“Aku ridha kepada Abu Bakar – Tanyakan kepadanya adakah dia ridha kepada-Ku atau tidak.”
Diriwayatkan dari Abu Huraira bahwa Jibril muncul di hadapan Rasul Allah dan berkata:
“Allah kirimkan salam-Nya kepada kamu. Dia (Allah) berfirman: ‘Aku ridha kepada Abu Bakar, tanyakan kepadanya adakah dia ridha kepada-Ku atau tidak.’…”
Penjelasan:
Satu ayat dari al-Quran mengatakan:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (Q 50:16).
Kita faham bahwa perkataan “hablul-warid” yang berarti “urat leher”, adalah pengertian umum untuk menunjukkan betapa terlalu hampirnya. Pengertian pada ayat ini ialah Allah Maha Mengetahui. Tidak ada yang tersembunyi dari-Nya, betapa dalam sekalipun di dalam dada manusia. Allah mengetahui rahasia di dalam hati kita. Dan di dalam surah Yunus, Dia berfirman:
“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Q 10:61).
Menurut dari dua ayat Qur`an di atas, dan juga fikiran yang waras, tidak ada yang terlindung dari Allah. Dia mengetahui apa yang dilakukan atau difikirkan oleh manusia. Sekarang bandingkanlah dua ayat di atas dengan hadits yang menyebutkan: “Aku ridha kepada Abu Bakar, tanyakan kepadanya adakah dia ridha kepada-Ku atau tidak.” Bagaimana boleh diterima bahwa Allah tidak tahu apa yang diridhai oleh Abu Bakar, sehingga Dia sendiri terpaksa bertanya kepadanya apakah dia merasa ridha kepada-Nya (Allah) atau tidak? Akal yang waras dan al-Quran menunjukkan bahwa hadits ini adalah palsu.
_______________
Referensi:
Aqai Sultanul Wa’ezim Shirazi, Peshawar Night
(dedyzulvita/ABNS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar