Imam Ali ‘Alaihi-s Salam Tidak Boleh Disejajarkan dengan Sahabat Manapun
Semua ulama Sunni yang dipercayai telah mengesahkan keutamaan Ali. Sebagai contoh, Ibn Abil-Hadid Mutazali dalam Sharhe Nahjul Balagha, jilid III, hal. 264, yang mana kenyataan yang sama telah disebut dari Jahiz bahwa keimanan Abu Bakr lebih utama dari Ali. Bagaimanapun, Abu Jafar Iskafi, seorang ulama Mutazili yang terkenal, menolak tuntutan ini, dengan berkata, keimanan Ali lebih utama dari Abu Bakr dan juga dari para sahabat yang lain. Abu Jafar berkata:
“Kita tidak menafikan kecemerlangan sahabat, tetapi pastinya kami tidak menganggap mana-mana mereka lebih utama dari Ali.”
Ali yang berkedudukan begitu tinggi jika menyebutkan nama dia bersama dengan sahabat yang lain adalah tidak wajar. Yang sebenarnya, kemuliaan para sahabat tidak dapat dibandingkan dengan kesucian kemuliaan Ali. Mir Seyyed Ali Hamadani menyebutkan di dalam Mawadda VII, dari Ahmad bin Muhammadul-Karzi Baghdadi, yang mengatakan bahwa dia mendengar dari Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, yang bertanya pada bapanya Ahmad bin Hanbal mengenai kedudukan para sahabat Nabi. Dia menyebutkan nama Abu Bakr, Umar dan Uthman dan berhenti. Abdullah kemudian bertanya kepada bapanya: “Dimana nama Ali Ibn Abi Talib?” Bapanya menjawab:
“Dia tergolong di dalam keturunan suci Nabi. Kita tidak boleh menyebut namanya (dengan kemuliaannya) bersama dengan mereka itu.”
Kita lihat dalam al-Quran bahwa di dalam ayat Mubahila, Ali dirujuk sebagai ‘diri’ bagi Nabi. Terdapat hadith yang menyokong pandangan ini, yang direkamkan di dalam Mawadda VII, disebutkan dari Abdullah bin Umar bin Khattab. Dia mengatakan suatu hari dia sedang mengira nama-nama sahabat, dia menyebut nama Abu Bakr, Umar dan Uthman. Seseorang berkata: “Wahai Abu Abdur-Rahman! Mengapa kamu meninggalkan nama Ali?” Dia menjawab:
“Ali adalah seorang dari keturunan Nabi. Dia tidak boleh dijumlahkan dengan sesiapa. Dia di dalam kategori yang sama dengan Nabi Allah.”
Biar saya nyatakan satu lagi hadith dari Mawadda yang sama. Ianya telah disebutkan dari Jabir bin Abdullah Ansari bahwa satu hari di dalam kehadiran Muhajir dan Ansar Nabi berkata kepada Ali:
“Wahai Ali! Jika seseorang mengerjakan salat yang sempurna kepada Allah, dan kemudian meragukan bahwa kamu dan keluargamu adalah yang lebih utama diatas segala kejadian, tempat kediamannya adalah neraka.”
Saya telah merujuk kepada beberapa hadith saja. Pilihan kamu (saudara Sunni) apakah menolak kesemua hadith yang sahih, yang telah direkamkan di dalam buku-buku (ulama) kamu atau mengakui bahwa keimanan Ali lebih utama dari semua para sahabat, termasuk Abu Bakr dan Umar. Saya juga harap kamu pertimbangkan hadith yang telah diterima oleh kedua golongan (Syi`ah dan Sunni) yang mana Nabi berkata pada peristiwa Ghazawa-e-Ahzab (juga dikenali dengan Peperangan Parit), ketika Ali membunuh Amru Ibn Abd-e-Wudd dengan satu pukulan dari pedangnya:
“Satu hayunan Ali di dalam peperangan Khandaq, telah mendapatkannya lebih kemuliaan dari segala amalan baik dari keseluruh ummah (jin dan manusia) sehingga Hari Pengadilan.”
Jika satu hayunan pedangnya adalah yang terbaik dari segi kemuliaan daripada segala salat oleh jin dan manusia yang disatukan, tentu saja kemuliaannya tidak boleh dipersoalkan oleh sesiapa melainkan fanatik yang jahat.
_______________
Referensi:
Aqai Sultanul Wa’ezim Shirazi, Peshawar Night
(dedyzulvita/ABNS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar