَدÙ�Ù‡Ù�مَا عليهما السلامقَالَ Ø¥Ù�Ù†ÙŽÙ‘ أَهْلَ مَكَّةَ لَيَكْÙ�Ù�رÙ�ونَ بÙ�اللَّهÙ� جَهْرَةً ÙˆÙŽ Ø¥Ù�Ù†ÙŽÙ‘ أَهْلَ الْمَدÙ�ينَةÙ� أَخْبَثÙ� Ù…Ù�نْ أَهْلÙ� مَكَّةَ أَخْبَثÙ� Ù…Ù�نْهÙ�مْ سَبْعÙ�ينَ ضÙ�عْÙ�اً .

Dari Abu Bashiir, dari salah seorang dari dua imam ‘alaihimas-salaam, ia berkata : “Sesungguhnya penduduk Makkah kafir kepada Allah secara terang-terangan. Dan penduduk Madinah lebih busuk/jelek daripada penduduk Makkah 70 kali lipatnyaâ€� [Al-Kaafiy, 2/410; Al-Majlisiy berkata : Muwatstsaq].

Perhatikan scan kitabnya:


Pertanyaannya:
apakah hadits-hadits ahlussunnah yang diriwayatkan dari para sahabat Nabi -Shalallahu alaihi wasalam- termasuk as-sunnah al-Muktabarah menurut orang syiah? Menurut penulis buku putih madzhab syiah?

apakah al-Kulaini, al-Majlisi, al-Ayyasyi termasuk ulama Syiah yang muktabar ataukan Sufaha` (orang-orang yang bodoh)?!!

Silakan orang-orang syiah menjawab dengan jujur.

Masalah ini akan kami buktikan sampai anda semua faham dan puas, selamat dari tipu daya syiah yang licik.
Maka kita katakan kepada para penulis buku putih: jika wajah syiah hitam maka jangan pernah mengatakan putih!

Wahai para pembaca apakah anda merasa aman dengan buku putih ini, ataukah anda merasa bahwa anda dibohongi?

Ikuti terus ungkapan tentang kebohongan mereka:
Bersambung…!

*****

http://www.gensyiah.com/waspada-buku-putih-mazdhab-syiah-yang-tidak-putih-bag-1.html?utm_source=rss&utm_medium menuduh  Syi’ah dalam kitab mereka mengkafirkan para shahabat yang meriwayatkan hadits-hadits Nabi   kepada kita :

عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ ( عليه السلام ) قَالَ كَانَ النَّاسُ أَهْلَ رِدَّةٍ بَعْدَ النَّبِيِّ ( صلى الله عليه وآله ) إِلَّا ثَلَاثَةً فَقُلْتُ وَ مَنِ الثَّلَاثَةُ فَقَالَ الْمِقْدَادُ بْنُ الْأَسْوَدِ وَ أَبُو ذَرٍّ الْغِفَارِيُّ وَ سَلْمَانُ الْفَارِسِيُّ رَحْمَةُ اللَّهِ وَ بَرَكَاتُهُ عَلَيْهِمْ

Dari Abu Ja’far ‘alaihis-salaam, ia berkata : “Orang-orang (yaitu para shahabat) menjadi murtad sepeninggal Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi kecuali tiga orang”. Aku (perawi) berkata : “Siapakah tiga orang tersebut ?”. Abu Ja’far menjawab : “Al-Miqdaad, Abu Dzarr Al-Ghiffaariy, dan Salmaan Al-Faarisiy rahimahullah wa barakaatuhu ‘alaihim…” [Al-Kaafiy, 8/245; Al-Majlisiy berkata : “hasan atau muwatstsaq”].

Al-Ayyasyi meriwayatkan hal yang sama (perhatikan yang diblok):

jawaban syi’ah :
Para imam maksum syi’ah tidak berada pada tataran menyebutkan jumlah bilangan tertentu, melainkan ingin menjelaskan bahwa orang-orang yang tetap loyal dan setia pada nilai-nilai Islam pasca Rasulullah adalah sedikit jumlahnya. 

Ahmad bin Muhammad bin Yahya  daripada bapaknya daripada Muhammad bin al-Husain daripada al-Hasan bin Mahbub daripada al-Harith beliau berkata: Aku telah mendengar Abd al-Malik bin A‘yan bertanya kepada Abu Abdullah a.s.  Abd al-Malik bertanya kepada Abu Abdullah a.s. sehingga dia berkata: Jika begitu, maka binasalah semua manusia? (halaka al-Nasu idhan?) Maka Abu Abdullah a.s berkata: Ya! Demi Allah, wahai Ibn A‘yan! semua manusia binasa (halaka al-Nasu ajma‘un). Abd al-Malik berkata: Semua penduduk Timur dan Barat? Beliau a.s menjawab: Ia telah terbuka kepada kesesatan. Demi Allah, mereka telah binasa (halaku) melainkan tiga orang iaitu (illa thalathata nafarin): Salman al-Farisi, Abu Dhar dan al-Miqdad. Setelah itu diikuti oleh ‘Ammar, Abu Sasan al-Ansari, Hudhaifah dan Abu ‘Amrah. Maka bilangan mereka bertambah menjadi tujuh orang”[Al-Kulaini, al-Raudhah, no.356, al-Kasyi,  al-Rijal, hal. 5,].

Dalam kitab Rijaalul-Kisysyi diriwayatkan dari Abu Ja’far bahwa ia berkata :… Kemudian orang-orang bertaubat setelah itu, orang pertama yang bertaubat adalah Abu Sasan Al-Anshari, Abu ‘Amrah, dan Syatirah. Total jumlahnya tujuh orang, tidak ada yang mengetahui hak Amirul-Mukminin kecuali tujuh orang tadi” (Rijaalul-Kisysyi 11-12).

Literatur Syiah Imamiyah yang dinukil dari para imam Ahlulbait As riwayat-riwayat semacam ini juga dapat dijumpai. Di antaranya dalam kitab Bihar al-Anwar yang dinukil dari Abu Bashir. Abu Bashir berkata, “Aku berkata kepada Imam Shadiq As: Apakah orang-orang setelah Rasulullah Saw, selain tiga orang, Abu Dzar, Salman dan Miqdad, telah murtad? Imam Shadiq As bersabda, “Lantas Abu Sasan dan Abu Umrah Anshari dimana?”[Bihâr al-Anwâr, jil. 23, hal. 352].

Sebagaimana yang Anda lihat, Imam Shadiq menolak perkiraan Abu Bashir yang mengira hanya tiga orang dan selebihnya orang-orang yang lain telah murtad semuanya. Imam Shadiq As menyebut nama orang lain yang tetap berada pada jalan petunjuk dan kebenaran.

Muhammad bin al-Hasan, daripada Muhammad bin al-Hasan al-Saffar daripada Muhammad bin al-Husain daripada Musa bin Sa‘dan daripada Abdullah bin al-Qasim al-Hadhrami daripada ‘Umru bin Thabit berkata: Aku telah mendengar Abu Abdullah a.s berkata: Sesungguhnya selepas Nabi s.a.w wafat, maka orang ramai telah menjadi murtad melainkan tiga orang: Salman, al-Miqdad dan Abu Dhar. (Inna al-Nabi s.a.w lamma qubidha irtadda al-Nasu ‘ala a‘qabi-him kuffaran illa thalathan).Sesungguhnya apabila Rasulullah s.a.w wafat, maka empat puluh orang lelaki datang kepada Ali  bin Abu Talib a.s, Mereka berkata: Tidak, demi Allah! Kami tidak akan memberi ketaatan kepada sesiapapun melainkan anda. (la wallahi, la na‘ti ahadan ta‘atan ba‘da-ka abadan). Beliau a.s berkata: Kenapa? Mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengar  Rasulullah s.a.w mengenai hak anda di hari Ghadir Khum. Beliau a.s berkata: Kamu semua akan melakukannya?. Mereka berkata: Ya. Beliau a.s berkata: Datang kepada aku esok dalam keadaan bercukur kepala (fa’tuuni ghadan muhalliqin). ‘Umru berkata: Tidak datang kepada Ali a.s. melainkan mereka bertiga. ‘Umru berkata: ‘Ammar bin Yasir datang kepada Ali a.s. selepas waktu Zuhur. Beliau a.s. memukul tangan  ke atas dadanya dan berkata kepada Ammar: Kenapa anda tidak bangkit daripada tidur kelalaian? Kembalilah kamu, kerana aku tidak memerlukan kamu yang tidak mentaati aku di dalam pencukuran  kepala. Bagaimana kamu mentaati aku untuk memerangi bukit besi!. Justeru kembalilah kamu, aku tidak memerlukan kamu (Irji‘u fa-la hajata li fi-kum antum lam tuti‘uni fi-halqi al-Ra’si fa-kaifa tuti‘uni fi qitali jibali  l-hadid)[Al-Majlisi,  Bihar al-Anwar, viii, 47, 51(Dikutip dari al-Ikhtisas, Syaikh Mufid)].

Khusus terkait dengan tuduhan bahwa Syi’ah mengafirkan seluruh sahabat Nabi saw. kecuali tiga atau lima orang saja, padahal hadis tersebut hanya terkait dengan SAHABAT Nabi yang berada di dalam Rumah Fatimah ketika Abubakar – Umar menyerbu rumah Fatimah !!


Kronologis Asbabul Wurud hadis diatas dan maksud yang terkandung di dalamnya :
 

1. Jenazah suci Rasulullah SAW belum dikebumikan, kaum Anshar suku Aus dan Khazraj berkumpul di Saqifah bani Sa’idah, info ini bocor kepada trio Abubakar – Umar dan Abu Ubaidah sehingga mereka bergerak cepat ke lokasi PERTEMUAN. Abubakar terpilih jadi Khalifah di Saqifah.

2. Setelah Imam Ali AS mengurus pemakaman Rasulullah, mengafani dan mengebumikannya maka malam harinya 40 orang berkumpul di rumah Imam Ali AS antara lain : Abbas bin Abdul Muthalib, Fadhl bin Abbas, Zubair bin Awwam, Khalid bin Sa’id, Miqdad Al Aswad, Salman Al Farisi, Abu Dzar Al Ghifari, ‘Ammar bin Yasir, Bara’ bin Anzib, Ubay bin Ka’ab dan lain lain BERTEKAD membai’at Imam Ali AS menjadi khalifah.

3. Umar bin Khattab mencium gerakan ini sehingga menyerbu rumah Fatimah untuk membakarnya jika kubu Imam Ali   tidak mau membai’at Abubakar. Abubakar  dan Umar  menyerbu rumah  Fatimah  dengan kekerasan  dengan tujuan  agar loyalis pendukung  Imam Ali  segera  membai’at  Abubakar secara paksa.. Sesuai dengan nukilan lugas dari Ahmad bin Hanbal dalam Musnad 1/55 dan Thabari 2/466 sebagian  kecil  sahabat  ini berkumpul di rumah Fatimah Zahra As dan menolak memberikan baiat kepada Abu Bakar.

4. Imam Ali AS diseret seret ke Masjid secara paksa, tetapi dihadang oleh Fatimah sehingga Abubakar meminta Umar menghentikan aksinya 5.  Umar bin Khattab memukul  perut Fatimah Az Zahra hingga keguguran dan sakit sakitan. Enam          bulan kemudian puteri Nabi SAW ini wafat karena sakit akibat luka di penyerbuan tersebut
6. Setelah aksi penyerbuan bar bar ini selesai maka malam itu juga Imam Ali AS meminta kepada 40 orang yang berniat membai’at nya agar besok pagi datang lagi dengan BERCUKUR    RAMBUT
Setelah  aksi  penyerbuan bar bar selesai, maka MALAM  iTU  JUGA Disebutkan dalam kitab sejarah bahwa Baginda Ali As dalam menjawab mereka yang berkumpul di rumahnya dan permintaan mereka untuk memberikan baiat kepadanya, “Besok pagi datanglah (kemari) dan cukurlah rambut kalian!”
7. Akan tetapi keesokan harinya hanya 3 orang yang datang BERCUKUR RAMBUT, yaitu:
Salman Al Farisi (muhajirin).
Abu Dzar Al Ghifari (muhajirin).
Al Miqdad bin Aswad (muhajirin).

Adapun ‘Ammar bin Yasir telat datang sehingga ditegur keras oleh Imam Ali,
Akan tetapi setelah itu dukungan kepada Imam Ali AS di ikuti susul menyusul oleh :
‘Ammar bin Yasir (muhajirin, diramalkan oleh Nabi SAW akan dibunuh oleh kelompok pemberontak)Abu Sasan Al AnsariAbu ‘AmrahSyatirahHudzaifah
Inilah  maksud  hadis hadis diatas !!!
Munculnya penyimpangan, seperti bid’ah dan kemurtadan, di kalangan sebagian sahabat setelah wafatnya Rasulullah, pertama; dalam perspektif sumber-sumber pertama umat Islam, merupakan perkara yang disepakati secara umum (musallam) dan tidak diragukan lagi serta tidak terkhusus pada sumber-sumber mazhab Syiah saja.

Riwayat-riwayat mutawatir yang datang dari Rasulullah Saw di dalam Shihah Sittah Ahlusunnah, dan sumber-sumber lain pada mazhab Ahlusunnah, dengan bilangan sanad sahih yang banyak, merupakan penjelas bahwa sebagian besar sahabat, pasca wafatnya Rasulullah Saw, telah meninggalkan jalan dan sunnah Rasulullah Saw.

kemurtadan yang mengemuka pada riwayat-riwayat seperti ini, tidak bermakna kemurtadan secara teknis teologis yang menyebabkankafir tulen atau murtad tulen melainkan bermakna  berpaling dari jalan dan sunnah Rasulullah Saw.

Pada sebagian literatur Syiah Imamiyah yang dinukil dari para imam Ahlulbait As riwayat-riwayat semacam ini juga dapat dijumpai. Di antaranya dalam kitab Bihar al-Anwar yang dinukil dari Abu Bashir. Abu Bashir berkata, “Aku berkata kepada Imam Shadiq As: Apakah orang-orang setelah Rasulullah Saw, selain tiga orang, Abu Dzar, Salman dan Miqdad, telah murtad? Imam Shadiq As bersabda, “Lantas Abu Sasan dan Abu Umrah Anshari dimana?”[Bihâr al-Anwâr, jil. 23, hal. 352)

Sebagaimana yang Anda lihat, Imam Shadiq menolak perkiraan Abu Bashir yang mengira hanya tiga orang dan selebihnya orang-orang yang lain telah murtad semuanya. Imam Shadiq As menyebut nama orang lain yang tetap berada pada jalan petunjuk dan kebenaran.

Terkait dengan hadis di atas harus diperhatikan bahwa:
Pertama: Hadis tersebut tidak disebutkan pada sumber-sumber riwayat standar Syiah.
Kedua: Redaksi kalimat “nas” (orang-orang) pada hadis yang disebutkan di atas bermakna sahabat bukan seluruh kaum Muslimin yang hidup pada abad yang berbeda pasca Rasulullah Saw. Dalil atas klaim ini adalah bahwa orang-orang yang disebutkan pada hadis di atas dan berada pada jalan petunjuk, seluruhnya adalah para sahabat Rasulullah Saw. Dengan demikian, orang-orang yang tidak berada pada jalan petunjuk juga adalah para sahabat Rasulullah Saw.
Ketiga: Secara lahir, riwayat di atas dan riwayat-riwayat lainya yang menyebutkan jumlah orang-orang yang mendapatkan petunjuk, lebih banyak. Karena itu, dengan jelas dapat disimpulkan bahwa para imam maksum As pada riwayat ini, tidak berada pada tataran menyebutkan jumlah bilangan tertentu, melainkan ingin menjelaskan bahwa orang-orang yang tetap loyal dan setia pada nilai-nilai Islam pasca Rasulullah adalah sedikit jumlahnya. Dan mayoritas telah berpaling dari nilai-nilai Islam dan kembali kepada nilai-nilai jahiliyah. Dan sebagaimana yang telah disinggung bahwa makna kemurtadan (irtidâd) pada hadis di atas adalah kembalinya kepada nilai-nilai jahiliyah bukan kemurtadan dalam artian teknis teologis.

Bid’ah bermakna pikiran dan keyakinan yang baru yang tidak memiliki akar pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw.Bid’ah, termasuk perbuatan dosa sesuai dengan penegasan hadis-hadis sahih Rasulullah Saw, dapat menghapus seluruh perbuatan baik pembuat bid’ah dan mengeluarkannya dari nilai-nilai Islam
bid’ah, seseorang tidak meninggalkan agama melainkan ia merasa telah menjaga agama. Namun karena hawa nafsu, segala sesuatu yang bukan bagian dari agama ia jadikan sebagai bagian dari agama. Dan kemurtadan yang juga disinggung dalam hadis-hadis telaga adalah kemurtadan yang bersumber daribid’ah.


Jadi hadis tentang murtadnya para sahabat kecuali 3, 4 atau 7 hanyalah hadis yang bersifat situasional saja, bukan bersifat menyeluruh (fi’il madhi) . 

Penyebutan nama sahabat yang tidak murtad berjumlah 3, 4 atau 7 tidaklah dimaksudkan bahwa yang selain nama nama tersebut bukanlah Syi’ah Ali. Buktinya Nabi SAW memuji Hujr bin Adi, Zaid bin Arqam  dan Jabir bin Abdullah Al Ansari . Jadi membaca hadis syi’ah jangan sepotong sepotong.
 Syi’ah bukan golongan pen takfir seperti Khawarij. Syi’ah Ali memang hanya segelintir orang namun nama namanya  TiDAK TERBATAS UNTUK Di SEBUTKAN, bukan 3 – 4 atau 7. Jika ada orang yang beranggapan bahwa syi’ah Ali hanya berjumlah 7 orang maka orang tersebut SESAT MENYESATKAN karena menentang hadis hadis Nabi SAW.

misal : Ayah anda wafat, lalu  adik kandung anda yang CEWEK  sedang  hamil , lalu datang  orang orang kampung  menyerbu rumah anda karena iri hati dengki  sehingga  adik  anda sakit lalu  keguguran.  Didalam  rumah  itu  ada  kawan  kawan  akrab  anda.. Lalu malam itu anda berkata  kepada kawan kawan  akrab  anda bahwa : “BESOK  BERKUMPULLAH disini, kita buat  PEMBALASAN”.. Nah, keesokan harinya yang datang  kerumah  anda  cuma  7  orang.. Salahkah jika anda berkata : “Yang patuh (tidak kafir) pada perintahku  cuma  7 orang saja ya, yang lain berbalik (murtad) dari perintahku” …

PERTANYAAN : Apakah kawan kawan  anda yang tidak berada  dalam rumah  tersebut juga bisa divonis  kafir dan  murtad  juga jika mendukung Imam Ali setelah peristiwa cukur rambut tersebut ???  YA  NGGAK LAH  akhi/ukhti  !!!

Hadis-hadis haudh  tidak dapat diterapkan atas ahli riddah, yaitu orang-orang yang baru memeluk Islam pada akhir-akhir usia Rasulullah Saw, atau tidak lama setelah Rasulullah Saw wafat yang tinggal di daerah-daerah jauh dalam negeri Islam. Ahli riddah ini adalah orang-orang yang telah keluar dari Islam. Dan sesuai dengan definisi yang paling sahih tentang sahabat, ahli riddah tidak termasuk dalam golongan sahabat.
Ibnu Hajar ‘Asqalani menulis, “Definisi yang paling benar yang aku temukan ihwal sahabat, bahwa sahabat adalah orang yang bertemu dengan Rasulullah Saw dan beriman kepadanya dan meninggal dunia dalam keadaan beriman kepada Islam.

sebagian sahabat besar Rasulullah Saw mengakui bahwa setelah wafatnya beliau mereka menciptakan bid’ah.[Al-Ma’ârif, Ibnu Qutaibah, hal. 134; Shahîh Bukhâri, Kitab Maghazi, bab 33].

Pengakuan-pengakuan ini dengan jelas menunjukkan bahwa bid’ah dan kemurtadan (irtidâd) yang disebutkan pada hadis-hadis telaga (haudh), bukan kemurtadan sejumlah orang yang baru memeluk Islam seperti ahli riddah.

Di dalam hadis-hadis telaga (haudh) terdapat redaksi “merubah” (tagyiir) dan mengganti” (tabdil) . “Suhqân suhqân liman gayyara ba’di.”, “Suhqan suhqân liman baddala ba’di.”.

Redaksi hadis di atas dengan tegas menunjukkan bahwa kelompok-kelompok dari kalangan sahabat setelah wafatnya Rasulullah Saw mengganti dan merubah hakikat-hakikat penting Islam. Tindakan mereka ini telah mengundang kemurkaan Allah Swt dan Rasul-Nya. Sedemikian sehingga Rasulullah Saw mencela dan mengusir mereka dengan menggunakan kalimat “suhqân.”.


Pihak  syi’ah  tidak  pernah  membuat  i’tiqad  bahwa  hanya  3,4 atau 7  sahabat  yang  TiDAK  MURTAD.. Pihak  syi’ah  tidak  pernah  mengajarkan  i’tiqad  bahwa  hanya  3,4 atau 7  sahabat  yang  TiDAK  KAFiR..

Selama  40  hari  setelah  Nabi  SAW  wafat, Imam Ali AS dan Fatimah Az Zahra menghubungi pemuka pemuka di malam hari untuk mengingatkan mereka tentang perintah Nabi Muhammad SAW mengenai haknya atas kekhalifahan, mengajak mereka untuk bergabung dengannya menggalang kekuatan.

Tetapi hanya segelintir orang yang memberi tanggapan, selain nama nama diatas ada tambahan dukungan dari beberapa orang lainnya seperti :
Khalid bin Sa’id bin Abil Ash (muhajirin, beliau menentang kepemimpinan Abubakar)Buraidah al Aslami (muhajirin, beliau menentang kepemimpinan Abubakar)Abul Haitsam bin Taihan (anshar, beliau menentang kepemimpinan Abubakar)Usman bin Hunaif (anshar, beliau menentang kepemimpinan Abubakar)Khuzaimah ibn Tsabit Al Anshari  (anshar, dikenal sebagai dzusy syahadatain karena kesaksian nya dianggap Nabi SAW sama dengan kesaksian dua orang, beliau menentang kepemimpinan Abubakar)Ubay bin Ka’ab (ANSHAR, beliau menentang kepemimpinan Abubakar)Abu Ayub Al Anshari (ANSHAR, beliau menentang kepemimpinan Abubakar)Jabir bin Abdillah Al Anshari (termasuk syi’ah Ali yang utama)Syi’ah Ali memang hanya segelintir orang namun nama namanya TiDAK TERBATAS UNTUK Di SEBUTKAN, Syi’ah Ali juga termasuk :
 Hujr bin Adi dan sahabat sahabatnya yang berjumlah tujuh orang (yang dibunuh   di ADZRA, mereka sudah diramalkan akan mati syahid oleh Nabi SAW jauh sebelumnya) Zaid bin Arqam (sahabat yang dikatakan Nabi akan masuk surga tanpa hisab,  juga diramalkan Nabi akan buta di masa tuanya) Malik al Asytar Hasyim Al Mirqal Sha’sha’ah bin Shuhan Qais bin Sa’ad bin ‘Ubadah Muhammad bin Abubakar ‘Addi bin Hatim Al Tha’i Uwais Al Qarnidan lain lain. Syi’ah Ali memang hanya segelintir orang namun nama namanya TiDAK TERBATAS UNTUK Di SEBUTKANAdapun Imam Ali, Fatimah, Hasan, Husain dan Bani Hasyim merupakan KERABAT NABi SAW dan bukan sahabat Nabi SAW.. Jadi Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud merupakan kerabat dalam makna hadis diatas dan bukan sahabat !!! Ummu  Salamah  isteri  Nabi SAW merupakan isteri, bukan SAHABAT yang dimaksud hadis tersebut.

Pascawafatnya Rasulullah Saw, sebagian sahabat dalam banyak kasus telah mengusik dan menyakiti Fatimah Zahra As sehingga telah menyebabkan kekecewaan dan ketidakrelaan beliau. Sebagian dari kasus ini disebutkan dalam literatur-literatur Ahlusunnah.

Adapun dari PiHAK KERABAT yang tergolong yang tergolong syi’ah Ali antara lain adalah :
Fatimah sang isteri tercintaIbnu AbbasAbbas bin Abdul MuthalibFadhl bin AbbasHasanHusainDll dari Bani HasyimUmmu Salamah (janda Nabi SAW)

http://www.gensyiah.com/waspada-buku-putih-mazdhab-syiah-yang-tidak-putih-bag-1.html?utm_source=rss&utm_medium  menuduh sbb :

عَنْ أَبِي عبد الله عليه السلام قال: …….والله هلكوا إلا ثلاثة نفر: سلمان الفارسي، وأبو ذر، والمقداد ولحقهم عمار، وأبو ساسان الانصاري، وحذيفة، وأبو عمرة فصاروا سبعة

Dari Abu ‘Abdillah ‘alaihis-salaam, ia berkata : “…….Demi Allah, mereka (para shahabat) telah binasa kecuali tiga orang : Salmaan Al-Faarisiy, Abu Dzarr, dan Al-Miqdaad. Dan kemudian menyusul mereka ‘Ammaar, Abu Saasaan, Hudzaifah, dan Abu ‘Amarah sehingga jumlah mereka menjaditujuh orang [Al-Ikhtishaash oleh Al-Mufiid, hal. 5; lihat : http://www.al-shia.org/html/ara/books/lib-hadis/ekhtesas/a1.html%5D.

Al-Kulaini meriwayatkan dalam ushul al-Kafi:

عَنْ أَبِي بَصِيرٍ عَنْ أَحَدِهِمَا عليهما السلامقَالَ إِنَّ أَهْلَ مَكَّةَ لَيَكْفُرُونَ بِاللَّهِ جَهْرَةً وَ إِنَّ أَهْلَ الْمَدِينَةِ أَخْبَثُ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ أَخْبَثُ مِنْهُمْ سَبْعِينَ ضِعْفاً .

Dari Abu Bashiir, dari salah seorang dari dua imam ‘alaihimas-salaam, ia berkata :“Sesungguhnya penduduk Makkah kafirkepada Allah secara terang-terangan. Dan penduduk Madinah lebih busuk/jelekdaripada penduduk Makkah 70 kali lipatnya”[Al-Kaafiy, 2/410; Al-Majlisiy berkata : Muwatstsaq].

Jawaban Pihak Syi’ah :
Para imam maksum syi’ah tidak berada pada tataran menyebutkan jumlah bilangan tertentu, melainkan ingin menjelaskan bahwa orang-orang yang tetap loyal dan setia pada nilai-nilai Islam pasca Rasulullah adalah sedikit jumlahnya. 

.

Ath-Thabarsi dalam buku Al-lhtijaj membawakan sebuah riwayat dari Ibban bin Taghib. la bertanya kepada Imam Ja’far bin Muhammad ash-Shadiq:

“Kujadikan diriku tebusan darimu. Apakah ada orang yang menolak kepemimpinan Abu Bakar di antara para sahabat Rasullah?” Imam menjawab:”Ya. Dua belas orang, dari kaum Muhajirin yang menolak; mereka itu adalah Khalid bin Said bin Abi Al’ash, Salman AI-Farisi, Abu Dzar AI-Ghifari, Miqdad bin AI’aswad, Ammar bin Yasir, Buraidah Al’aslami. Dan dari pihak Anshar adalah Abul Haitsam bin Attihan, Utsman bin Hunaif, Khuzaimah bin Tsabit Dzus-syahadatain, Ubay bin Ka’ab dan Abu Ayyub AI’anshari”.

 

Ummul Mukminin Aisyah telah berkata:“Sekalian orang Arab telah murtad setelah wafatnya Rasulullah” (Al-Bidayah wa al-Nihayah: 6/336; Tarikh Madinah Dimasyq: 30/316).

Ummul Mukminin Aisyah mengatakan semua orang Islam itu murtad, tentunya dalam pandangan Syiah yang dimaksud dengan murtad bukanlah murtad daripada keimanan, akan tetapi menentang perintah-perintah yang telah ditetapkan oleh Rasulullah.

Dari segi tata bahasa Arab, murtad banyak maknanya tergantung apa kalimat setelah kata “murtadad/yartadid/murtadin”. Contoh :“MURTADDiNA ‘ALA A’QAABiHiM” artinya membelot dari janji mereka.

Syi’ah menganggap mayoritas sahabat pasca wafat Nabi SAW tidak patuh pada wasiat), karena  mereka telah mengubah atau membatalkan hukum Allah dan Sunnah Rasulullah (Saw), KAFIR atau MURTAD disini bukan kafir tulen dan bukan murtad tulen melainkan kafir kecil seperti kafirnya orang yang malas shalat !!

Kafir dan Murtad yang dimaksudkan syi’ah bukan seperti kafirnya Abu Thalib versi Sunni, sama sekali tidak..  Bukhari dan Muslim telah mencatat di dalam Sahih Sahih mereka mengenai perkara tersebut
Murtad atau kafir  bermakna : mengkhianati janji setia atau meninggalkan wasiat atau membelot dari kesetiaan dan tidak di artikan keluar dari agama islam, melainkan berpaling dari jalan sunnah dengan MENENTANG PERiNTAH PERiNTAH YANG TELAH DiTETAPKAN NABi SAW. Syiah meski memiliki beberapa kritikan terhadap para khalifah namun tidak dianggap sebagai kemurtadan dalam pengertian teknis teologis.

Ayatullah Subhani berpandangan bahwa kemurtadan ini tidak bermakna kekufuran dan kembalinya mereka kepada jahiliyah, melainkan tidak loyalnya mereka terhadap ikrar yang mereka nyatakan pada hari Ghadir Khum. Sebagian besar sahabat membangkang Rasulullah Saw dan melanggar ikrar wilayah.Dalam pandangan Syiah, kemurtadan yang mengemuka dalam riwayat-riwayat ini sama sekali berbeda dengan kemurtadan orang-orang seperti Musailamah, para pengikut Aswad Ansi, dan Sujjah.

Syiah didakwa mengkafirkan para sahabat Nabi SAW  
SYi’AH  MENUDUH  SAHABAT  PASCA  NABi  KAFiR  ATAU  MURTAD ?
Sunni dan Syi’ah sepakat bahwa sahabat Nabi SAW yang wafat pada masa Nabi SAW hidup mayoritas masuk surga.. Yang menjadi perdebatan sunni – syi’ah adalah status para sahabat Nabi SAW pasca Nabi wafat. Bila saudara-saudara menganggap cerita-cerita yang membuka ‘aib’ para sahabat sebagai kufur, maka tidak akan ada lagi ahli sejarah dan ahli hadits yang tidak kafir.

Riwayat-riwayat Ahlusunnah dengan taraf mutawatir tentang kemurtadan para sahabat pasca Nabi SAW wafat jauh lebih banyak  dibandingkan apa yang dituliskan syi’ah, pada literatur-literatur Syiah riwayat-riwayat sahih yang menjelaskan kemurtadan para sahabat tidak lebih dari dua riwayat dan meminjam istilah ilmu hadis, tidak melewati batasan kabar wahid. Karena itu, saudara-saudara Ahlusnnah harus memberikan jawaban terkait dengan kemurtadan para sahabat dalam riwayat-riwayat mutawatir ini apa maksudnya?
Hadis-hadis tentang kemurtadan para sahabat juga banyak diriwayatkan para ulama ahli hadis Ahlusunnah wal jama’ah. Lalu bagaimana para ahli hadis Sunni dapat dibebaskan dari vonis itu sementara muhaddis dan kaum Syi’ah divonis kafir?

Munculnya penyimpangan, seperti bid’ah dan kemurtadan, di kalangan sebagian sahabat setelah wafatnya Rasulullah, pertama; dalam perspektif sumber-sumber pertama umat Islam, merupakan perkara yang disepakati secara umum (musallam) dan tidak diragukan lagi serta tidak terkhusus pada sumber-sumber mazhab Syiah saja. Pada sebagian riwayat Ahlusunnah terdapat penyandaran kemurtadan terhadap para sahabat Rasulullah Saw.

Banyak sekali hadits-hadits seperti hadits Al-Haudh, diantaranya tercatat dalam Shahih Bukhari dan Muslim. Mereka menceritakan adanya sekelompok sahabat digiring ke neraka dan tatkala ditanya Rasul, ada suara yang menjawab “Engkau tidak mengetahui apa yang mereka lakukan sesudahmu”. Apakah pandangan Syi;ah tersebut ‘kufur’ atau ‘sesat’? Apakah mereka harus dikafirkan karena keyakinan mereka itu? Kita boleh menyesali perbedaan itu, tetapi perbedaan ini menyangkut masalah cabang agama bukan pokok, bukan ushuluddin.

Kesemua hadis-hadis haudh sunni adalah menepati ayat al-Inqilab, firman-Nya di dalam Surah Ali Imran (3): 144: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang (murtad), maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikitpun dan Allah akan memberi balasan kepada mereka yang bersyukur.”.

Dan bilangan yang sedikit sahaja yang “terselamat” adalah menepati firman-Nya di dalam Surah Saba’ (34): 13: “Dan sedikit sekali dari hamba-hambaku yang berterima kasih.”.

Musuh-musuh Ahlulbait as. dan Syi’ah (pengikut setia) mereka tak henti-hentinya menaburkan fitnah beracun untuk memecah belah wahdatul Islam wal Muslimin / keutuhan Islam dan kesatuan barisan kaum Muslimin. Demi menyukseskan proyek besar musuh-musuh Islam, berbagai cara licik mereka tempuh agar terjadi benturan antara dua puak besar kaum Muslimin yaitu Ahlusunnah dan Syi’ah!

Tuduhan demi tuduhan palsu tak henti-hentinya mereka sebar-luaskan. Untuk melengkapi tuduhan palsu semacam itu tidak jarang riwayat-riwayat tertentu mereka pelintir kandungannya atau bahkan teksnya mereka modifikasi agar mendukung kesimpulan mereka.

Padahal dalam literatur-literatur sejarah dilaporkan bahwa Imam Ali As dalam beberapa hal tertentu bermusyawarah dengan para khalifah dan membimbing mereka sehingga mereka meraih kemenangan dalam pelbagai penaklukan (futuhât).

Dalam hadis sahih Bukhari Muslim terdapat hadis yang bernama Hadis Haudh, yang mana tidak ada jalan lagi untuk Ahlussunnah mengelak dari hal tersebut. Di hari kiamat sebilangan para sahabat akan dibawa ke api neraka. Rasulullah bertanya ke mana dibawa sahabat-sahabat baginda. Lantas dijawab ke neraka. Ditanya kenapa, lantas dijawab lagi, kerana mereka murtad dan kembali ke masa jahiliyah sepeninggalan baginda. Yang lebih menarik, Bukhari mengatakan hanya sedikit daripada mereka yang selamat.

Untuk menyingkat waktu kami akan sebutkan beberapa contoh hadis-hadis kemurtadan sahabat dalam riwayat Ahlusunnah dengan harapan mendapat jawaban dan arahan yang proporsional dan ilmiah tentangnya.
Artinya :
Dari Abdullah  dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Aku adalah orang yang  mendahului kamu di telaga (haudh), maka sungguh orang-orang laki-laki diantaramu dinaikkan bersamaku, kemudian sungguh mereka dipisahkan dari aku, lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, Mereka itu adalah para sahabatku (ashabi) ). Maka dijawab: Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka selepas anda meninggalkan mereka (inna-ka la tadri ma ahdathu ba‘da-ka) (Musnad Ahmad,1/402, 406, 407, 384, 425 dan 453. Shahih Muslim, 7/68. Sahih al-Bukhari Hadis no. 578).

Artinya :
Dari Anas  dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Sungguh orang-orang dari sahabatku akan datang kepadaku di Haudh (Sungai atau Kolam Susu) sehingga apabila aku mengetahui mereka, mereka dipisahkan dariku, maka aku berkata : “Sahabat-sahabatku” (ashabi)!. Maka dia (Malaikat) berkata: Anda tidak mengetahui apa yang lakukan oleh mereka selepas anda meninggalkan mereka (inna-ka la adri ma ahdathu ba‘da-ka) (Hadits ditakhrij oleh Bukhari  no. 584).

.Artinya :
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda: “Ketika aku sedang berdiri, terlihat olehku sekelompok orang. Setelah aku kenali mereka, ada seorang di antara mereka keluar dan mengajak kawan-kawannya, ‘Ayo, mari’ Aku bertanya, ke mana? ia menjawab, ‘ke neraka,’ Lalu aku bertanya lagi, mengapa nasib mereka sampai demikian? Kemudian dijawab: ‘Sesungguhnya mereka telah murtad sejak kau tinggalkan dan berbalik ke belakang (innahum irtaddu ba‘da-ka ‘ala Adbari-himi l-Qahqariyy). Kemudian terlihat sekelompok lain lagi. Ketika aku kenali mereka, ada seorang di antara mereka keluar dan menyeru kawan-kawannya: ‘Ayo, mari’ Aku bertanya, ke mana? Ia menjawab: ‘Ke neraka’ Lalu aku bertanya lagi, mengapa mereka? dijawab: ‘Sesungguhnya mereka telah murtad sepeninggalmu dan kembali ke belakang. Kulihat tidak ada yang selamat dan lolos kecuali beberapa orang saja yang jumlahnya cukup sedikit, seperti jumlah onta yang tersesat dari rombongannya (fala ara-hu yakhlusu minhum illa mithlu hamali n-Na‘ am)(Shahih Bukhari,8/150. Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Musyaiyib dari banyak sahabat Nabi).
Artinya :
Dari Asma’ binti Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya aku akan berada di Haudh sehingga aku melihat mereka yang datang kepadaku dikalangan kamu (man yaridu ‘alayya min-kum). Dan mereka akan ditarik dengan pantas (daripadaku), maka aku akan bersabda: Wahai Tuhanku! Mereka itu daripada (para sahabat)ku dan daripada umatku. Dijawab: Lalu dikatakan : “Apakah kamu mengetahui sesuatu yang telah diperbuat mereka sesudahmu ? (amma sya‘arta ma ‘amilu ba‘da-ka)? Demi Allah, mereka senantiasa mengundur ke belakang (kembali kepada kekafiran) selepas anda meninggalkan mereka (Wa Llahi!Ma barihu ba‘da-ka yarji‘un ‘ala a‘qabi-him). Ibn Abi Mulaikah berkata: “Wahai Tuhanku! Sesungguhnya kami memohon perlindungan daripadaMu supaya kami tidak mengundur ke belakang (kembali kepada kekafiran) atau kami difitnahkan tentang agama kami”. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari, Sahih Muslim Hadis No. 27 (2293).

Bukhari dan Muslim meriwayatkan banyak sahabat Nabi dimasukkan ke dalam neraka dan tertolak dari kelompok Nabi SAW.
Abu Hazim daripada Sahl bin Sa‘d daripada Nabi (Saw.) Nabi (Saw.) bersabda: Aku akan mendahului kamu di Haudh. Dan siapa yang akan melaluinya akan meminumnya. Dan siapa yang meminumnya tidak akan dahaga selama-lamanya.Akan datang kepadaku beberapa orang yang aku kenali,dan mereka juga mengenaliku.Kemudian dihalang di antaraku dan mereka. Abu Hazim berkata : Nu‘man bin Abi ‘Iyasy berkata selepas mendengarku: Adakah anda telah mendengar sedemikian daripada Sahl? Aku menjawab: Aku naik saksi bahawa aku telah mendengar Abu Sa‘id al-Khudri berkata perkara yang sama, malah dia menambah: Nabi (Saw.) bersabda: Aku akan bersabda: mereka itu adalah daripadaku (ashabi). Maka dijawab: “Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka selepas anda meninggalkan mereka (inna-ka la tadri ma ahdathu ba‘da-ka). Maka aku (Nabi (Saw.) bersabda: Jauh ! Jauh ! (daripada rahmat Allah) atau ke Neraka mereka yang telah mengubah atau menukarkan (hukum Allah dan Sunnahku) selepasku (Suhqan suhqan li-man baddala ba‘di). ” (Shahih Bukhari,9/58-59, kitabul-fitan dan 8/150, Shahih Muslim,7/96,Musnad Ahmad, 5/33 dan 3/28, Al Isti’âb (di pinggir Al-Ishâbah),1/159).

Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah (Saw.) bersabda: Sekumpulan daripada para sahabatku akan datang kepadaku di Hari Kiamat. Kemudian mereka akan diusir jauh dari Haudh.Maka aku akan bersabda: Wahai Tuhanku!mereka itu adalah para sahabatku (ashabi). Dijawab: Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang mereka lakukan selepas anda meninggalkan mereka (inna-ka la ‘ilma la-ka bima ahdathu ba‘da-ka) Sesungguhnya mereka telah menjadi kafir-murtad kebelakang (irtaddu ‘ala a‘qabi-bi-himu l-Qahqariyy) (Shahih Bukhari, 8/150).

Memang ada ayat AL QURAN yang menyatakan keutamaan sahabat secara umum tetapi bukan berarti itu berlaku untuk seluruh sahabat, melainkan untuk sahabat yang tidak berbalik arah setelah wafat Nabi SAW. Itulah makna Qs. Ali Imran Ayat 144. Karena penyebab kemurtadan seperti yang disinyalir dalam hadis di atas itu muncul di saat Nabi saw. tidak berada di tengah-tengah para sahabat!
Semua yang kami paparkan di sini sekedar renungan yang menuntut kita untuk merenung dan memikirkan kenyataan tersebut dan mencari tau apa penyebab sebenarnya kemurtadan itu? Dan apa maksud dari kata kemurtadan itu? Semua itu agar kita terhindar dari kesalahan fatal dalam menilai para sahabat dan juga agar tidak gegebah menuduh serampangan mazhab lain yang tidak kita sukai!

Kaum mu’tazilah tidak begitu banyak berpegang pada sunnah atau tradisi ahlul hadis sunni, bukan karena mereka tidak percaya pada tradisi Nabi SAW, tetapi karena mereka ragu akan keoriginalan hadis hadis sunni. Syi’ah menyortir hadis sunni, karena syi’ah hanya mamu memakai sunnah yang betul betul asli (orisinal) dan bukan hadis hadis buatan yang bukan dari Nabi SAW.

Penolakan terhadap wasiat Nabi SAW tentang imamah wa khilafah sangat mengerikan karena kelak di kemudian hari mengakibatkan terjadinya PENYESATAN UMAT Muhammad SAW sepanjang masa, apalagi sunni mengedarkan doktrin politik nya dengan gaya gaya absolutistik dan merasa “pasti benar”.

PERiSTiWA Saqifah menimbulkan DAMPAK BERANTAi di kemudian hari yakni UMAT MENJADi SESAT karena mendustakan, meninggalkan dan memusuhi ajaran ahlulbait. Teraniaya nya puteri Nabi dan tertahan haknya. Thaghut Umayyah Abbasiyah menindas para imam maksum lalu MERUBAH Hadis Hadis NABi, terampasnya warisan kepemimpinan ahlulbait penerus Nabi, Berkuasanya tiran fasik yang berlaku sewenang wenang kepada Ahlulbait dan syi’ah Ali sehingga mengalami ujian dan bencana tiada tara karena kezaliman pembangkang.

Allah SWT berfirman : “Wahai orang orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul Nya. Bertakwalah kepada Allah” (Qs. Al Hujurat ayat 1).

Perpecahan, berbagai perselisihan, pertikaian dan propaganda yang tidak pada tempatnya mengakibatkan seseorang bisa menjadi MUSYRiK. Permusuhan membawa kepada kelemahan umat dan hilangnya wibawa!

Janganlah wahabi mengira definisi musyrik hanya dengan menyembah berhala, akan tetapi musyrik juga mencakup MEMECAH BELAH AGAMA dengan menjejalkan secara paksa berbagai kepentingan dan pandangan raja raja zalim kedalam agama  yang akhirnya melunturkan nilai keotentikan dan kesucian agama. Akibat nya hukum Allah menjadi keruh bercampur baur dengan tangan tangan kotor penguasa tiran.

Firman Allah SWT : “… janganlah kamu termasuk orang orang yang mempersekutukan Allah , yaitu orang orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka” (QS. Ar Rum ayat 31-32 ).

Firman Allah SWT : “Apakah mereka mempunyai semabahan sembahan selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah. Sekiranya tidak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan . Dan sesungguhnya orang orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih” (Qs. Asy Syuraa ayat 21).

Perebutan kekuasaan menjadikan umat Islam terpecah belah. Syi’ah memerangi sektarianisme. Firman Allah SWT : “Sesungguhnya mereka yang memecah belah agama mereka kemudian menjadi bersekte sekte, engkau (Muhammad) tidak sedikitpun termasuk mereka” ( QS. Al An’am 169 )).

Syi’ah tidak gentar karena kami berpedoman pada surat Ali Imran ayat 103 yang isi nya agar UMAT berpegang teguh kepada AGAMA ALLAH.

Adapun semua penindasan terhadap Fatimah, 12 imam maksum dan kaum syi’ah kami anggap sebagai cobaan dari Allah SWT. Firman Allah SWT : “Jika seandainya Allah menghendaki, maka pastilah Dia menjadikan kamu sekalian umat yang tunggal. Tetapi (Dia tidak menghendakinya) karena Dia hendak menguji kamu semua berkenaan dengan sesuatu yang diberikan Nya kepada mu” (Qs. Al Maidah ayat 51).

Firman Allah SWT : “Kalau seandainya Tuhan mu menghendaki, maka tentunya Dia jadikan manusia umat yang tunggal. Tetapi mereka itu akan tetap selalu berselisih, kecuali mereka yang mendapatkan rahmat dari Tuhanmu, dan untuk itulah Dia menciptakan mereka” (Qs. Huud 118-119).

Firman Allah : “Manusia tidak lain kecuali umat yang tunggal, kemudian mereka berselisih. Jika seandainya tidak karena adanya SABDA (kalimah) yang telah lewat dari Tuhan mu, maka tentulah diputuskan (sekarang juga) antara mereka berkenaan dengan perkara yang mereka perselisihkan itu” (Qs. Yunus 19).

Firman Allah : “Pada mulanya manusia adalah umat yang tunggal. Kemudian Allah mengutus para Nabi membawa berita gembira dan peringatan, dan Dia menurunkan bersama para Nabi itu Kitab suci dengan sebenarnya untuk memutuskan perkara antara umat manusia berkenaan dengan masalah yang mereka perselsihkan. Dan mereka yang menerima kitab suci itu tidaklah berselisih mengenai sesuatu kecuali setelah datang berbagai penjelasan, karena rasa permusuhan antara sesama mereka. Maka Allah pun dengan izin Nya memberi petunjuk tentang kebenaran yang mereka perselisihkan itu kepada mereka yang beriman. Allah memberi petunjuk kearah jalan yang lurus kepada siapa yang menghendakinya” (Qs. Al Baqarah 213).

Mazhab Sunni menghindari pembicaraan tentang tingkah laku negatif para SAHABAT sehingga mazhab syi’ah menjadi terpojok dituding sebagai pencela/pelaknat. Namun dalam hal ini syi’ah siap menyerahkan perselisihan ini di MAHKAMAH AKHiRAT kelak

Allah (swt) berfirman kepada Rasulullah (s):
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu ‘jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalanmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” Surah az-Zummar ayat 65.

Kita menerima bahwasanya ada ayat-ayat diturunkan tentang sahabat. Akan tetapi berapa ramai antara sahabat-sahabat yang mampu menjaga makam tersebut. Perlulah adanya pembahasan dan penelitian
Para Syuhada Uhud lebih utama dari Abu Bakar karena Beliau SAW telah memberikan kesaksian kepada mereka. Dijelaskan dalam suatu hadits shahih : Yahya menyampaikan kepadaku (hadis) dari Malik dari Abu’n Nadr mawla Umar bin Ubaidillah bahwa Rasulullah SAW berkata mengenai para Syuhada Uhud“Aku bersaksi untuk mereka”. Abu Bakar As Shiddiq berkata “Wahai Rasulullah, Apakah kami bukan saudara-saudara mereka? Kami masuk Islam sebagaimana mereka masuk islam dan kami berjihad sebagaimana mereka berjihad”. Rasulullah SAW berkata “Ya, tapi Aku tidak tahu Apa yang akan kamu lakukan sepeninggalku”. Abu Bakar menangis sejadi-jadinya dan berkata “Apakah kami akan benar-benar hidup lebih lama daripada Engkau!”. (Hadis Dalam Al Muwatha’ Imam Malik Kitab Jihad Bab Para Syuhada di Jalan Allah hadis no 987).

Di zaman perjanjian Hudaibiyah, sekumpulan orang Islam telah membai’at Nabi di bawah pohon. Pembai’atan ini masyhur dengan Bai’atul Ridwan yang membawa kepada turunnya ayat berikut: “Mereka yang membai’at dikau hakikatnya mereka membai’at Allah, sesungguhnya Allah ridha dengan Mukminin jikalau mereka membai’at engkau di bawah pohon.”.

ayat itu sendiri menggunakan kalimah ‘iz zarfiah muqayyad‘. Ketika itu Allah meridhai engkau yang memberi Bai’at. Tuhan meridhai mereka sebelum dan selepas pembai’atan dengan syarat selagi individu itu mampu tetap menjaga janjinya ini.

Ahlusunnah tidak dapat menerima bahawa apabila seseorang itu yang telah diredhai tuhannya boleh atau mampu untuk menyimpang dari jalan kebenaran. Antara yang terlibat dalam pembai’atan ini ialah para sahabat besar seperti Umar, Abu Bakar, Uthman, Khalid dan beberapa orang lagi telah hadir.

Kebenaran syi’ah terlihat ketika sejumlah sahabat bersaksi bahwa dirinya dan para sahabat yang lain telah bid’ah  sepeninggal Nabi.

Telah menceritakan kepadaku [Ahmad bin Isykab] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Fudlail] dari [Al ‘Ala` bin Al Musayyab] dari [Bapaknya] ia berkata; Aku bertemu [Al Bara’ bin ‘Azib] seraya berkata: Alangkah beruntungnya anda kerana anda telah bersahabat (Sahabta) dengan Nabi (saw.) dan membaiahnya di bawah pohon. Lantas dia menjawab: Wahai anak saudaraku !  Sebenarnya anda tidak mengetahui apa yang kami lakukan (Ahdathna-hu) selepasnya (Shahih Bukhari jil.3 hal. 32).

Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bahwa beliau SAW pernah bersabda kepada kaum Anshar: “Suatu hari kalian akan menyaksikan sifat tamak yang dahsyat sepeninggal ku. Karena itu bersabarlah sehingga kalian menemui Allah dan Rasul-Nya di telaga haudh.” Anas berkata, “Kami tidak sabar.”(Shahih Bukhari jil. 2 hal. 135).

Kesimpulannya dengan pengajaran peristiwa ini, jikalau Tuhan meridhai seseorang, maka Dia akan menyatakan keridhaanNya dengan bentuk yang sangat berharga selama seseorang itu menjaga keistiqamahan prinsip itu. Jika tidak, begitu banyak orang yang memiliki makam yang sangat tinggi namun setelah itu mereka tersesat.

Shahih Bukhari,Hadits No.3100 :

3100. Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Katsir telah mengabarkan kepada kami Sufyan telah bercerita kepada kami Al Mughirah bin an-Nu’man berkata telah bercerita kepadaku Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan (pada hari qiyamat) dalam keadaan telanjang dan tidak dikhitan. Lalu Beliau membaca firman Allah QS al-Anbiya’ ayat 104 yang artinya (Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan yang pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti dari Kami. Sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya). Dan orang yang pertama kali diberikan pakaian pada hari qiyamat adalah Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam dan ada segolongan orang dari sahabatku yang akan diculik dari arah kiri lalu aku katakan: Itu Sahabatku, Itu sahabatku. Maka Allah Ta’ala berfirman: Sesungguhnya mereka menjadi murtad sepeninggal kamu. Aku katakan sebagaimana ucapan hamba yang shalih (firman Allah dalam QS al-Maidah ayat 117 – 118 yang artinya (Dan aku menjadi saksi atas mereka selagi aku bersama mereka. Namun setelah Engkau mewafatkan aku…) hingga firman-Nya (….Engkau Maha Perkasa lagi Maha bijaksana).